
Dalam dunia medis, demam kelenjar pada anak dikenal juga dengan istilah mononukleosis.
Penyakit menular ini memang lebih sering dialami oleh remaja dan orang dewasa, tapi tidak menutup kemungkinan menyerang anak usia sekolah dasar.
Untuk melindungi Si Kecil dari demam kelenjar, silakan simak dulu informasi yang sudah kami rangkum berikut ini ya, Moms.
Baca Juga: Mengenal Hiperbilirubinemia pada Bayi, Penyebab Penyakit Kuning pada Bayi
Foto: Anak Lesu (baby-chick.com)
Mengutip penjelasan dari Health Direct, sebagian besar anak yang mengalami demam kelenjar tidak menunjukkan gejala yang dramatis dan terkadang mirip seperti demam biasa.
Namun pada beberapa kasus, demam kelenjar pada anak bisa disertai beberapa gejala yang muncul secara bertahap, seperti:
Gejala lainnya yang mungkin menyertai demam kelenjar, yaitu:
Tak hanya itu, amandel bengkak dan kelenjar gondok menjadi sangat merah dan mengeluarkan cairan.
Biasanya juga tumbul bintik-bintik merah atau ungu kecil di langit-langit mulut.
Sebagian besar gejala demam kelenjar biasanya akan sembuh dalam 2-3 minggu.
Tenggorokan akan terasa paling sakit selama 3-5 hari setelah gejala dimulai sebelum berangsur-angsur membaik. Demam biasanya dapat berlangsung 10-14 hari.
Menariknya, rasa lemas dan lelah akibat demam kelenjar ternyata bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan lho, Moms!
Jika Si Kecil mengalami satu atau lebih dari gejala, sebaiknya Moms segera membawanya ke dokter anak untuk memastikan demam kelenjar dan cara pengobatan yang tepat.
Selain riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik anak, diagnosis mononukleosis biasanya didasarkan pada gejala yang dilaporkan.
Namun, diagnosis dapat dipastikan dengan tes darah tertentu dan tes laboratorium lainnya, termasuk jumlah sel darah putih dan tes antibodi.
Baca Juga: Tidak Selalu Demam, Ini 5 Penyebab Kepala dan Tubuh Bayi Terasa Panas
Foto: Kakak Menyuap Adik (thekitchn.com)
Demam kelenjar, baik pada anak maupun dewasa, disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr, yang ditularkan melalui air liur.
Karena pada orang dewasa sebagian besar penularan terjadi melalui ciuman, demam kelenjar juga sering disebut sebagai kissing disease.
Sedangkan penularan virus penyebab demam kelenjar pada anak umumnya terjadi karena berbagi sendok, garpu, dan peralatan makan.
Si Kecil juga saja bisa tertular usai terkena cipratan air liur dari bersin atau batuk dari orang yang sudah terinfeksi.
Infeksi kemudian masuk ke sel darah putih sebelum menyebar melalui sistem limfatik.
Setelah infeksi berlalu, penderitanya akan mengembangkan sistem kekebalan seumur hidup terhadap virus dan sebagian besar tidak akan menunjukkan gejala lagi.
Banyak orang pertama kali terpapar EBV selama masa kanak-kanak, ketika infeksi menyebabkan sedikit gejala dan seringkali tidak dikenali sebelum akhirnya berlalu.
Sementara pada orang dewasa muda, mereka mungkin paling berisiko terkena demam kelenjar.
Karena mereka mungkin belum terpapar virus saat mereka masih muda dan infeksi cenderung menghasilkan gejala yang lebih parah saat seseorang tumbuh lebih tua.
Selain EBV, cytomegalovirus dan rubella, kadang-kadang disebut campak Jerman, juga dapat menyebabkan demam kelenjar.
Selain itu dikutip dari Medical News Today, seseorang mungkin dapat mengalami gejala serupa demam kelenjar jika mereka memiliki toksoplasmosis, infeksi parasit.
Baca Juga: 4 Perawatan di Rumah yang Bisa Dilakukan Saat Anak Demam
Foto: Anak Terbaring Sakit (Orami Photo Stocks)
Menurut National Health Services, sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan demam kelenjar pada anak.
Moms cukup menjaga asupan makanan dan kualitas istirahat Si Kecil hingga tubuhnya kembali pulih seperti sedia kala.
Selain itu, Moms mungkin bisa melakukan beberapa hal di bawah untuk membantu mengontrol gejala:
Penting untuk minum banyak cairan (sebaiknya berikan anak air putih atau jus buah tanpa pemanis) untuk menghindari dehidrasi ketika mereka mengalami demam kelenjar.
Obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti parasetamol atau obat antiinflamasi non steroid (NSAID) seperti ibuprofen, dapat membantu mengurangi nyeri dan demam.
Anak-anak di bawah 16 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi aspirin karena ada risiko kecil hal itu dapat memicu kondisi kesehatan langka namun serius yang disebut sindrom Reye.
Berkumur secara teratur dengan larutan air hangat dan asin juga dapat membantu meredakan sakit tenggorokan.
Baca Juga: Benarkah Aspirin Memicu Cepat Hamil?
Si Kecil harus banyak istirahat selama pemulihan dari demam kelenjar, meskipun istirahat total tidak disarankan karena dapat membuat kelelahan berlangsung lebih lama.
Bantulah anak untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap saat tingkat energi mereka kembali, tetapi hindari aktivitas yang membuat mereka merasa tidak nyaman, Moms.
Kebanyakan penderita dapat sembuh dari demam kelenjar di rumah.
Namun, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan selama beberapa hari jika anak Moms mengalami hal ini:
Perawatan di rumah sakit mungkin melibatkan pemberian cairan atau antibiotik langsung ke pembuluh darah (intravena), suntikan kortikosteroid dan pereda nyeri.
Biasanya, anak yang sudah pernah tertular virus Epstein-Barr menjadi kebal dan tidak akan mengalami demam kelenjar lagi saat dewasa nanti.
Meski ada beberapa kasus demam kelenjar yang berulang, umumnya terjadi dalam waktu satu tahun setelah infeksi pertama.
Baca Juga: Jenis-jenis Demam Pada Anak yang Harus Kita Tahu
Foto: Komplikasi Demam Kelenjar pada Anak (Orami Photo Stock)
Melansir Everyday Health, anak-anak cenderung berisiko lebih tinggi mengalami masalah yang lebih serius jika tidak:
Beberapa kondisi tersebut mungkin dapat menyebabkan Si Kecil mengalami komplikasi di bawah ini:
Mononukleosis atau demam kelenjar yang parah dapat menyebabkan pembengkakan pada limpa.
Hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan organ jika terlalu banyak tekanan. misalnya, ketika saat jatuh atau jika seseorang yang menabrak tubuh anak Moms).
Itulah sebabnya dokter menyarankan untuk menghindari aktivitas berat dan kontak olahraga saat memulihkan diri dan berbulan-bulan setelah gejala hilang.
Limpa yang pecah dapat menyebabkan perdarahan internal yang berpotensi mengancam nyawa.
Baca Juga: Apa itu Fatty Liver? Kenali Gejalanya dan Hindari Penyebabnya
Beberapa orang mungkin mengalami hepatitis (atau radang hati) setelah didiagnosis demam kelenjar.
Penelitian menunjukkan sebanyak 14% orang yang terinfeksi EBV mengalami pembesaran hati.
Beberapa pasien demam kelenjar mungkin mengalami penyakit kuning, yaitu kulit menguning dan bagian putih di sekitar mata.
Selain itu, ada juga risiko adanya komplikasi pada Si Kecil jika demam kelenjar tak segera ditangani, antara lain:
Menurut Hank Balfour Jr., MD, seorang profesor kedokteran laboratorium dan patologi serta pediatri di University of Minnesota Medical School di Minneapolis, hampir semua orang dengan MS telah terinfeksi EBV.
Dokter saat ini sedang menjajaki asosiasi dan bekerja untuk mengembangkan vaksin untuk EBV, yang mereka yakini juga dapat melindungi terhadap MS.
Baca Juga: Normalkah Demam Anak Naik Turun Selama 5 Hari? Ini Jawaban Menurut Ahli!
Foto: Anak Mencuci Tangan (lylamorris.com)
Setelah tahu kalau demam kelenjar pada anak ditularkan melalui paparan air liur yang sudah terkontaminasi virus Epstein-Barr, akan lebih mudah meminimalisir risiko.
Paling mudah, Moms bisa membiasakan Si Kecil untuk mencuci tangan sebelum makan dan sesudah beraktivitas.
Jangan lupa, biasakan Si Kecil untuk tidak berbagi peralatan makan dengan orang lain dan menjaga jarak dengan orang yang sedang bersin atau batuk.
Yuk, jaga kesehatan anak-anak dengan baik agar tumbuh kembang mereka optimal dan terhindar dari masalah kesehatan yang berbahaya.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.