Penyakit ISPA pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi
Istilah ISPA pada anak atau infeksi saluran pernapasan atas pada anak ini memang sudah sering kita dengar.
ISPA ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Upper Respiratory Tract Infections), ada juga Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (Lower Respiratory Tract Infections).
Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari saluran udara dari lubang hidung ke pita suara di laring, termasuk sinus paranasal dan telinga tengah.
Sementara itu, saluran pernapasan bagian bawah mencakup kelanjutan saluran udara dari trakea dan bronkus hingga bronkiolus dan alveoli.
Agar Moms bisa lebih mengerti, yuk kita bahas tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak di bawah ini Moms.
Baca Juga: Aturan Dosis hingga Efek Samping Sistenol, Obat untuk Atasi Demam dan Influenza
Pasien ISPA Meningkat
Belakangan ini, polusi udara di Jabodetabek memang mengkhawatirkan.
Ada peningkatan kasus ISPA di rumah sakit, tetapi perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah peningkatan ini secara langsung disebabkan oleh polusi udara atau tidak.
Namun, menurut catatan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, pasien ISPA dan pneumonia di rumah sakitnya meningkat selama 2023 ini.
Jika dibandingkan dengan periode Maret-Juli 2022, peningkatannya sebesar 20% hingga 30% di 2023, lho Moms.
Lalu, peningkatan penderita ISPA dan pneumonia ini memang bersamaan dengan isu polusi udara di Jakarta.
Meski bisa jadi bukan penyebab utamanya, polusi bisa menyebabkan ISPA hingga pneumonia, Moms.
Mengutip World Health Organization (WHO), setiap tahun terdapat tujuh juta kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara.
Angka tersebut dibagi ke dalam beberapa penyakit yang menyebabkan kematian dini.
Dua di antaranya terjadi di Asia Tenggara yang berkaitan dengan polusi udara di dalam dan luar ruangan.
Penyebab ISPA pada Anak
ISPA pada anak umumnya bersifat menular dan disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
Gejala yang dirasakan anak juga akan berbeda tergantung pada organ yang terkena infeksi.
Berikut ini penyebab ISPA pada anak yang disebabkan virus dan bakteri.
ISPA karena Virus
Ada beberapa jenis virus yang sering menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut, yaitu:
- Rhinovirus
- Respiratory syntical viruses (RSVs)
- Adenovirus
- Parainfluenza virus
- Virus influenza
- Virus Corona
Infeksi Saluran Pernapasan Akut biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri pada saluran pernapasan.
ISPA karena Bakteri
Walaupun lebih sering disebabkan oleh infeksi virus, ada beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut, yaitu:
- Streptococcus
- Haemophilus
- Staphylococcus aureus
- Corynebacterium diphteriae
- Mycoplasma pneumoniae
- Chlamydia
Jenis ISPA pada Anak
Nah, inilah berbagai jenis ISPA pada anak yang perlu Moms ketahui:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Ada beberapa tipe infeksi saluran pernapasan akut pada anak bagian atas yang biasa Moms temui. Berikut daftarnya.
1. Selesma atau Common Cold
Salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami anak adalah selesma, yang dikenal juga dengan istilah common cold atau rhinitis virus.
Infeksi saluran pernapasan akut pada anak ini juga disebabkan oleh virus, flu biasa, alias infeksi saluran pernapasan atas, adalah alasan utama anak-anak tetap di rumah sakit dari sekolah, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Rumah Sakit Anak Philadelphia melaporkan bahwa kebanyakan anak akan mengalami enam hingga delapan pilek per tahun.
Menurut informasi dari St. Louis Children’s Hospital, mengalami selesma sebanyak 6-8 kali dalam setahun sebenarnya masih termasuk normal. Frekuensi selesma juga akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak.
Gejala selesma biasanya muncul dalam jangka waktu 1-3 hari setelah terkena virus, seperti bersin, demam ringan, keluar ingus, tenggorokan gatal, hidung tersumbat, sakit kepala, nafsu makan berkurang, dan mudah lelah.
Istirahat dan minum banyak cairan dapat membantu anak merasa lebih cepat baik. Namun hindari memberikan obat flu yang dijual bebas, terutama jika anak berusia di bawah 2 tahun.
2. Sinusitis
Juga disebut infeksi sinus, adalah peradangan atau pembengkakan jaringan yang melapisi sinus.
Cairan dapat menumpuk di kantung yang biasanya berisi udara di belakang hidung dan mata dan menyebabkan infeksi.
Kondisi ini sering disertai dengan pilek atau flu yang mungkin dipicu oleh alergi.
Menurut Columbia University, sinusitis adalah infeksi pada sinus yang letaknya berada di dekat hidung, dan biasanya terjadi setelah anak mengalami selesma atau reaksi alergi.
Selain disebabkan oleh virus, sinusitis juga bisa terjadi akibat struktur hidung yang abnormal, infeksi gigi, cedera hidung, GERD, atau ada objek yang masuk ke dalam hidung.
Tipe Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak ini biasanya ditandai dengan gejala seperti hidung tersumbat, ingus kental dan berwarna, tetesan lendir di bagian belakang tenggorokan, sakit kepala, batuk, demam, juga rasa sakit di sekitar area sinus.
Sinusitis pada anak dapat menyebabkan:
- Rasa sakit dan seperti tekanan di bagian wajah, terutama di belakang mata dan hidung.
- Si Kecil akan merasa sangat sesak atau sesak.
- Batuk dan pilek.
- Tetesan post-nasal yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, bau mulut dan mual atau muntah.
Pada anak-anak, gejala bisa bertahan lebih lama dibandingkan pada orang dewasa. Menggunakan dekongestan yang dijual bebas dapat membantu menurunkan peradangan dan mengurangi gejala. Jika ada infeksi bakteri, dokter anak mungkin meresepkan antibiotik.
Pada anak-anak dengan sinusitis persisten, pembedahan untuk membersihkan area yang tersumbat mungkin direkomendasikan.
3. Faringitis atau Radang Tenggorokan
Faringitis atau radang tenggorokan juga cukup sering menyerang anak, dan biasanya terjadi bersamaan dengan tipe Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak lain seperti selesma atau infeksi telinga.
Menurut buku Disease Control Priorities in Developing Countries (2006), faringitis disebabkan oleh virus di lebih dari 70% anak yang mengalami kondisi ini.
Kemerahan ringan dan pembengkakan serta pembesaran tonsil adalah gejalanya. Infeksi streptokokus jarang terjadi pada anak balita dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga bisa terjadi akibat tonsilitis, sariawan, demam kelenjar, atau infeksi streptococcal.
Faringitis akut dalam hubungannya dengan perkembangan selaput di tenggorokan hampir selalu disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae di negara berkembang.
Berkat vaksinasi bayi menggunakan vaksin DTP (difteri-tetanus-pertusis), kasus difteri telah menurun secara signifikan, menunjukkan pentingnya imunisasi.
Segera bawa Si Kecil ke dokter kalau radang tenggorokan membuat Si Kecil sulit bernapas dan menelan, hipersalivasi, leher terasa kaku atau tampak bengkak, dan kesulitan membuka mulut.
4. Otitis Media atau Infeksi Telinga Bagian Tengah
Otitis media terjadi akibat virus atau bakteri masuk ke dalam bagian tengah telinga, sehingga nanah menumpuk di dalam dan menekan gendang telinga.
Meski sering terjadi bersamaan dengan ISPA, otitis media secara teknis bukan bagian dari ISPA, ya Moms.
Gejala yang ditimbulkan meliputi rasa nyeri di telinga, demam, sakit saat mengunyah dan minum, serta sakit telinga saat berbaring.
Meski berbagai tipe ISPA pada anak biasanya bisa sembuh dengan istirahat dan obat warung, penting untuk konsultasi dengan dokter terutama untuk kasus yang lebih serius atau berkepanjangan.
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan akut pada anak bagian bawah yang umum terjadi adalah pneumonia dan bronkiolitis.
Kecepatan pernapasan merupakan tanda klinis untuk mendiagnosis infeksi ini pada anak yang batuk dan bernapas dengan cepat.
Yuk, kita lihat jenis infeksi saluran pernapasan akut pada anak bagian bawah.
1. Pneumonia
Bakteri dan virus dapat menyebabkan pneumonia.
Untuk pneumonia yang terjadi karena bakteri sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) atau Haemophilus influenzae, kebanyakan tipe b (Hib), dan kadang-kadang oleh Staphylococcus aureus atau streptokokus lain.
Hanya 8-12 dari banyak jenis pneumokokus yang menyebabkan sebagian besar kasus pneumonia bakterial.
Patogen lain, seperti Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae, menyebabkan pneumonia atipikal.
Gejalanya pneumonia pada anak meliputi:
- Napas yang cepat
- Demam tinggi dan menggigil
- Batuk
- Kelelahan
- Nyeri di dada, terutama saat bernapas
Gejala mungkin kurang terlihat pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, yang berarti mungkin lebih sulit untuk mendiagnosisnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pneumonia menyumbang 15% dari semua kematian anak di bawah 5 tahun.
Virus, bakteri atau jamur dapat menjadi penyebabnya, dan pneumonia dapat berkembang setelah anak terserang flu, pilek atau radang tenggorokan.
Pneumonia bakteri seringkali diobati dengan antibiotik berdasarkan rekomendasi dokter, tetapi pneumonia virus biasanya tidak memerlukan antibiotik.
Selalu konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat, ya Moms.
Istirahat dan minum banyak cairan juga dapat membantu anak merasa sedikit lebih baik.
Vaksin pneumokokus, campak, dan batuk rejan dapat mengurangi risiko anak Si Kecil terkena pneumonia.
2. Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, atau saluran pernapasan besar di paru-paru. Biasanya disebabkan oleh virus dan dapat berkembang setelah pilek atau flu.
Batuk terus-menerus adalah gejala yang dapat bertahan selama tiga hingga empat minggu setelah virus membersihkan sistem. Selain batuk dada, gejalanya mungkin termasuk:
- Pilek
- Nyeri dada dan hidung tersumbat
- Demam dan menggigil
- Rasa tidak enak atau lelah secara keseluruhan
- Desah
- Sakit tenggorokan
Gejala umumnya sama pada orang dewasa dan anak-anak dengan bronkitis, tetapi anak-anak dengan bronkitis mungkin lebih cenderung menelan lendir daripada batuk.
Anak-anak dengan asma atau alergi atau mereka yang memiliki sinusitis kronis berisiko lebih tinggi terkena bronkitis.
Terkadang asma bisa disalahartikan sebagai bronkitis atau sebaliknya, jadi jika ragu, tanyakan kepada dokter anak. Perawatan biasanya berfokus untuk meredakan gejala.
3. Influenza
“Influenza adalah virus yang biasanya menyebabkan demam tinggi selama lima sampai tujuh hari, nyeri otot, kelelahan, batuk dan pilek,” kata Dr. Katherine Williamson, dokter anak dengan CHOC Children's di Mission Hospital di Orange County, California, dan juru bicara American Academy of Pediatrics.
Menurutnya, komplikasi dari influenza adalah pneumonia dan rawat inap akibat infeksi bakteri sekunder.
Influenza bisa berbahaya, bahkan mematikan, terutama pada anak kecil.
Demam anak-anak cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa, dan gejala pencernaan mereka biasanya lebih buruk juga.
Menurut buku Disease Control Priorities in Developing Countries (2006), pemberian vaksin yang tersedia dapat sangat mengurangi risiko tertular penyakit atau mengurangi gejalanya. Anak Moms bisa divaksinasi mulai usia 6 bulan dan seterusnya.
Vaksin influenza perlu diberikan setiap tahun, karena formulasi berubah setiap tahun untuk mengantisipasi strain yang diperkirakan akan muncul di musim berikutnya.
Diperlukan waktu sekitar dua minggu agar vaksin menjadi efektif setelah diberikan.
Tidak ada obat yang akan menyembuhkan flu secara langsung, Moms dapat membantu tubuh anak melawan infeksi dengan istirahat dan cairan yang sesuai.
Acetaminophen dan ibuprofen dapat membantu meredakan nyeri otot, demam, dan ketidaknyamanan umum.
Baca Juga: Apakah Flek Paru-Paru Berbeda dengan TBC? Ini Penjelasannya!
Gejala ISPA pada Anak
Sesuai dengan namanya, Infeksi Saluran Pernapasan Akut akan menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru.
Kebanyakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut disebabkan oleh virus, sehingga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
Melansir Healthline, gejala yang dialami akan berbeda jika itu infeksi saluran pernapasan akut pada anak bagian bawah atau atas. Gejalanya bisa meliputi:
- hidung tersumbat, baik di sinus hidung atau paru-paru
- Pilek
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Pegal-pegal
- Kelelahan
- Mata terasa sakit, berair, serta kemerahan.
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Demam
- Sakit ketika menelan
Tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan akut akibat infeksi virus biasanya akan menetap selama 1-2 minggu. Setelah itu, kondisi anak akan mereda dengan sendirinya.
Selama sakit, anak perlu dirawat di rumah agar ia dapat beristirahat dengan lebih nyaman.
Hubungi dokter anak jika Si Kecil mengalami:
- Demam lebih dari 39˚C dan menggigil
- Sulit bernafas
- Pusing
- Hilang kesadaran
- Napas berbunyi
- Nyeri di bagian dada atau perut
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Bibir dan kuku tampak kebiruan
- Kulit menjadi pucat dan teraba dingin
- Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare
Baca Juga: Pneumonia pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Cara Mengatasi ISPA pada Anak
Karena banyaknya virus, tidak ada pengobatan yang jelas untuk Si Kecil.
Dokter anak mungkin meresepkan obat untuk mengelola gejala infeksi saluran pernapasan akut pada anak sambil memantau kondisi Si Kecil.
Jika dokter mencurigai adanya infeksi bakteri, mereka mungkin meresepkan antibiotik.
Selain itu, pemberian vaksin campak, difteri, pertusis, Hib, pneumokokus, dan influenza secara luas berpotensi untuk secara substansial mengurangi Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak-anak.
Moms juga bisa memastikan beberapa hal di bawah ini, agar anak merasa lebih nyaman:
1. Berikan Anak Cukup Makan dan Minum
Saat terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut, anak akan menjadi kurang mau makan dan minum. Hal ini bisa menyebabkannya mengalami dehidrasi.
Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan anak cukup air putih untuk mencegahnya mengalami dehidrasi.
Air putih juga dapat membantu mengencerkan dahak, sehingga saluran pernapasannya terasa lebih lega.
Jika anak tidak mau minum air putih, coba berikan pilihan lain, seperti air lemon dan teh hangat yang dicampur madu. Namun ingat, madu tidak boleh diberikan pada anak berusia di bawah 1 tahun karena berisiko menyebabkan keracunan botulisme.
Baca Juga: Aspergilosis, Infeksi Jamur yang Menyerang Sistem Pernapasan
2. Pastikan Anak Istirahat Cukup
Anak yang sedang sakit perlu beristirahat dengan cukup (setidaknya 9 – 10 jam setiap malam).
Hal ini perlu dilakukan agar dapat membantu Si Kecil beristirahat dengan nyaman, coba ciptakan suasana yang nyaman dan bersih di kamar tidurnya.
Momsbisa membacakan buku cerita dan memeluk Si Kecil hingga ia tertidur, ketika ia merasa tidak nyaman.
3. Berkumur Air Garam
Saat sedang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Si Kecil akan merasakan batuk dan sakit tenggorokan. Keluhan tersebut bisa diatasi dengan berkumur air garam hangat.
Caranya adalah dengan mencampurkan segelas air hangat dengan 2 sendok teh garam, dan larutkan. Setelah itu, minta anak untuk berkumur dengan air garam tersebut lalu lepehkan.
Meski cukup efektif untuk meringankan gejala ISPA pada anak, cara ini hanya boleh dilakukan pada anak berusia di atas 8 tahun.
Komplikasi Penyakit ISPA pada Anak
Penyakit ISPA pada anak jika diabaikan bisa menjadi sebuah penyakit berkepanjangan. Berikut ini komplikasi penyakit ispa pada anak yang bisa terjadi:
1. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah batuk yang tak terkendali dan keras yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Batuk ini biasanya bisa membuat penderitanya sulit bernapas.
Suara rejan terjadi ketika penderitanya menghirup napas setelah batuk. Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga bisa terserang penyakit ini, tetapi bayi memiliki risiko yang sangat parah, bahkan mengancam jiwa.
Ada baiknya Moms memberikan vaksin mulai dari usia 2 bulan untuk tindakan pencegahan komplikasi penyakit ispa pada anak.
2. Pneumonia
Salah satu penyebab umum pneumonia adalah infeksi bakteri. Pneumonia bakteri biasanya menyebabkan batuk yang menghasilkan lendir dari paru-paru (dahak).
Risiko pneumonia cukup tinggi terutama bagi mereka yang menderita penyakit pernapasan, menderita infeksi virus, dan baru pulih dari operasi.
Batuk yang menetap sering terjadi pada penyakit ISPA, akhirnya batuk itu menjadi produktif dan memungkinkan tubuh mengeluarkan lendir.
“Batuk pneumonia biasanya muncul dengan demam dan dahak,” kata dokter Nicholas Pantaleo, MD, seorang dokter pengobatan keluarga di Westmed Medical Group di Yonkers, New York.
3. Bronkitis
Bronkitis adalah kondisi di mana bronkus (saluran udara di dalam paru-paru) meradang. Kadang-kadang disebut juga dada dingin.
Dalam keadaan komplikasi penyakit ispa pada anak seperti ini, paru-paru membengkak dan menghasilkan lendir yang menyebabkan batuk.
Si Kecil juga mungkin merasa lelah, dengan sakit tubuh ringan, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan mata berair.
Bronkitis akut bisa bertahan dari lima hari hingga tiga minggu. Jika termasuk kronis, penyakit ini akan berlangsung setidaknya tiga bulan selama dua tahun berturut-turut.
Debu, alergen, dan gas beracun juga dapat menyebabkan dan berkontribusi terhadap bronkitis. Tetapi, untuk bronkitis akut biasanya disebabkan oleh virus yang masuk ke paru-paru karena ISPA.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Obat Bronkitis yang Bisa Dibeli di Apotek
Cara Mencegah ISPA pada Anak
Karena kebanyakan kasus ISPA pada anak tidak bisa disembuhkan, tindakan pencegahan adalah metode terbaik untuk menangkal ISPA pada anak.
Ajaklah Si Kecil untuk mencegah ISPA dengan melakukan beberapa hal berikut ini.
1. Cuci Tangan Secara Rutin
Biasakan cuci tangan, terutama setelah bepergian atau bermain di luar rumah, hal ini sangatlah penting dan wajib dilakukan!
Biasakan untuk selalu mengajak Si Kecil mencuci tangan setelah bepergian dan sebelum makan.
Penyebaran ISPA pada anak biasanya rentan terjadi karena penularan virus dan bakteri melalui sentuhan.
Bisa karena Si Kecil menyentuh mainan yang telah terinfeksi atau bersentuhan dengan temannya yang membawa virus tersebut.
Kita tidak pernah tahu kondisi kesehatan orang lain di luar, maka dari itu sebaiknya Moms yang harus selalu waspada.
2. Tutupi Hidung dan Mulut saat Bersin
Jika bersin, biasakan Si Kecil agar selalu menutup hidung dan mulutnya menggunakan sapu tangan atau tisu.
Meskipun ini tidak akan meredakan gejala ISPA, setidaknya akan mencegah menyebarnya penyakit menular kepada orang lain.
3. Cegah Kebiasaan Menyentuh Wajah
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh Si Kecil melalui mata dan mulut.
Maka dari itu, untuk mencegah kuman masuk ke dalam tubuhnya, biasakan Si Kecil tidak menyentuh wajahnya terutama mata dan mulut.
Apalagi dalam kondisi tangannya yang belum dicuci, yang dapat menyebabkan Si Kecil tertular penyakit dengan sangat mudah.
4. Rutin Lakukan Vaksin
Ada beberapa jenis vaksin yang wajib diterima Si Kecil pada usia balita.
Sebagai orang tua, kita harus memastikan Si Kecil telah menerima vaksin yang lengkap dalam menjaganya agar tidak mudah tertular penyakit.
Jangan lupa juga, untuk mencukupi kebutuhan gizi dan vitamin Si Kecil untuk memperkuat daya tahan tubuhnya.
Selain dari virus, ISPA juga bisa disebabkan oleh polusi. Namun, tak usah khawatir Moms juga bisa mencegah Si Kecil terkena ISPA dari polusi melalui beberapa langkah.
Langkah-langkah mencegah ISPA pada anak yang bisa dilakukan saat polusi udara sedang dalam kadar yang tinggi, seperti:
- Mengurangi kegiatan di luar ruangan. Jika Si Kecil memiliki kondisi paru-paru, sebisa mungkin cukup lakukan aktivitas di dalam rumah yang berventilasi baik.
- Jauhi daerah paparan polusi udara yang padat seperti jalan utama, dan persimpangan jalan yang sibuk.
- Usahakan untuk berangkat sekolah sedikit lebih awal sebelum jam sibuk dimulai, di mana tingkat polusi udara akan tinggi.
- Jika Si Kecil memiliki asma, gunakan inhaler secara teratur.
- Bila kondisi kesehatan anak memburuk, atau jika ia tersengal-sengal atau batuk karena berjalan di luar, hubungi dokter.
- Jika anak mengalami ketidaknyamanan seperti sakit mata, batuk atau sakit tenggorokan, pertimbangkan untuk mengurangi aktivitas fisik di luar ruangan.
Baca Juga: Gejala Infeksi Paru-paru pada Anak dan Cara Mengobatinya
Nah, itu dia sederet fakta seputar ISPA pada anak.
Diskusikan dengan dokter anak juga, apa vaksin yang sebaiknya diberikan pada anak untuk melindunginya dari bakteri dan virus jahat.
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1862276/#:~:text=Acute%20respiratory%20infections%20cause%20four,and%20croup%20syndromes%2C%205%25.
- https://www.healthline.com/health/acute-respiratory-disease#treatment
- https://www.who.int/data/gho/indicator-metadata-registry/imr-details/3147
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11786/#:~:text=The%20common%20LRIs%20in%20children,Hart%2C%20and%20Thomas%201984).
- https://www.entcolumbia.org/staywell/sinusitis-children
- https://www.stlouischildrens.org/conditions-treatments/common-cold-and-upper-respiratory-infections
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.