02 Agustus 2021

Pentingnya Peran Ayah dalam Menyukseskan Program ASI

Manfaat mendukung proses menyusui istri dan anak salah satunya adalah meningkatnya bonding
Pentingnya Peran Ayah dalam Menyukseskan Program ASI

Dalam proses menyusui anak, banyak pria yang masih berpikir bahwa menyusui hanya sebatas keterlibatan antara ibu dan bayi. Sementara, seorang ayah mengira memiliki sedikit pengaruh pada proses menyusui.

Padahal, ayah punya potensi luar biasa untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan pada proses menyusui, baik untuk istri maupun anak.

Karenanya, penting bagi Dads untuk mengetahui apa yang bisa dilakukan seorang ayah sebagai bentuk dukungan bagi Moms dan Si Kecil.

17818191_618141945047658_2191220725904310272_n.jpg
Foto: 17818191_618141945047658_2191220725904310272_n.jpg

Foto: instagram.com/hidayatrahmat

Agus Rahmat Hidayat, seorang Konselor Menyusui dan salah satu pendiri dari gerakan AyahASI, menceritakan tentang pengalamannya menjadi suami yang punya peran penting dalam proses menyusui Si Kecil.

Baca Juga: Nutrisi Penting untuk Ibu Menyusui

Pengalaman Jadi Suami yang Mendukung Proses Menyusui Istri

ayah asi-1.jpg
Foto: ayah asi-1.jpg (raisingchildren.net.au)

Diakui Rahmat, menjadi suami yang berperan dalam proses menyusui anak dan istrinya membuat dirinya belajar banyak hal tentang kondisi istri dan anak.

Sejak awal, Rahmat memang punya keinginan untuk terlibat dalam pengasuhan, dan ia mengetahui bahwa keterlibatannya penting dilakukan bahkan sejak sang istri hamil.

"Ini berangkat dari pengalaman pribadi saya pada sosok ayah. Ayah saya dulu cukup sibuk bekerja dan jarang di rumah, sehingga saya tidak punya banyak memori kebersamaan dengan ayah. Saya tidak ingin hal itu terjadi lagi nanti, jadinya saya harus terlibat di semua proses tumbuh kembangnya," cerita Rahmat.

Sang istri yang melahirkan anak pertama secara prematur, membuat sang bayi tidak bisa menyusui langsung. Sehingga, istri Rahmat harus memerah ASI selama 2 bulan.

"Waktu itu, anak saya harus tetap tinggal di rumah sakit selama 12 hari, jadi saya dan istri berbagi tugas. Sebelum berangkat kerja, saya mampir ke rumah sakit untuk memberikan ASIP (air susu ibu perah), lalu siang hari istri ke rumah sakit untuk menemani bayi dan lanjut memerah ASI. Pulang kantor, saya balik lagi ke rumah sakit untuk memberikan ASIP lagi, hal ini dilakukan setiap hari hingga akhirnya bayi saya diizinkan pulang," jelas Rahmat.

Namun, meski mereka berdua menjalani proses ASIP itu dengan baik, keluarga mereka sayangnya kurang memberikan dukungan.

"Sayangnya, usaha kami memberikan ASI kurang didukung oleh keluarga, tapi akhirnya kami bisa membuktikan bahwa menyusui anak kami adalah pilihan terbaik," tambah Rahmat.

Rahmat sadar bahwa pemberian dukungan bagi istri yang sedang menyusui itu penting, apalagi ketika pihak keluarga kurang memberikan dukungan kepada mereka.

"Saya sadar bahwa menyusui itu melelahkan. Di kala minim dukungan keluarga, maka suami satu-satunya benteng pertahanan seorang istri. Jika bukan saya, lalu siapa lagi? Pada titik itu, saya sadar bahwa peran suami penting dalam mendukung istri untuk menyusui," tambahnya.

Baca Juga: Penanganan Mastitis, Payudara Bengkak pada Ibu Menyusui

Tips Bagi Ayah Pemula untuk Turut Serta dalam Proses Menyusui

ayah asi-2.jpg
Foto: ayah asi-2.jpg (breastfeeding.org)

Menurut Rahmat, penting untuk mengikuti kelas menyusui dan banyak membaca soal ASI, bagi Dads yang baru saja menjadi ayah.

"Saya merasakan sekali enaknya ketika sudah tahu sebelumnya soal ASI dan menyusui. Kita bisa diskusi dengan dokter dan menentukan apa yang terbaik buat istri dan anak kita," terang Rahmat.

Ia juga menekankan, peran suami juga penting dalam proses menyusui anak. Terutama ketika istri sudah lelah dan kondisi yang tidak stabil usai melahirkan.

"Suami sebagai orang yang masih 'waras' harus mengambil peran untuk menenangkan istri dan meluruskan informasi yang salah. Itu saja sudah cukup banget," tambahnya.

Lebih lanjut, Rahmat mengataknan, "Banyak penelitian udah dilakukan dan sebutkan bahwa keberhasilan menyusui bisa mencapai 98% jika didukung suami."

Apalagi, Rahmat juga mengatakan ia mendapatkan manfaat ketika menjadi ayah yang turut serta dalam proses menyusui istri dan anak.

"Dari sisi ekonomi, jelas anggaran yang harusnya buat beli susu formula bisa dialihkan untuk liburan dan membelikan tas baru buat istri. Anak saya kalau sakit paling hanya flu dan demam saja, sehingga tidak perlu keluar duit banyak untuk berobat," terang Rahmat.

Hal yang paling penting baginya, adalah bonding dengan istri dan anak, yang menurutnya hal ini tidak dapat ditakar dengan uang. Ia merasa menjadi lebih dekat dengan anak dan istrinya.

Baca Juga: Menyusui Bukan Sekadar Tugas Ibu, Sadari Pentingnya Peran Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif

Gerakan AyahASI dan Budaya yang Halangi Keterlibatan Ayah dalam Proses Menyusui

ayah asi-3.jpg
Foto: ayah asi-3.jpg (healthline.com)

Dari pengalaman ini, Rahmat dan istri selalu mencoba memberikan semangat dan dukungan pada teman-teman mereka untuk tetap menyusui bayi mereka.

Hal ini yang kemudian membuat dirinya juga ikut terlibat dalam menginisiasi terbentuknya gerakan AyahASI Indonesia.

"Kami sadar bahwa ASI itu terlalu penting untuk diurus hanya oleh para ibu. Jadi, ayah perlu mengetahui juga soal ASI karena keberhasilan ibu menyusui juga keberhasilan sang ayah. Sebaliknya, kegagalan ibu menyusui karena kegagalan ayah juga dalam memberikan dukungan," ungkap Rahmat.

Namun, menurut Rahmat, kurang berperannya seorang ayah dalam mendukung proses menyusui anak bukan karena edukasi yang masih kurang. Tetapi lebih kepada stigma yang dibentuk karena budaya.

"Menurut saya, bukan karena keterlibatan masih kurang atau perlu edukasi. Tapi budaya Timur kita 'menghalangi' kaum pria untuk terlibat mengurus rumah tangga atau mengurus anak. Kaum pria tidak pernah disiapkan untuk menjadi seorang ayah. Oleh sebagai besar masyarakat kita, pria hanya disiapkan untuk menjadi seorang suami yang bekerja di luar rumah, dan pulang bawa duit banyak," jelas Rahmat.

Stigma ini, menurutnya, juga didorong dari dibedakannya dalam kegiatan sehari-hari. Seperti mainan yang dibedakan dengan anak perempuan, tidak boleh masuk ke dapur, juga tidak mencuci dan memandikan anak.

"Budaya ini pada akhirnya membuat kita merasa bahwa urusan rumah tangga dan anak itu urusan istri. Ketika punya anak, kita bingung dan tidak tahu caranya mengurus anak. Jadi, bukan seorang ayah tidak peduli, tetapi ayah tidak tahu caranya untuk peduli," tambah Rahmat.

Karena itu untuk mengatasinya, Moms perlu berbicara dengan suami, dan ajak suami untuk terlibat di dalam pengasuhan anak.

"Beri kepercayaan untuk memegang anak, minta bantuan, dan jangan dipendam. Pria itu harus diminta bantuannya, dan jangan berharap suami punya inisiatif untuk membantu. Intinya, ngobrol," tutup Rahmat.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb