22 Agustus 2022

Museum Kereta Api Ambarawa, Belajar Sejarah KAI di Indonesia

Ajak Si Kecil ke museum ini, yuk!

Para pencinta kereta api tentunya sudah tidak asing dengan museum yang satu ini, namanya adalah Museum Kereta Api Ambarawa, di Jawa Tengah.

Seperti apa sejarah, lokasi serta kereta apa saja yang ada di sana?

Berikut ini ulasan selengkapnya!

Baca Juga: Ini Cara Memilih Kursi Kereta Ekonomi agar Tidak Mundur!

Sejarah Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta (ksmtour.com)
Foto: Museum Kereta (ksmtour.com)

Museum Kereta Api Ambarawa awalnya adalah stasiun kereta yang aktif dan bernama Stasiun Willem I.

Stasiun yang diibangun oleh perusahaan kereta api swasta bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) ini diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873.

Ambarawa menjadi daerah pangkalan militer pemerintah Hindia Belanda setelah Perang Diponegoro.

Letaknya cukup strategis saat itu karena berada di antara Kota Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta.

Stasiun Kereta Api Ambarawa saat itu dibangun dengan tujuan memperlancar mobilisasi militer dari Semarang menuju Benteng Willem I yang berada di Ambarawa.

Benteng Willem sendiri adalah komplek benteng besar yang dibangun sejak 1835 hingga 1848.

Diberi nama Benteng Willem I karena pembangunannya dilaksanakan pada masa pemerintahan Raja Willem I, yaitu Willem Frederik Prins van Oranje-Nassau (1772 - 1843).

Nama Stasiun Willem I pun berasal dari nama benteng ini.

Pembangunan kereta api ini merupakan syarat yang harus NISM penuhi untuk mendapatkan izin konsesi pembangunan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta).

NISM diwajibkan untuk membangun jalur kereta api sepanjang 37 km cabang lintas Kedungjati-Ambarawa untuk keperluan militer.

Baca Juga: 21 Tempat Wisata Semarang untuk Keluarga, Kunjungi Candi Gedong Songo dan Saloka Theme Park

Perkembangan Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa di tahun 1905 (heritage.kai.id)
Foto: Museum Kereta Api Ambarawa di tahun 1905 (heritage.kai.id)

Pada 1 Februari 1905 selesai dilakukan pembangunan jalur kereta api ke Secang-Magelang yang di dalamnya terdapat jalur kereta rel bergerigi.

Penggunaan jalur tersebut dikarenakan jalur yang dilalui cukup terjal dekan topografi yang sukar untuk ditaklukan.

Dua tahun kemudian, Stasiun Kereta Api Ambarawa direnovasi, material yang semula berupa kayu dan bambu diganti dengan menjadi batu bata.

Hingga 1 Juni 1970, Stasiun Willem I aktif digunakan untuk lintas Semarang-Kedungjati-Ambarawa.

Setelah itu, jalur ini ditutup karena kalah saing dengan angkutan jalan raya.

Pada tahun 1972, banyak kereta api yang tidak bisa bergerak ke arah Magelang karena terjadi banjir lahar hasil erupsi Gunung Merapi.

Alhasil, PJKA saat itu resmi melakukan penutupan untuk jalur kereta api ini.

Sebenarnya sejak tahun 1970-an banyak lokomotif uap yang berguguran karena faktor usia.

Banyak yang dirucat, dijadikan barang rongsokan, dan juga dipindahtangankan.

Gubernur Jawa Tengah saat itu, Soepardjo Rustam prihatin dengan keadaan tersebut.

Akhirnya pada tanggal 8 April 1976 Gubernur Soepardjo Rustam beserta kepala PJKA Eksploitasi Tengah, Soeharso, memutuskan untuk membuka museum kereta api.

Nantinya, museum tersebut berisi koleksi barang-barang perkeretaapian seperti lokomotif, dan penunjang alat perkeretaapian.

Baca Juga: Museum Transportasi TMII, Objek Wisata Edukatif dengan Koleksi yang Lengkap

Pada tanggal 21 April 1978, museum Kereta Api Ambarawa mulai dibuka untuk umum.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.