
Pekan ASI Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 1-7 Agustus adalah upaya untuk mendorong para ibu agar makin banyak yang dapat memberikan ASI eksklusif dengan sukses demi meningkatkan kesehatan bayi di seluruh dunia.
Sayangnya, di Indonesia angka pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah. Data dari Kemenkes RI di tahun 2017 mencatat hanya 35%, angka ini dibawah rekomendasi WHO sebesar 50%.
Kira-kira apa aja yang menjadi faktor penyebabnya, ya, Moms? Apakah salah satu faktor berikut juga pernah Moms alami?
Masih banyak yang belum tahu bahwa kesuksesan menyusui didukung oleh orang terdekat.
Terutama pentingnya dukungan dari suami untuk mendorong sang istri sukses menyusui dengan ASI. Selain suami, support system ini juga seharusnya didapat dari keluarga, sahabat maupun komunitas.
Baca Juga : Bentuknya Unik dan Punya Makna Indah, Tertarik Membeli Perhiasan Terbuat dari ASI Ini?
Banyak ibu yang baru mencari tahu seputar ASI dan menyusui ketika bayinya sudah atau baru lahir.
Semestinya, calon ibu dan calon ayah membekali diri dengan pengetahuan ini sejak masa kehamilan. Misalnya, cara menyusui yang benar, posisi yang nyaman, makanan bergizi untuk memperlancar ASI, teknik relaktasi, dan sebagainya.
Baca Juga : 6 Kesalahan Ini Seharusnya Tidak Boleh Dilakukan Saat Hamil
Meski ketika Si Kecil lahir kita menerima banyak nasihat dari lingkungan sekitar, anggapan dan mitos-mitos turun-temurun, tapi kecemasan membuat ibu baru merasa sulit bisa menyusui ASI eksklusif secara langsung.
Apalagi jika timbul omongan-omongan seperti ini: ASI sedikit tidak bikin bayi kenyang karena masih menangis jadi harus dibantu sufor, jangan makan pedas agar ASI tidak terasa pedas, dan banyak lagi.
Mau tak mau hal itu malah menghambat ibu untuk bisa menyusui dengan ASI eksklusif secara benar.
Ibu baru tentu merasakan emosi naik turun seperti gelisah, bingung, senang sekaligus sedih ditambah lagi letih secara fisik setelah melahirkan.
Hal-hal ini bisa memicu stres yang kemudian menghambat produksi ASI.
Baca Juga : Dukung Kemudahan Pemberian ASI Ekslusif, Anmum Luncurkan Digital Platform Bagi Para Ibu di Indonesia
Jika ibu mendapat tekanan, stres, terlalu lelah dan merasa tidak nyaman secara psikologis, hal ini seperti siklus berulang karena membuat ASI berkurang, ibu gelisah, dan akhirnya pemberian ASI jadi tidak maksimal.
Menghadapi 5 penyebab di atas, Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan di RSAB Harapan Kita menjelaskan, “Ibu yang ASI-nya berkurang adalah mereka yang mengalami stress atau lelah bekerja setelah cuti melahirkan, ibu yang sakit dalam waktu tertentu sehingga tak bisa menyusui bayinya secara langsung, dan ibu yang tidak nyaman secara psikologis karena mendapat tekanan dari keluarga ataupun lingkungan sosialnya," ujarnya saat ditemui dalam peluncuran #MumToMum sebuah digital platform untuk para ibu dari Anmum Indonesia, Rabu (1/8) lalu di bilangan Senayan, Jakarta Pusat.
Baca Juga : 5 Hal yang Terjadi Jika ASI Tidak Dipompa
Saat hal itu terjadi, ibu disarankan melakukan relaktasi. Yakni ketika tidak lagi memproduksi ASI selama 2 minggu berturut-turut dalam masa 6 bulan pertama ASI eksklusif, terutama ketika bayi tidak berusia lebih dari 4 bulan.
Caranya antara lain:
Itulah faktor penyebab mengapa pemberian ASI eksklusif di Indonesia harus terus ditingkatkan.
Bagaimana, apakah Moms termasuk yang mengalami kesulitan saat memberi ASI untuk Si Kecil, atau justru tak mengalami hambatan sama sekali?
(ARH)
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.