25 September 2023

Kisah Kerajaan Perlak, Kesultanan Islam Tertua di Nusantara

Usianya lebih tua dari Kerajaan Samudera Pasai!
Kisah Kerajaan Perlak, Kesultanan Islam Tertua di Nusantara

Menurut catatan pedagang Arab dan Tiongkok, penanaman lada di Aceh telah dimulai sejak abad ke-9, terutama di daerah-daerah Perlak, Lamuri, dan Samudra.

Meskipun lada bukan tanaman asli Aceh, melainkan berasal dari Malagasi (Madagaskar), pedagang dari Arab dan Persia membawa lada ke Aceh dan mencoba menanamnya di sana.

Ternyata, tanah dan iklim Aceh sangat cocok untuk tanaman lada. Dalam waktu singkat, Aceh berkembang menjadi produsen dan eksportir lada terbesar pada masa itu.

Bandar Perlak menjadi pelabuhan utama di pantai timur Sumatera bagian utara.

Wilayah ini terus tumbuh menjadi sebuah kota perdagangan internasional yang ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk pedagang Muslim.

Baca Juga: Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Makna dan Sejarahnya

Nama Sultan yang Pernah Berkuasa di Kerajaan Perlak

Ilustrasi Kerajaan Perlak
Foto: Ilustrasi Kerajaan Perlak (Nabawimulia.co.id)

Para sultan Kerajaan Perlak dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan kelompok Johan berdaulat.

Dibawah ini merupakan nama sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Perlak:

  1. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840-864 M) yang berpaham Sunni.
  2. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864-888 M) yang berpaham Sunni.
  3. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Abbas Syah (888-913 M) yang berpaham Sunni.
  4. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah (915-918 M) yang berpaham Syiah.
  5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir (928-932 M) yang berpaham Syiah.
  6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (932-956 M) yang berpaham Syiah.
  7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956-983 M) yang berpaham Syiah.
  8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim (986-1023 M) yang berpaham Sunni
  9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023-1059 M) yang berpaham Sunni.
  10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur (1059-1078 M) yang berpaham Sunni.
  11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078-1109 M) yang berpaham Sunni.
  12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109-1135 M) yang berpaham Sunni.
  13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1135-1160 M) yang berpaham Sunni.
  14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173-1200 M) yang berpaham Sunni.
  15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200-1230 M) yang berpaham Sunni.
  16. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230-1267 M) yang berpaham Sunni.
  17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267-1292 M) yang berpaham Sunni.

Baca Juga: Mengenal Perang Jamal dan Perkembangan Sejarah Islam

Serangan Kerajaan Sriwijaya

Pada tahun 986 Masehi, Kerajaan Sriwijaya yang menganut agama Buddha di wilayah Nusantara, melancarkan serangan ke Kesultanan Peureulak Pesisir.

Pertempuran sengit pun meletus, menghadirkan konflik antara dua pasukan kerajaan tersebut.

Di dalam pertempuran ini, Sultan Peureulak Pesisir, yaitu Sultan Alaiddin Syad Maulana Mahmud Syah, mengorbankan nyawanya dalam peperangan.

Setelah kematian Sultan Peureulak Pesisir, wilayah Kesultanan Perlak secara keseluruhan akhirnya jatuh ke tangan Sultan Peureulak Pedalaman.

Kehadiran pasukan Sriwijaya di wilayah Peureulak segera memicu reaksi dari Sultan Malik Ibrahim Syah, yang menggalang semangat rakyat Peureulak untuk melawan invasi Sriwijaya.

Pertempuran besar berlangsung selama beberapa tahun, dan perang antara kedua kerajaan ini akhirnya mereda pada tahun 1006 Masehi.

Kerajaan Sriwijaya memutuskan untuk menarik pasukannya dari medan perang guna menghadapi ancaman Raja Dharmawangsa dari Kerajaan Medang di Jawa.

Dengan berakhirnya konflik antara Kesultanan Peureulak dan Kedatuan Sriwijaya, wilayah Peureulak secara keseluruhan diperintah oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah.

Pada periode ini, Kesultanan Perlak menikmati periode relatif damai, tanpa adanya pertempuran melawan kerajaan luar.

Baca Juga: Gobak Sodor: Sejarah, Cara Bermain, dan Manfaatnya

Masa Berakhirnya Kerajaan Perlak

Setelah tercapainya perdamaian antara pihak Sunni dan Syiah, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat melanjutkan perjuangannya melawan Kerajaan Sriwijaya hingga tahun 1006.

Sultan menjalankan kebijakan diplomasi dengan negara-negara tetangga untuk memperkuat kekuatan dan bersiap menghadapi serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Salah satu taktik yang diterapkan adalah dengan menikahkan dua putrinya dengan pemimpin kerajaan tetangga.

Putri Ratna Kamaladinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Syah (Parameswara), sementara Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Malik Al-Saleh.

Kerajaan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Bedaulat, meninggal pada tahun 1292.

Pada titik ini, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik Al-Dhahir, yang juga merupakan putra dari Malik Al-Saleh.

Baca Juga: Profil Princess Leonor, Calon Ratu Kerajaan Spanyol

Dengan ini, berakhirlah era Kerajaan Perlak.

Demikian informasi tentang sejarah Kerajaan Perlak di Nusantara. Semoga dapat menambah wawasan, ya!

  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kesultanan_Peureulak#cite_note-1
  • https://wawasansejarah.com/kesultanan-perlak-840-1292-m/
  • https://museumnusantara.com/kerajaan-perlak/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb