
Maraknya fenomena child grooming membuat para Moms harus selalu ekstra waspada terhadap buah hatinya.
Child grooming yang terjadi pada anak-anak ini bisa dialami anak perempuan dan juga anak laki-laki. Salah satu bentuk kejahatan seksual ini jika dibiarkan akan berdampak buruk pada psikologis, emosional, hingga kesehatan fisik anak.
Child grooming ibarat gunung es yang jika diketahui dan dilaporkan hanya terlihat sedikit atau hanya terlihat pada puncaknya saja. Padahal, dalam kenyataannya ada banyak anak yang mengalami child grooming. Hanya saja mereka tidak terlihat dan juga tidak melaporkannya.
Baca Juga: 9 Cara Bangkit dari Keterpurukan, No.7 Sering Dilupakan
Foto: Child Grooming (pexels.com/RODNAE Productions)
Foto: pexels.com/RODNAE Productions
Child grooming adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam membangun hubungan kepercayaan dan ikatan emosional dengan anak atau remaja sehingga mereka bisa memanipulasi atau mengeksploitasi anak tersebut.
Menurut jurnal Child Grooming Sebagai Bentuk Pelecehan Seksual Anak Melalui Aplikasi Permainan Daring, memanipulasi menjadi satu kata yang perlu digarisbawahi dalam child grooming. Pelaku child grooming memang memiliki sikap yang suka sekali memanipulasi anak.
Child grooming bisa dikatakan sebagai modus pelecehan seksual terhadap anak dengan iming-iming pendekatan.
Pelecehan seksual anak ini bisa terjadi secara langsung maupun online. Child grooming yang terjadi secara langsung biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat. Misalkan saja tetangga, guru, pekerja di rumah, hingga kerabat terdekat.
Sedangkan child grooming yang dilakukan secara online biasanya terjadi pada anak yang sudah sekolah atau remaja dengan mengajak berkenalan melalui media sosial.
Kasus child grooming sudah banyak terjadi, terutama di Indonesia. Beberapa kasus child grooming yang terkenal di Indonesia terjadi pada tahun 2010 dengan pelaku bernama Bekuni alias Babe yang terjadi di Jakarta dengan modus memberi makan atau mengajak main dingdong anak-anak.
Lalu pada tahun 2014 terjadi lagi kasus pelecehan seksual anak yaang terjadi kepada murid TK oleh guru dan petugas kebersihan di Jakarta International School (JIS). Di tahun yang sama, ada Andri Sobari alias Emon yang mencabuli lebih dari seratus anak di Sukabumi hanya dengan iming-iming yang Rp25.000-Rp50.000.
Banyaknya kasus pelecehan anak yang terjadi di Indonesia membuat kita tidak boleh menutup mata dan bersikap acuh.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Penjual Kurban Online, Idul Adha Sebentar Lagi
Foto: Child Grooming (pexels.com/Katie E)
Foto: pexels.com/Katie E
Perlu diketahui kalau para pelaku pelecehan seksual anak selalu punya strategi yang mereka lakukan dalam menentukan korban dan menjalankan aksinya.
Ada beberapa tahapan bagi pelaku child grooming dalam menjalankan aksinya, yaitu:
Hal pertama yang dilakukan oleh pelaku adalah melakukan seleksi terhadap calon korbannya. Korban dipilih biasanya berdasarkan daya tarik fisik yang mereka rasakan, kemudahan akses, hingga kerentanan yang dirasakan.
Anak-anak yang tidak mendapatkan pengawasan cukup dari orangtua atau yang orangtuanya sibuk, akan sangat rentan menjadi korban karena anak-anak tersebut mudah diakses.
Anak-anak yang tidak diawasi oleh orangtua juga terkadang memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Para pelaku biasanya mencari akses untuk bisa dekat dengan anak-anak. Misalkan saja dengan alasan menjaga anak saat orangtuanya sedang sibuk, mengajak anak bermain, bekerja di rumah anak, menjadi guru anak, hingga menawarkan untuk mengantar jemput anak.
Modus dari pelaku kejahatan seksual anak ini selalu jeli dalam melihat akses yang ada. Mereka selalu bisa menemukan anak-anak dengan akses yang mudah dijangkau tanpa kecurigaan.
Baca Juga: Review Serum Somethinc C-Riously 24k Gold Essence oleh Moms Orami, Bantu Hilangkan bekas Jerawat!
Foto: Tahapan Child Grooming (pexels.com/RODNAE Productions)
Foto: pexels.com/RODNAE Productions
Tahapan selanjutnya ada membangun kepercayaan dan ikatan emosional dengan korbannya. Setelah akses didapat, pelaku akan mulai menjalankan aksinya dengan mendekati korban, mengajak ngobrol, hingga memberikan perhatian yang lebih.
Biasanya mereka akan memberikan hadiah-hadiah kecil yang disukai anak serta mulai memuji-muji anak hingga berbagi rahasia berdua. Dari sinilah anak akan mulai percaya kepada pelaku dan mulai termanipulasi.
Nantinya setelah anak merasa percaya dengan pelaku, pelaku akan mulai menyentuh korban, memeluk, hingga melakukan hal-hal tercela lainnya.
Tahapan terakhir dari pelaku child grooming dalam menjalankan aksinya adalah silenting. Dalam tahapan ini pelaku yang sudah melakukan kejahatannya akan meminta korban untuk merahasiakan perbuatannya.
Pelaku akan berusaha untuk meyakinkan korban kalau hal yang terjadi harus dirahasiakan kepada siapapun, termasuk orangtua korban.
Pelaku bahkan bisa mulai mengancam korban supaya korban merasa takut dan tidak bisa mengadu pada orang lain.
Baca Juga: 7 Sentra Pendaftaran Vaksin COVID-19 Usia 18+ Melalui Aplikasi Online dan Caranya, Segera Daftar!
Foto: Ciri-ciri Child Grooming (raisingchildren.net.au)
Foto: raisingchildren.net.au
Menurut www.parenting.co.id, perilaku anak yang terkena child grooming ini bisa Moms deteksi sejak dini sehingga tindakan pencegahan bisa langsung diambil.
Beberapa perilaku anak yang terkena child grooming adalah:
Baca Juga: 4 Resep Bolu Gulung, Cocok untuk Moms dan Keluarga yang Suka Camilan Manis
Tidak semua tanda-tanda tersebut dialami oleh anak yang terkena child grooming, tapi jika Moms menemukan lebih dari lima tanda yang ada di atas, maka Moms patut bersikap waspada dan mencaritahu.
Baca Juga: Apa Perbedaan Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual?
Foto: Cara Mencegah Child Grooming (pexels.com/Pixabay)
Foto: pexels.com/Pixabay
Lantas bagaimana caranya untuk mencegah agar anak tidak terkena child grooming. Moms bisa menyimak cara-caranya di bawah ini:
Semoga dengan adanya informasi mengenai child grooming di atas, Moms bisa menghindarinya dengan baik.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.