03 November 2023

Kerumut pada Anak, Pahami Gejala dan Cara Mengatasinya

Penting untuk bisa segera diatasi!
Kerumut pada Anak, Pahami Gejala dan Cara Mengatasinya

Moms dan Dads, kerumut pada anak merupakan istilah penyakit yang kerap diungkap di masyarakat yang ditandai dengan gejala kerumutan pada kulit tubuh dan disertai dengan gejala lainnya.

Sedangkan, dalam dunia medis kerumut disebut dengan penyakit campak.

Campak atau kerumut kerap menyerang anak-anak namun tidak sedikit orang dewasa juga mengalaminya.

Kerumut pada anak ini menyebabkan ruam merah yang sangat menular lewat kontak langsung orang yang memiliki virus atau melalui tetesan di udara.

Vaksinasi menawarkan perlindungan efektif dari kerumut pada anak.

Beberapa orang tidak bisa mendapatkan vaksinasi karena kondisi kesehatan lain, seperti sistem kekebalan yang lemah.

Namun, menurut artikel yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), jika 93-95% populasi menerima vaksin, mereka yang berisiko kemungkinan tidak akan tertular campak.

Seorang anak lebih berisiko terkena kerumut jika ia belum pernah mendapatkan vaksin campak, dan bersentuhan dengan siapa saja yang menderita campak.

Seseorang tertular sekitar 4 hari sebelum ruam muncul, sehingga seorang anak dapat terkena virus tanpa menyadarinya.

Penyebab kerumut pada anak diyakini berasal dari infeksi virus rubeola.

Baca Juga: Cacar Monyet Masuk Indonesia, Berikut 5 Faktanya!

Tanda dan Gejala Kerumut pada Anak

Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock)

Kerumut pada anak adalah penyakit virus yang menyebabkan gejala tidak nyaman dan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa atau mengubah hidup.

Centers for Disease Control and Prevention, menyatakan bahwa gejala kerumut pada anak muncul 7-14 hari setelah terpapar.

Namun menurut WHO prosesnya bisa memakan waktu hingga 23 hari.

Nah berikut ini tanda dan gejala kerumut pada anak yang bisa Moms dan Dads ketahui:

7 - 14 Hari Setelah Infeksi Kerumut: Gejala Muncul

Kerumut bukan hanya ruam kecil. Kerumut pada anak bisa berbahaya. Tanda dan gejala kerumut pada anak yaitu:

2-3 Hari Setelah Gejala Mulai: Bintik Koplik

Bintik putih kecil (bintik Koplik) dapat muncul di dalam mulut dua hingga tiga hari setelah gejala dimulai.

Bintik-bintik kecil di dalam mulut merupakan ciri khas dari fase awal kerumut.

Bintik-bintik itu terlihat seperti butiran pasir putih kecil masing-masing dikelilingi oleh cincin merah.

Mereka ditemukan terutama di bagian dalam pipi (mukosa bukal) di seberang molar 1 dan 2 atas.

Dinamai untuk dokter anak New York Henry Koplik (1858-1927) yang menggambarkan mereka.

3-5 Hari Setelah Gejala Mulai: Ruam Kerumut

Moms dan Dads, tiga sampai lima hari setelah gejala dimulai maka timbul ruam.

Biasanya dimulai sebagai bintik merah datar yang munculk di wajah, di garis rambut, dan menyebar ke bawah ke leher, batang, lengan, tungkai, dan kaki.

  • Benjolan kecil yang menonjol juga bisa muncul di atas bintik merah datar.
  • Bintik-bintik itu mungkin bergabung bersama saat menyebar dari kepala ke seluruh tubuh.
  • Saat ruam muncul, demam kerumut pada anak bisa mencapai 40 derajat celcius.

Sementara itu menurut NHS.UK, berikut ini rangkuman dari tanda dan gejala kerumut pada anak:

  • Hidung meler atau tersumbat
  • Bersin
  • Mata berair
  • Kelopak mata bengkak
  • Sakit, mata merah yang mungkin sensitif terhadap cahaya
  • Suhu tinggi (demam), yang bisa mencapai sekitar 40C (104F)
  • Bintik putih keabu-abuan kecil di mulut
  • Sakit dan nyeri
  • Batuk
  • Kehilangan selera makan
  • Kelelahan, mudah tersinggung, dan kekurangan energi secara umum.

Menurut The Royal Children Hospital Melbourne, kebanyakan kasus kerumut pada anak akan merasakan sakit kurang dari seminggu, seharusnya lebih baik sekitar dua hari setelah ruam muncul.

Sedangkan, batuk bisa bertahan selama dua minggu.

Baca Juga: 7 Fakta Seputar Campak dan Rubella pada Bayi

Komplikasi Kerumut pada Anak

Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stock)

Komplikasi kerumut pada anak lebih mungkin berkembang pada kelompok orang tertentu. Ini termasuk:

  • Bayi berusia di bawah 1 tahun
  • Anak-anak dengan pola makan yang buruk
  • Anak-anak dengan sistem kekebalan yang lemah (seperti mereka yang menderita leukemia)
  • Remaja dan dewasa
  • Anak-anak yang berusia lebih dari 1 tahun dan sehat memiliki risiko komplikasi yang paling rendah

Komplikasi umum:

  • Diare dan muntah, yang dapat menyebabkan dehidrasi
  • Infeksi telinga tengah (otitis media), yang dapat menyebabkan sakit telinga
  • Infeksi mata (konjungtivitis)
  • Radang kotak suara (radang tenggorokan)
  • Infeksi saluran udara dan paru-paru (seperti pneumonia, bronkitis, dan croup)
  • Cocok yang disebabkan oleh demam (kejang demam)

Komplikasi yang tidak umum:

  • Infeksi hati (hepatitis)
  • Misalignment of the eyes (juling) jika virus mempengaruhi saraf dan otot mata
  • Infeksi pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meningitis) atau infeksi otak itu sendiri (ensefalitis)

Komplikasi Langka:

  • Gangguan mata yang serius, seperti infeksi saraf optik, saraf yang mengirimkan informasi dari mata ke otak (ini dikenal sebagai neuritis optik dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan).
  • Masalah jantung dan sistem saraf.
  • Komplikasi otak yang fatal yang dikenal sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), yang dapat terjadi beberapa tahun setelah campak (ini sangat jarang, hanya terjadi pada 1 dari setiap 25.000 kasus).

Baca Juga: Mengenal Vaksin MR yang Penting untuk Anak, dari Manfaat hingga Efek Samping

Perawatan Kerumut pada Anak

Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Kerumut pada Anak (Orami Photo Stock)

Jika gejala kerumut pada anak menyebabkan ketidaknyamanan bagi Si Kecil, ada beberapa yang bisa dilakukan.

Moms dan Dads dapat melakukan ini untuk mengobatinya sambil menunggu tubuh melawan virus.

1. Mengontrol Demam dan Menghilangkan Rasa Sakit

Kerumut pada anak menyebabkan demam, sehingga Si Kecil membutuhkan parasetamol atau ibuprofen.

Obat ini yang dapat digunakan menurunkan suhu tinggi dan meredakan sakit atau nyeri jika buah hati Moms dan Dads merasakan ketidaknyamanan.

Parasetamol bayi cair dapat digunakan untuk anak kecil. Sedangkan, aspirin tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 16 tahun.

Bicaralah dengan apoteker jika Moms dan Dads tidak yakin obat mana yang cocok untuk anak.

2. Minum Banyak Cairan

Jika Si Kecil mengalami suhu tubuh tinggi, pastikan mereka minum banyak cairan karena mereka berisiko mengalami dehidrasi.

Menjaga tubuh agar tetap terhidrasi juga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan tenggorokan akibat batuk.

3. Mengobati Sakit Mata

Moms dan Dads dapat dengan lembut membersihkan kerak dari kelopak mata dan bulu mata Si Kecil menggunakan kapas yang dibasahi air.

Menutup tirai atau meredupkan lampu dapat membantu jika cahaya terang mengganggu mata mereka.

4. Mengobati Gejala Seperti Flu

Jika Si Kecil mengalami gejala seperti pilek atau batuk, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantunya merasa lebih nyaman.

Misalnya, mungkin membantu Si Kecil jika mereka duduk di kamar mandi yang panas dan beruap.

Atau Moms dan Dads bisa meletakkan handuk basah di atas radiator yang hangat untuk melembabkan udara, yang dapat membantu meredakan batuk anak.

Minum minuman hangat, terutama yang mengandung lemon atau madu, juga dapat membantu mengendurkan saluran udara, mengencerkan lendir, dan meredakan batuk.

Ingat, madu sebaiknya tidak diberikan pada bayi di bawah 12 bulan.

5. Suplemen Vitamin A

Si Kecil yang didiagnosis dengan kerumut pada anak harus menerima dua dosis suplemen vitamin A, diberikan selang 24 jam.

Perawatan ini memulihkan kadar vitamin A yang rendah selama kerumut yang terjadi.

Bahkan pada anak-anak yang cukup gizi dan dapat membantu mencegah kerusakan mata dan kebutaan.

Suplemen vitamin A juga telah terbukti mengurangi jumlah kematian akibat campak.

Campak adalah infeksi virus, dan mengonsumsi antibiotik tidak akan membantu.

Namun, dokter mungkin meresepkannya jika Si Kecil mengalami infeksi bakteri tambahan.

Cara Mengantisipasi Kerumut pada Anak

Anak Disuntik (Orami Photo Stock)
Foto: Anak Disuntik (Orami Photo Stock)

Perlindungan terbaik terhadap kerumut pada anak adalah vaksin campak-gondok-rubella (MMR).

Vaksin MMR memberikan perlindungan jangka panjang terhadap semua jenis campak.

Si Kecil membutuhkan dua dosis vaksin MMR untuk perlindungan terbaik:

  • Dosis pertama pada usia 12 sampai 15 bulan
  • Dosis kedua pada usia 4 sampai 6 tahun

Jika keluarga bepergian ke luar negeri, rekomendasi vaksinnya sedikit berbeda, yakni:

  • Jika bayi berusia 6 hingga 11 bulan, ia harus menerima 1 dosis vaksin MMR sebelum pergi.
  • Jika anak berusia 12 bulan atau lebih, dia akan membutuhkan 2 dosis vaksin MMR (dipisahkan setidaknya 28 hari) sebelum keberangkatan.

Vaksin lain, vaksin campak-gondok-rubella-varicella (MMRV), yang melindungi dari 4 penyakit, juga tersedia untuk anak-anak usia 12 bulan sampai 12 tahun.

Ada kekhawatiran tentang dugaan hubungan antara vaksin MMR dan risiko autisme.

Namun, Centers for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa para ahli tidak menemukan bukti adanya hubungan tersebut.

Ketika mempertimbangkan untuk memilih vaksinasi atau tidak, penting untuk berbicara dengan dokter tentang bagaimana risiko campak dibandingkan dengan risiko vaksin.

Dokter dapat memberikan suntikan antibodi campak (disebut immune globulin) kepada orang yang berisiko terkena campak. Ini paling efektif bila diberikan dalam 6 hari setelah kontak.

Antibodi ini dapat mencegah campak atau membuat gejala menjadi tidak terlalu parah.

Vaksin campak juga dapat membantu melindungi orang yang tidak divaksinasi agar tidak jatuh sakit setelah terpapar campak jika tertular dalam waktu 3 hari.

Baca Juga: 17 Jadwal Imunisasi Anak Menurut Rekomendasi IDAI 2023

Tidak semua orang bisa mendapatkan vaksinasi campak. Tetapi, ada cara lain yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah penyebaran campak.

Praktikkan kebersihan tangan yang baik. Cuci tangan sebelum makan, setelah menggunakan kamar mandi, dan sebelum menyentuh wajah, mulut, atau hidung.

Jangan berbagi barang pribadi dengan orang yang mungkin sedang sakit.

Ini dapat mencakup hal-hal seperti peralatan makan, gelas minum, dan sikat gigi.

Hindari bersentuhan dengan orang yang sakit juga, ya.

Kapan Harus Pergi ke Dokter?

Dokter Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Dokter Anak (Orami Photo Stock)

Seseorang harus menemui dokter jika:

  • Mereka memiliki gejala yang dapat mengindikasikan campak
  • Demam meningkat lebih dari 38 derajat Celsius
  • Ada nyeri dada atau kesulitan bernapas
  • Batuk darah
  • Ada tanda-tanda kebingungan atau kantuk
  • Mereka mengalami kejang
  • Kebingungan atau kehilangan ingatan (amnesia)
  • Kejang atau kelumpuhan

Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis campak dengan melihat tanda dan gejalanya, tetapi mereka mungkin melakukan tes darah untuk memastikan diagnosis.

Kerumut pada anak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.

Seorang anak lebih berisiko terkena kerumut, jika ia belum pernah mendapatkan vaksin campak, dan bersentuhan dengan siapa saja yang menderita penyakit tersebut.

Mungkin diperlukan waktu antara 7 hingga 14 hari bagi seorang anak untuk mengembangkan gejala kerumut pada anak setelah kontak dengan virus.

Ruam merah dimulai sebagai lesi kecil yang bergabung menjadi satu ruam besar. Setelah 3 hingga 7 hari, ruam akan mulai hilang. Kemudian meninggalkan area berwarna coklat dan kulit mengelupas.

Baca Juga: 6 Jenis Imunisasi Ibu Hamil, Manfaat serta Waktu Pemberian!

Jika Moms dan Dads tidak yakin apakah Si Kecil telah divaksinasi campak sepenuhnya, bicarakan dengan dokter untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang perlu divaksinasi.

Tidak ada risiko untuk menerima vaksin campak jika telah diimunisasi sebelumnya.

Dokter anak adalah sumber nasihat terbaik tentang vaksinasi, lho!

  • https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/autism.html
  • https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Measles/
  • https://www.nhs.uk/conditions/measles/
  • https://www.cdc.gov/measles/symptoms/signs-symptoms.html
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/measles

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb