
Dampak negatif televisi cenderung lebih sering dialami oleh anak-anak zaman sekarang.
Pasalnya, banyak orangtua yang membiarkan anaknya menonton agar ia tenang dan tidak banyak berlarian.
Padahal, terlalu sering membiarkan hal tersebut terjadi dapat memengaruhi pertumbuhan anak secara fisik dan mental, lho.
Karena pengaruh buruknya berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan mental secara menyeluruh, kegiatan tersebut harus dibatasi.
Baca juga: 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana yang Moms Pilih?
Foto: Anak Menonton Televisi (Freepik.com/freepik)
Dilansir dari Parenting Firstcry berikut ini beberapa dampak negatif televisi bagi anak:
Anak-anak yang menghabiskan waktu terlalu banyak di depan televisi akan kehilangan waktu berharganya.
Waktu tersebut seharusnya bisa digunakan untuk melakukan hal yang lebih produktif seperti bergaul dengan teman.
Selain itu, anak juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah, bermain di luar rumah, dan kegiatan positif lainnya.
Dampak negatif televisi yang satu ini berlaku pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun.
Di usia ini, otak berada dalam perkembangan yang pesat dalam tahap pembelajaran sosial dan emosional.
Jika terlalu sering menonton televisi, anak akan fokus saja pada gambar, tidak tersenyum, berbicara, atau berinteraksi dengan orangtua dan orang di sekitarnya.
Jika dibiasakan, beberapa tahun kemudian, anak bisa saja membatasi interaksi sosial dengan teman sebayanya.
Hal tersebut otomatis akan memengaruhi keterampilan bahasa dan sosialnya dalam jangka panjang.
Dampak negatif televisi bagi anak selanjutnya adalah, menurunkan kreativitas dan imajinasi.
Jika hanya berdiam diri di rumah saja tanpa menjelajahi dunia luar, ia tidak akan mampu mengembangkan imajinasinya.
Menonton televisi secara berlebihan tidak dapat merangsang pikiran atau ide-ide yang kreatif.
Ibarat kata, menonton televisi secara pasif mengonsumsi atau melihat ide dari orang lain, tanpa aktif berkreasi.
Anak-anak yang menghabiskan lebih dari 2-3 jam di depan layar televisi setiap hari sering kali mengalami penurunan fokus saat belajar.
Mereka memiliki kemungkinan tinggi untuk menderita ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) di kemudian hari.
Bukan hanya segi akademis saja, anak yang terlalu sering menonton televisi juga tidak pandai dalam berolahraga.
Selain itu, mereka cenderung tidak menyukai acara atau kegiatan yang berkaitan dengan mengasah kreativitas.
Produktivitas adalah hal-hal yang dilakukan mencapai tingkatan baru dalam hidup.
Jika anak terus-menerus menonton televisi, tidak akan ada pencapaian akademis yang berdampak pada kesuksesannya kelak.
Selain itu, tidak produktif juga berdampak pada kehidupan akademis, sosial, dan emosionalnya.
Dampak negatif televisi bagi anak selanjutnya adalah meningkatkan risiko obesitas dan kesehatan lainnya.
Saat menonton televisi, anak-anak cenderung menyukai camilan, seperti cokelat, kentang goreng, atau ciki.
Jika tubuh terus-menerus mendapat asupan yang tidak sehat, penumpukan kalori dari makanan tersebut akan memicu obesitas.
Foto: Anak Menonton TV di Kamar (Freepik.com/freepik)
Sindrom mata malas menjadi dampak negatif televisi bagi anak. Saat dialami, anak akan mengalami penglihatan kabur atau ganda.
Parahnya, kondisi tersebut tidak dapat diatasi dengan penggunaan kacamata atau lensa kontak.
Kecanduan televisi juga menyebabkan anak kurang bergerak, yang berdampak pada kesehatan organ jantung.
Jika kondisi tersebut terus-menerus dilakukan, bukan hal yang tidak mungkin jika anak terkena penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Terlalu banyak menonton televisi, apalagi adegan dewasa yang menunjukkan kekerasan dapat mengubah struktur otak.
Hal tersebut berdampak pada peningkatan keinginan berperilaku negatif, terutama kekerasan.
Acara TV membesar-besarkan realitas dan memberikan pandangan yang menyimpang tentang dunia. A
cara yang mengungkapkan kehidupan yang sempurna dan skenario yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan dapat membuat anak-anak merasa tidak mampu.
Anak-anak yang sering menonton adegan dewasa di televisi, penggunaan narkoba, dan penyalahgunaan alkohol rentan mengalami perubahan emosional.
Pasalnya, mereka terlalu dini untuk memahami beragam masalah orang dewasa.
Jika terus-menerus dilakukan, anak mungkin saja mengalami perubahan pandangan dan pemikiran layaknya orang dewasa.
Terkadang, televisi menayangkan kartun atau film anak yang seru. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya minat dalam belajar.
Bukan itu saja, anak juga cenderung tidak memiliki minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan lain.
Jika terus menerus dibiarkan, hal tersebut akan berdampak buruk pada kinerja akademik anak.
Menonton televisi terlalu sering dapat mengurangi keterampilan motorik halus dan kreatif anak.
Keduanya akan muncul saat anak terlibat dalam aktivitas yang merangsang fisik maupun mental.
Anak-anak yang mengembangkan ADHD umumnya dipicu oleh terlalu sering banyak menonton televisi, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus saat belajar.
Baca juga: Mengenal Pola Asuh Permisif dan Dampaknya pada Anak
Foto: Ayah dan Anak Menonton Televisi (Freepik.com/freepik)
Setelah mengetahui seluruh dampak negatif televisi pada anak, Moms kemungkinan akan mencari tahu bagaimana langkah mengatasinya.
Dilansir dari Kids Health, Moms harus membatasi waktu menonton anak-anak. Selain itu, berikut ini beberapa hal yang dilakukan:
Baca juga: Ini Tips Saya Mengasuh Anak dengan Pola Asuh yang Membuat Si Kecil Bahagia
Untuk bayi dan balita di bawah usia 2 tahun, tidak disarankan untuk menonton televisi karena otak mereka sedang berkembang.
Sebaiknya tingkatkan interaksi dengan anak. Perhatikan kebutuhan emosionalnya. Dorong anak melakukan kegiatan positif, seperti membaca, menulis, dan menggambar.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.