5 Tahap Perkembangan Psikoseksual Anak Sesuai Usia!
Apakah Moms pernah melihat Si Kecil memegang alat kelaminnya dan terlihat nyaman? Jangan khawatir, Moms, karena ini adalah hal yang normal dan bagian dari perkembangan psikoseksual anak.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud pada awal 1900-an untuk memahami perkembangan kepribadian dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan mental.
Tahapan perkembangan psikoseksual adalah proses alami yang dialami setiap anak. Yuk, simak artikel ini hingga akhir untuk mengenal lebih jauh tentang tahapan ini dan cara terbaik mendampingi Si Kecil!
Baca Juga: Perkembangan Anak 2 Tahun, Apakah Sudah Sesuai dengan Si Kecil?
Pengertian Perkembangan Psikoseksual
Menurut Sigmund Freud, perkembangan psikoseksual adalah lima tahap yang dilalui anak sejak kecil hingga membentuk kepribadian dewasa yang dikutip dari Verywellmind.
Meski teori ini sering menuai kontroversi, baik di masanya maupun saat ini, konsep Freud tetap menjadi dasar penting dalam psikologi.
Model modern kini memperluas teori ini dengan menambahkan pemahaman tentang hubungan internal dan cara manusia menjaga identitas diri.
Tahapan Perkembangan Psikoseksual Anak
Setiap tahapan perkembangan psikoseksual anak ini dikaitkan dengan bagian tubuh tertentu, atau lebih khusus lagi, zona sensitif seksual.
Setiap zona adalah sumber kesenangan dan konflik dalam setiap tahapan masing-masing.
“Kemampuan seorang anak untuk menyelesaikan konflik itu menentukan apakah mereka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya atau tidak,” jelas konselor profesional berlisensi Dr. Mark Mayfield, pendiri dan CEO Mayfield Counseling Centers, melansir dari Healthline.
Jika dapat menyelesaikan konflik dalam tahap tertentu, anak akan maju ke tingkat perkembangan berikutnya. Jika tidak, maka anak akan berada dalam fase "terjebak".
Misalnya, seorang anak yang "terjebak" dalam tahap oral mungkin terlalu menikmati bila terdapat sesuatu di dalam mulutnya, dan ini akan memengaruhi perkembangannya.
Oleh karena itu, Moms perlu memperhatikan tahapan perkembangan psikoseksual anak, yakni:
1. Tahap Oral (0–1 Tahun)
Pada tahap ini, bayi mendapatkan kesenangan dari mulutnya.
Selain menyusui, bayi akan terus memainkan mulutnya dengan jari misalnya, dan terus mengeksplor bagian tersebut dengan memasukkan segala jenis benda ke dalam mulutnya.
Menurut Freud, selama tahap pertama perkembangan ini, libido manusia terletak di mulutnya.
Artinya mulut adalah sumber utama kesenangan. “Tahap ini terkait dengan menyusui, menggigit, mengisap, dan menjelajahi dunia dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut,” jelas psikoterapis Dana Dorfman, PhD, New York, melansir dari Healhtline.
Mengunyah permen karet berlebihan, menggigit kuku, dan mengisap jempol bisa terjadi bila bila kepuasan oral anak terlalu sedikit atau bahkan terlalu banyak pada tahapan ini.
“Makan berlebihan dan merokok juga berakar pada perkembangan yang buruk dari tahap pertama ini,” tambahnya.
Baca Juga: 4 Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget
2. Tahap Anal (1–3 Tahun)
Pada tahap ini, kesenangan anak tidak diperoleh dari memasukkan sesuatu ke dalam tubuh, melainkan mendorong keluar dari anus.
Ya, itu kode untuk buang air besar Moms.
Freud percaya bahwa selama tahap ini, menerapkan toilet training serta belajar mengendalikan buang air besar dan kandung kemih adalah sumber utama kesenangan dan ketegangan.
Teori tersebut mengatakan bahwa pendekatan orang tua terhadap proses toilet training akan memengaruhi bagaimana seorang anak berinteraksi seiring bertambahnya usia.
Misalnya, toilet training yang keras dianggap menyebabkan orang dewasa menjadi retensi anal, yakni perfeksionis dan terobsesi dengan kebersihan.
3. Tahap Phalik (3–6 Tahun)
Fase perkembangan ini terjadi saat anak berusia 3–6 tahun. Seorang anak akan suka mengamati dan menyentuh alat kelaminnya.
Hal tersebut terjadi karena zona sensitif seksual terletak di alat kelamin, dan fase ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Pada tahap ini, anak mulai menyadari jenis kelaminnya sendiri.
Mereka mengenal diri mereka sendiri baik sebagai laki-laki atau perempuan dari visi mereka sendiri tentang alat kelamin maupun dari pendidikan seks yang diajarkan oleh orang tua tentang gender.
Orang tua tidak perlu khawatir jika pada fase ini anak cenderung menyentuh alat kelaminnya, karena perilakunya didasari oleh rasa ingin tahu dan kecenderungan anak untuk mengeksplorasi tubuhnya.
Ini tidak didasarkan pada hasrat seksual, sebab di usia ini, hasrat seksual anak sudah pasti belum terbentuk.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alice Sterling Honig, dari Syracuse University mencatat bahwa anak-anak prasekolah sering bingung dengan perbedaan anatomi seksual.
Bahwa anak-anak membutuhkan nama untuk bagian tubuh seksual, sehingga menyentuh alat kelamin mereka sesekali adalah hal yang normal.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.