Mengenal Penyakit Lyme, Ruam Akibat Gigitan Kutu
Penyakit Lyme adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Borrelia. Bakteri tersebut disebarkan melalui gigitan kutu rusa (deer tick) berkaki hitam. Yuk, mengenal penyakit Lyme lebih jauh!
Di negara-negara dengan empat musim, kutu rusa biasanya muncul saat musim semi dan musim panas. Kutu ini sering ditemukan pada tikus berkaki putih dan rusa berekor putih yang tinggal di hutan dan rerumputan tinggi. Karena itu, namanya kutu rusa.
Sebenarnya, kebanyakan kutu rusa tidak terinfeksi bakteri dan tidak menularkan penyakit Lyme.
Gigitan yang menyebabkan penyakit biasanya berasal dari nimfa atau kutu rusa yang belum matang, meski gigitan kutu dewasa juga bisa menyebabkan penyakit Lyme.
Nimfa ini sangat kecil sampai sulit terdeteksi di kulit selama berhari-hari. Setelah digigit, menurut situs What to Expect, butuh waktu 36-48 jam sebelum penyakit Lyme tersebar. Penyakit ini tidak dapat ditularkan dari orang ke orang.
Penyakit Lyme dapat dicegah dan disembuhkan. Semakin awal diketahui, semakin rendah risiko penyakit ini menimbulkan ketidaknyamanan dan kadang masalah serius.
Baca Juga: Cari Tahu Penyebab Kutu Rambut dan Cara Mengatasinya
Penyebab Penyakit Lyme
Foto: Orami Photo Stock
Melansir Medline Plus, penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri. Di Amerika Serikat, ini biasanya bakteri yang disebut Borrelia burgdorferi. Bakteri ini menyebar ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi.
Kutu yang menyebarkannya adalah kutu berkaki hitam (atau kutu rusa), kutu jenis ini biasanya ditemukan di daerah timur laut, Atlantik Tengah, Upper Midwest, dan Pantai Pasifik (terutama California utara).
Kutu ini dapat menempel di bagian mana pun di tubuh. Tapi mereka sering ditemukan di area yang sulit dilihat seperti selangkangan, ketiak, dan kulit kepala.
Dalam Journal of the American Academy of PAs, kutu kemudian menularkan bakteri ke inang reservoir lain, atau inang insidental seperti manusia, selama makan darah. Biasanya kutu harus menempel selama 36 hingga 48 jam atau lebih untuk menyebarkan bakteri kepada inang atau manusia.
Siapapun bisa berisiko mendapatkan gigitan kutu. Tetapi orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di luar ruangan di daerah berhutan dan berumput memiliki risiko lebih tinggi.
Selain itu, risiko yang meningkat terkena penyakit Lyme juga termasuk pada orang yang sering berkemah, pejalan kaki, dan orang-orang yang bekerja di kebun dan taman.
Baca Juga: Penyakit Ginjal pada Anak: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Gejala Penyakit Lyme
Foto: dailymail.co.uk
Gejala awal dari penyakit Lyme biasanya mulai muncul dalam 3-30 hari. Di masa ini, akan muncul ruam bundar dan merah yang disebut erythema migrans (EM).
Tampilannya mirip papan sasaran permainan dart (bull’s eye), yakni ruam bundar di tengah yang dikelilingi lingkaran merah. Jika tidak diatasi, ruam akan membesar atau bertambah jumlahnya. Biasanya ruam ini tidak sakit maupun gatal.
Selain itu, orang dengan penyakit Lyme juga memiliki gejala mirip flu, seperti demam, panas dingin, mual, sakit kepala, nyeri sendi, bengkak di kelenjar getah bening, leher kaku, hilangnya selera makan, lelah, dan sakit tenggorokan
Jika tidak diatasi di tahap awal, penyakit Lyme bisa menyebar ke bagian tubuh lain lewat aliran darah.
Setelah beberapa minggu atau bulan, penyakit Lyme akan menimbulkan gejala seperti ruam EM di bagian tubuh lain, ada juga lumpuh di wajah (facial palsy). Kelumpuhan di salah satu saraf di wajah menyebabkan wajah terkulai atau kendur, kehilangan kekencangan ototnya.
Meningitis bisa terjadi, jika penyakit ini telah menyebar ke sistem saraf. Kondisi ini mengakibatkan sakit kepala, kaku leher, dan mual.
Masalah di jantung, seperti degup jantung tak beraturan atau carditis (peradangan jantung), kelelahan, gejala seperti flu yang mirip di gejala awal, serta nyeri sendi hebat, bengkak, dan arthritis, juga menjadi gejala dari penyakit Lyme.
Penyakit Lyme paling sering berakhir di sendi, terutama di lutut dan pergelangan tangan.
Semua kondisi tersebut umumnya dapat teratasi dengan pemberian antibiotik. Tapi, memang lebih baik mengenal penyakit Lyme dan menanganinya sejak dini untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Penyakit Kutu Air
Cara Mengobati Penyakit Lyme
Foto: Orami Photo Stock
Pengobatan penyakit Lyme bisa dilakukan dengan menggunakan antibiotik.
Mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC), orang yang diobati dengan antibiotik yang tepat pada tahap awal penyakit Lyme biasanya pulih dengan cepat dan sempurna.
Antibiotik yang biasa digunakan untuk pengobatan oral termasuk doksisiklin, amoksisilin, atau cefuroxime axetil.
Sementara, orang dengan bentuk penyakit neurologis atau jantung tertentu mungkin memerlukan perawatan intravena dengan antibiotik seperti ceftriaxone atau penisilin.
Regimen pengobatannya perlu disesuaikan tergantung pada usia seseorang, riwayat kesehatan, kondisi kesehatan yang mendasari, status kehamilan, atau ada atau tidaknya alergi pada pasien.
Baca Juga: Apakah Gatal di Area Miss V Disebabkan Oleh Kutu Kelamin?
Langkah Pencegahan Penyakit Lyme
Foto: medicalnewstoday.com
Sebagai langkah pencegahan penyakit Lyme, Moms perlu memerhatikan beberapa hal, terutama bila hendak bepergian ke luar.
Saat ke hutan, sebisa mungkin lewati jalan yang sudah bersih dari semak-semak. Sebab, kutu senang berada di semak-semak dan rumput.
Selain itu, pakailah baju berlengan panjang dan celana panjang. Disarankan agar sebaiknya berwarna terang agar mudah menemukan kutu rusa yang menggigit kulit.
Moms juga perlu menggunakan losion penolak serangga di kulit, terutama yang bisa mengusir kutu.
Selain itu, cek seluruh tubuh setelah bermain di luar ruangan, terutama di area tersembunyi seperti kulit kepala, selangkangan, dan ketiak. Jika menemukan kutu yang sedang menggigit, cabut perlahan menggunakan pinset untuk memastikan tubuh kutu utuh.
Cuci bagian tubuh yang terkena gigitan kutu dengan sabun dan air hangat. Simpan tubuh kutu di plastik kecil untuk diperiksa dokter apakah mengandung bakteri penyebab penyakit atau tidak.
Kalau kutu rusa terlanjur menggigit, tidak perlu panik, Moms. Sebab, menurut situs Boston’s Children Hospital, risiko mengalami penyakit Lyme setelah digigit kutu hanya sekitar 1-3 persen.
Selain itu, kutu baru bisa menularkan bakteri setelah kekenyangan. Ini bisa memakan waktu hingga 48 jam. Jadi, kalau kutu yang menempel di kulit Si Kecil tampak belum membengkak karena kenyang, kecil risiko ia terkena penyakit Lyme.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Kutu Rambut, Dijamin Langsung Hilang!
Waktu Berkonsultasi ke Dokter
Foto: Orami Photo Stock
Mengutip Mayo Clinic, jika Moms pernah digigit kutu dan memiliki gejala, patut diketahui bahwa hanya sebagian kecil gigitan kutu yang menyebabkan penyakit Lyme.
Semakin lama kutu menempel pada kulit, semakin besar risiko seseorang terkena penyakit. Infeksi Lyme tidak mungkin terjadi jika kutu menempel kurang dari 36 hingga 48 jam.
Jika Moms merasa telah digigit dan memiliki tanda dan gejala penyakit Lyme, terutama jika tinggal di daerah di mana penyakit Lyme banyak terjadi, hubungi dokter. Perawatan penyakit Lyme lebih efektif jika dimulai sejak dini.
Selain itu, sebaiknya temui dokter bahkan jika gejala hilang, ini karena tidak adanya gejala tidak berarti penyakitnya hilang.
Jika tidak diobati, penyakit Lyme dapat menyebar ke bagian lain tubuh selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun setelah infeksi, menyebabkan masalah artritis dan sistem saraf.
Ternyata mengenal penyakit Lyme penting, ya, terutama jika keluarga Moms sering bepergian ke hutan atau memiliki tempat tinggal dekat semak-semak dan rerumputan.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.