
Scroll untuk melanjutkan membaca
Tanpa disadari, Moms dan Dads mungkin telah menerapkan pola asuh otoriter pada anak-anak di rumah. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang sangat ketat.
Pola asuh yang satu ini melibatkan kepatuhan, disiplin, dan kontrol daripada mengasuh anak. Pada akhirnya, orang tua akan memberikan hukuman yang keras jika anak melakukan kesalahan.
Tentu saja, pola asuh tersebut tidak dianjurkan, tetapi mungkin masih banyak orang tua yang melakukannya.
Oleh karena itu, Moms dan Dads sebaiknya memahami pola asuh otoriter dan dampaknya bagi anak sehingga dapat menghindarinya.
Baca Juga: 7+ Pilihan Hukuman yang Mendidik untuk Anak, Hindari Kekerasan Fisik dan Verbal!
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang dicirikan oleh tuntutan yang tinggi dan daya tanggap yang rendah.
Orang tua dengan gaya otoriter memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka, namun memberikan sangat sedikit umpan balik dan pengasuhan.
Daripada menghargai pengendalian diri dan mengajar anak-anak untuk mengelola perilaku mereka sendiri, orang tua otoriter berfokus pada kepatuhan terhadap otoritas.
Tidak heran jika orang tua otoriter hanya fokus untuk memberikan umpan balik dalam bentuk hukuman untuk perilaku buruk, dibanding perilaku positif.
Lalu, apa saja kah ciri-ciri orang tua yang otoriter? Berikut yang perlu Moms dan Dads ketahui:
Foto: memarahi anak (Orami Photo Stock)
Salah satu ciri orang tua otoriter, yakni terlalu banyak menuntut pada anak.
Tak tanggung-tanggung, orang tua yang otoriter memiliki banyak aturan dan bahkan mungkin mengatur hampir setiap aspek kehidupan dan perilaku anak-anak mereka, di rumah dan di depan umum.
Selain itu, orang tua otoriter juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak-anak. Meski mungkin, anak-anak tidak menerima instruksi tentang aturan ini secara langsung.
Sebaliknya, anak-anak diharapkan untuk mengetahui bahwa aturan-aturan tersebut ada.
Padahal seharusnya, Moms dan Dads menjadi orang tua yang memberi instruksi dengan baik dan bersikap responsif terkait peraturan dalam keluarga.
Baca Juga: Kinestetik Adalah Kecerdasan Penting bagi Anak, Begini Cara Mengajarkannya pada Si Kecil
Orang tua otoriter dicirikan dengan sosok yang dingin, jarang membangun kedekatan bersama anak, bahkan kasar.
Jika Moms dan Dads cenderung mudah mengomel atau meneriaki anak-anak daripada menawarkan dorongan dan pujian, mungkin bisa menjadi sinyal bahwa Moms dan Dads termasuk orang tua yang otoriter.
Apabila demikian, Moms dan Dads sebaiknya berhenti dan cobalah untuk mencurahkan kasih sayang sebanyak mungkin pada anak.
Hal ini karena rasa cinta orang tua dapat menjadi salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang buah hati.
Foto: anak murung (Orami Photo Stock)
Ciri-ciri orang tua otoriter yang berikutnya, yakni sering kali menyikapi kesalahan anak dengan hukuman, bahkan kekerasan. Meski sebenarnya, kesalahan tersebut bisa diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.
Dibandingkan dengan sikap positif, orang tua yang otoriter biasanya akan bereaksi dengan cepat dan kasar ketika aturan dilanggar oleh anak-anak mereka.
Sering kali, orang tua dengan gaya asuh seperti ini tidak memiliki masalah untuk menggunakan hukuman fisik sehingga bisa saja melibatkan pemukulan terhadap anak.
Baca Juga: 16 Cara Mendidik Anak di Era Digital, Moms Harus Tahu!
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pola asuh otoriter ini ditandai dengan banyak tuntutan terhadap anak.
Maka, orang tua sering kali tidak mau melakukan negosiasi dengan anak-anak mereka.
Orang tua memandang seluruh situasi baik dan benar sehingga hanya ada sedikit ruang, bahkan mungkin tidak ada ruang bagi anak untuk berkompromi.
Anak-anak pun tidak pernah dilibatkan dalam membuat aturan atau menentukan keputusan. Mereka hanya dituntut untuk patuh dan apabila melanggar, orang tua tidak segan menghukumnya.
Foto: ibu memarahi anak (Orami Photo Stock)
Ciri pola asuh otoriter lainnya adalah tidak percaya pada anak sehingga mereka tak dapat membuat pilihan.
Orang tua dengan gaya asuh ini tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak-anaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan perilaku yang baik.
Orang tua otoriter pun cenderung mengarahkan anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.
Meski sebenarnya, orang tua bisa membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan tersebut.
Baca Juga: Moms dan Dads Wajib Tahu, Ini Dia 5 Manfaat Disiplin bagi Anak
Foto: anak bersedih (Orami Photo Stock)
Apabila Moms dan Dads termasuk dalam salah satu ciri di atas, sebaiknya segera mengubah pola asuh anak ke arah yang lebih baik.
Pasalnya, pola asuh otoriter ini memiliki banyak dampak negatif pada anak. Berikut di antaranya:
Meskipun pengasuhan otoriter banyak dikaitkan dengan dampak negatif, tetapi ada beberapa kemungkinan hasil positif bagi anak.
Misalnya, anak-anak mungkin akan mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar.
Karena omelan dan dorongan kuat terus-menerus yang dilakukan oleh orang tua, anak-anak mungkin juga akan selalu ingin berbuat baik. Hal ini terjadi karena anak merasatakut akan hukuman atau hasil yang buruk.
Namun, sebaiknya Moms dan Dads menghindari pola asuh otoriter ini karena lebih banyak dampak negatifnya pada anak. Yuk, jadi orang tua yang lebih bijak!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.