19 Februari 2024

6 Hadis tentang Pengendalian Diri dan Keutamaannya

Penting bagi kita untuk bisa mengendalikan diri dari segala emosi berlebihan
6 Hadis tentang Pengendalian Diri dan Keutamaannya

Mengontrol diri menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, terdapat hadis tentang pengendalian diri dalam Islam yang dapat menjadi sumber motivasi untuk melakukannya.

Dalam Islam, saat seseorang berhasil mengendalikan diri, akan ada banyak manfaat dan keutamaan yang bisa didapatkan. Salah satunya terhindar dari hal buruk dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Contohnya adalah penelitian Jurnal Studi Agama UII tentang proses pengendalian diri dengan menjalani puasa.

Hasilnya menunjukkan bahwa riyadhah puasa yang dijalani oleh santri Pondok Pesantren Al-Munawwir selama tiga tahun, membantu dalam menentukan batas kebutuhan yang sebenarnya dibutuhkan.

Selain itu, mereka juga lebih mengenali diri mereka sendiri, dan juga lebih tenang dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga: 10 Cara agar Percaya Diri, Buat Hidup Lebih Bahagia!

Hadis tentang Pengendalian Diri

Marah
Foto: Marah (Freepik.com/cookie-studio)

Pengendalian diri atau mujahadah an-nafs memiliki makna menahan diri dari segala perilaku yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain.

Misalnya sat memiliki sifat serakah atau tamak.

Dalam Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana untuk mengendalikan diri.

Sebagai seorang uswatun hasanah, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan agar umat Islam harus selalu berusaha mengendalikan diri, dan jangan mudah terpancing emosi.

Hal tersebut telah banyak dijelaskan dalam hadis yang shahih. Terdapat beberapa hadis tentang pengendalian diri, di antaranya:

1. Hadis tentang Pengendalian Diri dan Kriteria Orang Kuat

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung atau bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah,“ (HR Bukhari, Muslim, Ahmad).

2. Hadis tentang Pengendalian Diri Saat Marah

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ (لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ) متفق عليه

(An abii hurairata radhi allahu 'anhu anna rasulullahi shallallahu 'alaihi wa aalaihi wasallam, qaala: Laisas syadiidu bish shur'ati innamaash shadiidul ladzi yamliku nafsahu 'indal ghadhab

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

‘Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan akan tetapi orang yang kuat ialah yang mampu menahan hawa nafsunya saat marah,” (Mutttafaqun 'alaih).

3. Hadis tentang Pengendalian Diri dan Cara Menyiasatinya

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

Artinya: “Jika kalian marah, diamlah.” (HR Ahmad)

Baca Juga: 7 Jenis Tawasul untuk Mendekatkan Diri pada Allah SWT

4. Hadis Tentang Pengendalian Diri dan Prasangka

لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: "Janganlah salah satu di antara kalian mati, kecuali berprasangka baik terhadap Allah." (HR Muslim)

5. Hadis tentang Pengendalian Diri dengan Puasa

Artinya: “Wahai golongan pemuda! Barang siapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barang siapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (HR Bukhari)

6. Hadis tentang Pengendalian Diri yang Dibanggakan Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda:

« مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ »

Artinya: “Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.”

Baca Juga: 7 Kumpulan Doa untuk Diri Sendiri, Wajib Diketahui!\

Perilaku Orang yang Dapat Mengendalikan Diri

Suami Minta Maaf ke Istri
Foto: Suami Minta Maaf ke Istri (Freepik.com/azerbaijan-stockers)

Pengendalian diri diperlukan setiap manusia, khususnya kaum Muslimin agar terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Jika melihat beberapa hadis tentang pengendalian diri di atas, ada gambaran mengenai perilaku yang mencerminkan sikap pengendalian diri. Di antaranya yakni:

  • Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan orang yang tidak menyukai diri.
  • Memaafkan kesalahan orang yang berbuat aniaya.
  • Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, tentunya dengan terus berupaya memperbaiki diri dan lingkungan.
  • Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkiannya.
  • Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.

Baca Juga: Benarkah Dandan Bisa Bikin Lebih Percaya Diri?

Manfaat Pengendalian Diri dan Keutamaannya

Berpikir Tenang
Foto: Berpikir Tenang (Freepik.com/wayhomestudio)

Setiap orang tentu pernah merasakan marah. Dan biasanya ini adalah alasan yang paling kuat saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan meski tidak luput dari sifat marah, umat Islam diharapkan dapat mengendalikan diri dengan berusaha melawan keinginan hawa nafsu dan meredam kemarahan karena Allah SWT.

1. Mendapat Pujian dari Allah SWT

Allah SWT memuji orang yang dapat melakukannya dalam firman-Nya:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-'āfīna 'anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya: “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.

Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali ‘Imran: 134)

Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb