21 Maret 2024

4 Khutbah Jumat Agung untuk Dibaca dan Direnungkan!

Untuk memperingati kematian Tuhan Yesus di kayu salib
4 Khutbah Jumat Agung untuk Dibaca dan Direnungkan!

Foto: Freepik/starline

3. Momentum Untuk Memuliakan Tuhan oleh Pdt. Bigman Sirait

Ilustrasi Alkitab
Foto: Ilustrasi Alkitab (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Setiap Hari Jumat Agung,  ucapan Yesus dari kayu salib selalu berkumandang:

“Bapa, ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang dilakukan” (Lukas 23: 34).

Dia disalibkan, oleh karena kita dengan sadar berkata: “Salibkan Dia”.

Dia disalibkan oleh karena kita dengan sadar berkata: “Dia bukan siapa-siapa”.

Dia disalibkan, karena dengan sadar kita berkata: “Kitalah hidup ini, kitalah Tuhan itu”.

Ketika Yesus mengatakan, “Ampunilah mereka…” itu betul sekali.

Sebab, para ahli Taurat sudah menjadikan dirinya sebagai “Tuhan” yang memegang palu pengadilan untuk menjatuhkan vonis yang sangat berat terhadap Yesus, Mesias, anak Allah.

Mereka menghukumNya dengan pongah dan bangga. Mereka bukan saja menghukum Dia dengan rasa tidak bersalah, tetapi juga senang.

Kasihan, sebab sesungguhnya mereka semakin dalam terperosok ke dalam lubang kemunafikan dan kepongahan yang kosong.

Mereka bisa saja terus-menerus mengu-mandangkan suara Tuhan, namun tidak pernah melakukannya dalam kehidupannya.

Mereka bisa saja beraktivitas dalam hidup, tetapi jauh dari kuasa Allah. Karena itu Yesus berkata, “Ampuni mereka…”

Sekali lagi, mereka sedang membunuh dirinya sendiri, menghabiskan masa depan anak cucunya karena mereka tidak takut akan Tuhan.

Dosa memang sangat luar biasa membuat dan menciptakan kebebalan pada diri mereka.

Lalu, membuat mereka melacurkan hidup mereka, membuat mereka terjebak pada perangkap-perangkap yang salah itu.

Ini menjadi pertarungan serius bagi kita semua.

Jumat Agung ini, haruskah Dia kembali mengucapkan kalimat yang sama kepada setiap kita yang ada di dalam gereja?

Kepada kita yang sudah mengaku percaya, haruskah Dia menggugat dan berkata:

“Bapa ampuni mereka, sebab mereka hanya berkhotbah, mereka hanya memegang Alkitab, mereka hanya menyanyi, mereka melayani Aku;

tetapi sebetulnya mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan?” Jangan sampai terjadi hal seperti ini.

Bukankah sangat ironis ketika gereja memuliakan nama Yesus tetapi Dia tidak rela?

Bukankah kekristenan menjadi ironis ketika semua umat merasa kehadiran-Nya.

Namun, Dia sendiri tidak pernah datang di tengah-tengah mereka, karena banyak topeng, kemunafikan, kesalahan yang ditutup-tutupi?

Banyak ungkapan lips service yang tidak pada tempatnya yang datang dari berbagai penjuru, dari mereka yang menyatakan diri sebagai permimpin agama.

Akankah Yesus kembali meminta Bapa Surgawi mengampuni mereka?

Saudara yang terkasih, camkan dan pikirkan baik-baik.

Bukankah seharusnya gereja Tuhan menjadi gereja yang punya kekuatan dan kuasa yang luar biasa, karena menjadi agen kebenaran yang diberi kuasa oleh Tuhan?

Tetapi pada kenyataannya, kita terjebak dan terperangkap menjadi pecundang dan kalah.

Jangan sampai kita salah dalam memainkan peran. Jangan sampai kita salah dalam mengayunkan langkah dalam upaya memahami kebe-naran yang hakiki itu.

Kiranya Jumat Agung ini boleh mengingatkan kita supaya jangan terjebak pada perangkap yang salah.

Maka kita perlu memeriksa diri, sebab jangan-jangan kita terlalu banyak memakai topeng dalam hidup ini.

Sekiranya kita tidak menemukan kebenaran yang hakiki, Jumat Agung menjadi momentum yang penting bagaimana kita mengarahkan mata kita ke kayu salib, merenung ulang penderitaan yang dialamiNya.

Kemudian kita mencoba untuk menelaah, sebab bukankah seharusnya kita hidup untuk kemuliaan nama Tuhan?

Jumat Agung ini, ketika Saudara pergi ke gereja, camkan dan pikirkan baik-baik.

Di Bukit Golgota, Yesus Anak Manusia, Tuhan kita, tersalib. Dari situ dia menatap kita yang datang dan masuk ke gereja, satu demi satu.

Yesus menatap dari salib. Entah apa yang dia ucapkan, tapi rasa-rasanya Dia akan mengungkapkan kalimat, “Ampuni mereka…”.

Mengapa? Karena salib bebicara tentang isi hati Anak Manusia. Salib tidak bebicara tentang fenomena-fenomena belaka.

Karena itu jangan terjebak pada rutinitas-rutinitas keagamaan belaka.

Gunakan baik-baik, Jumat Agung adalah momen untuk menemukan kesejatian makna tentang penderitaan Tuhan, dan pengetahuan kita akan kebenaran.

Manfaatkan momen tersebut secara baik-baik supaya tidak menjadi suatu pengulangan, di mana kita hanya mengulang dan memainkan peran kita tanpa pernah kita pahami;

bahwa DIA berdiri dan menatap kehidupan kita, dan mungkin berkata, “Belum terlalu baik.”

Kiranya Jumat Agung ini boleh menjadi momentum kebangunan keimanan, kebangunan kerohanian yang utuh untuk hidup takut akan Tuhan, memuliakan Tuhan dalam kesucian kejujuran.

Beranilah membedah, jangan-jangan kita sudah terjebak pada rutinitas sehari-hari. Selamat menunaikan ibadah Jumat Agung di mana pun engkau berada.

Baca Juga: 35 Ucapan Jumat Agung dalam Bahasa Indonesia dan Inggris!

4. Gereja Kristen Jawi Wetan: Pengorbanan Terbesar

Ilustrasi Khutbah Jumat Agung
Foto: Ilustrasi Khutbah Jumat Agung

Tema: Percaya pada Pengorbanan Yesus
Judul: Pengorbanan Terbesar

Bacaan: Yohanes 19:28-37

Ayat Hafalan:Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,.” (1 Korintus 15:3)

Yesus disebut sebagai Anak domba Allah sesuai Yohanes 1:29, yang menandakan perjalanan-Nya sebagai Anak domba Allah yang memenuhi nubuatan para nabi.

Kematian-Nya di kayu salib adalah bagian dari perjalanan tersebut, sebagai pengorbanan untuk menebus dosa manusia.

Dalam Perjanjian Lama, korban bakaran diwajibkan untuk menghapus dosa.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Yesus menjadi satu-satunya korban yang menghapus dosa manusia selamanya.

Kematian dan kebangkitan-Nya membawa pembebasan bagi mereka yang percaya, mengakhiri kebutuhan akan korban bakaran sebagai penghapus dosa.

Pada bacaan hari ini, perhatian tertuju pada ayat 36 yang menyatakan tidak ada tulang yang dipatahkannya.

Referensi Alkitab menyoroti perayaan Paskah orang Yahudi, di mana anak domba yang dikorbankan tidak memiliki tulang yang dipatahkan.

Dalam Injil Yohanes, tidak ada tulang Yesus yang dipatahkan, menegaskan bahwa Ia mati sebagai Anak domba Allah tanpa kekuatan yang tergoyahkan dalam menyelamatkan.

Penyaliban Yesus dianggap sebagai pengorbanan besar karena Ia, yang adalah Allah, rela menjadi manusia, dan menanggung penderitaan.

Lalu, menerima kematian di kayu salib untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan dan memberikan hidup yang kekal.

Dosa-dosa manusia dihapus dan hubungan mereka dengan Allah yang terganggu oleh dosa dapat dipulihkan.

Korban-korban seperti kambing atau domba tidak mampu menghapus semua dosa manusia, sehingga harus dilakukan secara berulang.

Namun, dengan pengorbanan Yesus sebagai Anak domba Allah yang suci dan tanpa dosa, manusia memperoleh penebusan yang sempurna.

Yesus disebut Anak domba Allah, dan hal ini tercermin dalam penyaliban-Nya di kayu salib.

Di mana tulang-Nya tidak dipatahkan, sesuai dengan tradisi persembahan korban Paskah Yahudi yang tidak memiliki tulang yang dipatahkan.

Ini menegaskan bahwa Yesus mati sebagai Anak domba Allah, melengkapi nubuatan Alkitab dan membuktikan kesucian-Nya sebagai Anak domba yang sempurna.

Baca Juga: 16 Ayat Alkitab Jumat Agung yang Bisa Dibaca dan Dipahami!

Itulah beberapa khutbah Jumat Agung yang bisa Moms pahami!

  • https://www.preachingtoday.com/sermons/sermons/2017/january/good-friday-intervention.html
  • https://gkjw.or.id/rancangan-khotbah/khotbah-jumat-agung-7-april-2023/
  • https://reformata.com/news/view/354/jumat-agung-momentum-untuk-memuliakan-tuhan
  • https://gkjw.or.id/tiar-remaja/bahan-ibadah-jumat-agung-29-maret-2024-untuk-remaja/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb