10 Fakta Bunga Edelweiss dan Beragam Jenisnya, Langka!
Bunga edelweiss atau akrab dikenal bunga abadi sepertinya sudah tak asing lagi kita dengar.
Umumnya, ini ditemukan di daerah pegunungan. Namun, tak semua pegunungan memiliki tumbuhan liar satu ini.
Seringnya ditemukan di beberapa gunung di Indonesia seperti Gunung Gede, Gunung Prau, Gunung Rinjani, Gunung Merbabu, Gunung Semeru, dan Gunung Papandayan.
Bunga edelweiss juga sangat populer di kalangan wisatawan. Tidak hanya wisatawan lokal tetapi juga wisatawan asing, lho.
Lantas, mengapa bunga ini menjadi daya tarik banyak orang? Apa keunikan dari bunga abadi ini?
Yuk, ketahui bersama fakta-fakta menarik dan filosofis dari bunga edelweiss, Moms!
Baca Juga: 6 Arti Bunga Matahari dalam Kehidupan dan Cinta Berdasarkan Warna
Fakta-Fakta Bunga Edelweiss
Jika dilihat dari bentuknya, bunga ini sangat unik dan tak seperti bunga pada umumnya.
Kelopak yang berwarna kuning, krem, dan sedikit keputihan menjadi daya tarik tersendiri.
Apalagi teksturnya yang cukup rapuh ketika dipegang, sehingga tak bisa sembarang memetik bunga ini sebagai tumbuhan liar.
Berikut sejumlah fakta menarik dari bunga abadi, antara lain:
1. Bentuk Fisiknya
Kita kenali bunga abadi ini dari bentuk fisiknya ya, Moms.
Melansir dari Britannica, bunga yang akrab disebut sebagai bunga abadi ini memiliki nama latin Leontopodium alpinum.
Ini merupakan jenis tanaman dari keluarga Asteraceae dan tumbuh di daerah pegunungan Eropa dan Amerika Selatan.
Untuk edelweiss yang di Indonesia, ia lebih dikenal dengan nama latin Anaphalis Javanica.
Tanaman edelweiss ini memiliki tinggi sekitar 5 hingga 30 cm.
Untuk satu bunga, terdapat 6 hingga 9 kelopak daun yang berbulu dan berbentuk tombak. Tekstur daunnya cukup lembut dan mudah rapuh ketika dipegang.
2. Tumbuh di Dataran Tinggi
Edelweiss adalah bunga yang sangat unik. Fakta menarik lainnya, ia hanya bisa tumbuh dan hidup di dataran tinggi, lho.
Di mana tanaman atau jenis bunga lain jarang bisa tumbuh di daerah dataran tinggi.
Ia termasuk dalam tanaman liar, Moms. Edelweiss memiliki akar yang merambat atau menyebar hanya di permukaan tanah.
Biasanya bunga ini memiliki sifat epifit, yang artinya bunga ini membutuhkan tumbuhan lain secara simbiosis agar bunga ini dapat menyerap air dan nutrisi dengan lebih efektif.
Daun bunga edelweiss juga dikenal manfaatnya sebagai bahan alternatif pengobatan tradisional.
Bagian yang paling sering digunakan ialah bunga dan daunnya, Moms.
Baca Juga: 6 Cara Merawat Bunga Mawar Agar Subur dan Berbunga Indah
3. Hidup dengan Tumbuhan Lain
Seperti kita tahu sebelumnya, bunga edelweiss membutuhkan tumbuhan lain untuk hidup.
Ia hidup dengan erat pada tumbuhan lain yakni mikoriza atau jamur hidup.
Melansir Science Direct, mikoriza adalah jamur yang hidup di tanah vulkanik.
Jenis jamur ini dapat membantu akar edelweiss menyebar lebih luas di permukaan tanah.
Sebagai hasil dari hubungan saling menguntungkan ini, edelweiss bisa mendapatkan nutrisi dan air yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.
Perlu diketahui Moms, edelweiss juga cukup baik untuk tumbuh di dareah tanah yang tandus, lho.
4. Filosofi Edelweiss
Tak lengkap kita kita tak mengenal arti dan filosofi dari bunga edelweiss.
Menurut sejarah dan filosofi, bunga edelweiss pertama kali ditemukan oleh seorang naturalis berkebangsaan Jerman bernama Georg Carl Reinwardt pada tahun 1819 di lereng Gunung Gede.
Edelweiss memiliki makna simbolis yang menjadi keunikan dari bunga ini.
Melansir dari FlowerMeaning, istilah edelweiss berasal dari bahasa Jerman yang berarti mulia dan berwarna putih.
Warna putih ini juga melambangkan era kebangsawanan, lho.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.