Sugar Rush pada Anak, Ini 7 Dampak Buruknya bagi Kesehatan
Di balik rasa makanan manis yang enak dan membuat ketagihan, rupanya jenis makanan manis juga dapat meningkatkan risiko sugar rush pada anak, lho Moms!
Menurut laman Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya, sugar rush adalah suatu kondisi melonjaknya energi besar pada tubuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman berkadar gula tinggi.
Hal ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa.
Baca Juga: 5 Cara Melawan Kecanduan Garam dan Gula
Benarkah Sugar Rush Picu Hiperaktif?
Banyak yang beranggapan bahwa sugar rush dapat membuat anak menjadi hiperaktif. Namun benarkah itu terjadi?
Dr. David Ludwig, profesor pediatri di Harvard Medical School sekaligus direktur program Optimal Weight for Life di Children's Hospital Boston, mengatakan bahwa sugar rush terjadi ketika anak-anak mengonsumsi makanan berindeks glisemik tinggi.
“Sugar rush pada anak sering terjadi disebabkan oleh konsumsi gula atau makanan dan minuman manis dalam jumlah yang banyak,” jelas dr. Fransiska Farah, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Baca Juga: 4 Resep Tahu Bulat untuk Camilan Keluarga
Mengutip studi Yale Scientific pada tahun 1982, menemukan bahwa tidak ada hubungan antara gula dan hiperaktif yang dibuktikan secara ilmiah.
Lalu, mengapa mitos ini masih ada? Mungkin sebagian besar karena ini mengacu pada psikologis anak.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penelitian telah menunjukkan bahwa orang tua yang percaya pada hubungan antara gula dan hiperaktif.
Misalnya anak jadi lebih aktif bermain, sulit mengendalikan diri dan sebagainya.
Namun bukan berarti tidak ada hubungan sugar rush dengan hiperaktif, Moms perlu membatasi makanan gula tinggi pada anak-anak.
Menurut dr. Fransiska, mengonsumsi makanan atau minuman manis yang terlalu banyak dapat menimbulkan kerusakan gigi, obesitas, penyakit diabetes, jantung, dan kolesterol pada anak.
Makanan ini diketahui dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, namun tidak akan bertahan lama.
Dampak Sugar Rush pada Anak
Kenaikan gula darah akibat sugar rush secara mendadak ini yang akan memberikan dorongan energi pada anak dan membuat mereka kesulitan untuk memfokuskan perhatian.
“Gula merupakan sumber energi dari karbohidrat dalam jumlah yang besar. Jadi anak akan terlihat lebih aktif, dan bertenaga setelah mengonsumsi gula,” terang dr. Fransiska.
Bukan hanya itu, gula dalam jumlah yang besar juga dapat mengganggu aktivitas tidur Si Kecil karena efeknya yang membuat sulit mengantuk.
Ada beberapa dampak bagi kesehatan akibat mengonsumsi gula berlebih pada anak-anak, antara lain:
1. Memperlambat Kinerja Otak
Menurut para peneliti di UCLA pada 2012 dalam Arizona Obygn Affiliates, hasil studi pada tikus tentang asupan gula terlalu tinggi, ternyata berdampak buruk bagi kesehatan fungsi otak.
Ditemukan bahwa sugar rush dapat memperlambat kinerja otak. Sederhananya, komunikasi antar sel otak pun terganggu.
Kadar gula yang meningkat cenderung meningkatkan resistensi terhadap insulin, hormon yang penting untuk fungsi otak melalui kontrol gula darah.
Kadar gula yang berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada neurotransmiter yang bertanggung jawab untuk menjaga suasana hati tetap stabil.
Hal ini membuat anak menjadi lebih rewel dan mood rusak.
Sugar rush seringkali menyebabkan depresi dan kecemasan pada anak-anak, lho.
Apalagi, kadar gula yang tinggi bisa menyebabkan radang sel di area otak yang disebut hipokampus.
Area ini memainkan peran penting dalam mengatur dan menyimpan ingatan serta menghubungkan indera dan emosi ke ingatan tersebut.
2. Memperburuk Penglihatan
Jika anak banyak mengonsumsi gula, maka ini akan meningkatkan kadar gula dalam darah dan menurunkan fungsi penglihatan pada mata.
Studi dalam jurnal Investigate Opthalmology & Visual Sciences memaparkan bahwa gula darah tinggi dapat membuat mata menjadi bengkak dan menimbulkan masalah seperti penglihatan kabur.
Penelitian telah membuktikan efek sugar rush ini, dan mereka yang memiliki masalah gula darah tinggi kronis lebih berisiko terkena penyakit mata.
Maka dari itu dalam mencegah hal yang tak diinginkan, kurangi asupan gula pada anak dan ganti dengan makanan mengandung lutein dan zeaxanthin seperti brokoli, alpukat, telur, dan wortel.
Minyak ikan cod juga sangat bagus untuk meningkatkan penglihatan anak.
Baca Juga: Anak Gemuk Belum Tentu Sehat, Ketahui Tips Menjaga Berat Badan Anak
3. Gangguan Pencernaan
Apakah anak sering mengeluh sakit perut, gangguan pencernaan atau asam lambung? Sebab ini bisa menjadi tanda akibat sugar rush pada anak, lho.
Anak yang senang mengonsumsi makanan yang mengandung gula seperti soda, permen, atau kue bisa berdampak buruk bagi pencernaannya.
Gula dapat menyebabkan banyak masalah pada saluran pencernaan anak termasuk asam lanbung, kurangnya penyerapan vitamin dan mineral penting.
Jika anak sering sakit perut atau mengalami gangguan pencernaan, kurangi camilan manis dan ganti dengan camilan sehat seperti buah apel, pisang, yogurt dan oatmeal.
4. Penyempitan Saluran Pernapasan
Tampaknya penyebab di balik peningkatan asma pada anak-anak dan remaja terkait dengan sugar rush.
Menurut peneliti Sonja Kiertein, Ph.D., dari Nestle Research Center di Swiss, menemukan bahwa asupan gula yang tinggi menyebabkan sistem pernapasan mengalami peradangan alergi.
Peradangan ini dapat menyebabkan penyempitan saluran udara dan produksi lendir sehingga timbul gejala asma, mengi, dan sesak napas.
Terlebih untuk anak yang memiliki riwayat asma, Moms harus membatasi makanan gula pada Si Kecil, ya.
Ganti asupan gula alami seperti buah-buahan blueberry, stroberi atau kiwi.
5. Memicu Eksim
Eksim adalah kondisi peradangan kulit yang dapat menyerang anak-anak di bawah usia dua tahun atau lebih.
Menurut studi yang dilakukan National Eczema Association, asupan makanan tinggi gula atau sugar rush, dapat memicu alergi kulit seperti eksim.
Mengapa? Karena gula menyebabkan lonjakan kadar insulin yang mengakibatkan peradangan pada kulit.
Moms bisa mencegah sugar rush pada anak dengan mengurangi asupan gula pada makanan yang dikonsumsi oleh Si Kecil.
American Academy of Pediatric (AAP) menyarankan penambahan gula pada makanan atau minuman anak usia dua tahun ke atas tidak lebih dari enak sendok teh per hari.
Untuk anak berusia dua tahun ke bawah tidak disarankan untuk mengonsumsinya.
Anak-anak disarankan untuk mengonsumsi buah-buahan dengan kandungan gula alami yang sehat yang terkandung di dalamnya.
“Makanan manis juga dapat meningkatkan rasa haus dan dehidrasi.
Oleh karena itu, ajak Si Kecil perbanyak minum air putih dan hindari minuman kemasan yang mengandung banyak gula, agar tetap sehat,” tutup dr. Fransiska.
Baca Juga: 12+ Makanan Khas Medan, dari Rasa Gurih hingga Manis!
6. Gangguan Tidur
Lonjakan energi yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan dapat berdampak pada gangguan tidur pada anak.
Pasalnya, lonjakan energi mendadak setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula, terutama jika dikonsumsi di malam hari dapat membuat anak sulit untuk rileks dan tertidur.
Selain itu, konsumsi gula berlebihan dapat memengaruhi hormon dan neurotransmitter dalam otak yang terkait dengan siklus tidur.
Misalnya, gula dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah dan merangsang pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang dapat mengganggu pola tidur alami anak.
7. Perubahan Suasana Hati
Ketika anak mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula, mereka mungkin mengalami peningkatan energi yang tiba-tiba dan hiperaktifitas.
Bahkan, dapat diikuti oleh penurunan energi yang drastis.
Lonjakan gula dalam darah ini dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang cepat, seperti kegembiraan, hiperaktifitas, atau kegelisahan, yang kemudian dapat diikuti oleh perasaan lelah, lesu, atau bahkan iritabilitas.
Selain itu, konsumsi gula berlebihan juga dapat memengaruhi kadar neurotransmitter tertentu dalam otak yang terkait dengan suasana hati, seperti serotonin.
Lonjakan gula yang diikuti oleh penurunan kadar gula dalam darah dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter ini, yang pada gilirannya dapat memengaruhi suasana hati anak.
Baca Juga: 12+ Merek Pasta Gigi untuk Anak, Aman Jika Tertelan!
Pencegahan Sugar Rush pada Anak
Jadi, bagaimana cara Moms untuk mengurangi konsumsi gula sehingga anak tidak mengalami sugar rush?
Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan.
1. Sarapan Protein dan Karbohidrat Kompleks
Pastikan sarapan keluarga mengandung protein dan karbohidrat kompleks.
Kandungan gizi ini akan membantu Moms dan Si Kecil tetap kenyang dan tak mudah lapar, sehingga terhindar dari keinginan ngemil atau ngidam gula sepanjang hari.
2. Jangan Makan Makanan Manis di Awal Hari
Makanan yang Moms makan di awal hari cenderung “mengatur suasana” sepanjang hari.
Jika Si Kecil mulai mengonsumsi makanan super manis di pagi hari, ia mungkin akan menginginkan makanan manis sepanjang hari.
Baca Juga: Gula Palem: Nutrisi, Manfaat, dan Bedanya dengan Gula Lain
3. Jangan Lupa Makan Sayur di Hidangan
Ketika kita melewatkan waktu makan atau makan terlambat, kita akhirnya menjadi sangat lapar, pemarah, dan mengonsumsi jenis makan apapun yang mungkin tidak sehat.
Sebaiknya, penuhi nutrisi dengan makan sayur. Seperti konsumsi smoothie buah atau sayur, kue labu, bahkan pizza vegetarian.
4. Gunakan Bahan Pemanis Ramah Kadar Gula
Moms bisa menggunakan bahan-bahan pemanis yang ramah kadar gula dalam membuat hidangan kue, atau makanan penutup.
Contohnya seperti madu, dan sirup maple, gula merah, tidak meningkatkan gula darah secepat gula putih.
Pemanis ini juga mengandung mineral yang menyehatkan dan tentu saja tidak kalah enak.
Nah, ternyata sugar rush pada anak berdampak langsung pada kesehatannya ya Moms.
Karena itu, sebaiknya lakukan langkah pencegahan ya dengan memperhatikan kadar gula pada setiap asupan yang dikonsumsi anak.
- https://www.yalescientific.org/2010/09/mythbusters-does-sugar-really-make-children-hyper/
- https://www.aoafamily.com/blog/how-sugar-affects-a-childs-brain/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3864380/
- https://nationaleczema.org/eczema-food-allergies/
- https://www.aappublications.org/news/2016/08/23/Sugar082316
- https://bestcare.org/news/sugar-rush-how-much-sugar-too-much
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.