16 Februari 2021

Positif Covid-19 saat Hamil 34 Minggu dan Harus Berpisah dengan Si Sulung, Fisik dan Mental Saya Drop

Si Kecil dalam kandungan menjadi penyemangat saya untuk sembuh dan kumpul lagi bersama keluarga.
Positif Covid-19 saat Hamil 34 Minggu dan Harus Berpisah dengan Si Sulung, Fisik dan Mental Saya Drop

Oleh Amanda Putri Afrili (31th), Karyawan swasta di Jakarta, Ibu dari Kalandra Bilal Athala (16 bulan) dan sedang hamil anak kedua

Pandemi Covid-19 tak kunjung mereda di Indonesia bahkan memasuki tahun 2021 ini.

Meski telah hampir setahun angka pengidap Covid-19 masih terus meningkat, kabar baiknya Indonesia akan memulai vaksinasi Covid-19 di Januari 2021. Hal ini tentu menjadi harapan baik bagi masyarakat Indonesia untuk menekan laju infeksi Covid-19.

Perlu diketahui, virus ini tak pandang bulu, baik dari pejabat negara, anak muda, lansia, anak-anak maupun ibu hamil pun berisiko terkena paparan Covid-19 ini.

Moms Amanda, saat ini menjadi salah satu pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Ia terinfeksi Covid-19 meski telah mematuhi protokol kesehatan sejak awal pandemi berlangsung.

Saat ini, Moms Amanda memiliki 1 putra berusia 16 bulan dan sedang mengandung anak keduanya usia 34 minggu kehamilan. Bagaimana perjalanannya berjuang melawan Covid-19 di tengah kehamilannya?

Simak ceritanya berikut ini.

Baca Juga: Saya Positif COVID-19, Kami Sekeluarga Jalani Karantina Mandiri

Sedang Hamil, Melawan Virus di Hari Ke-18

momspiration - amanda afrilii.png
Foto: momspiration - amanda afrilii.png

Foto: instagram.com/amandaafrili

Tentu, awalnya saya cukup shock. Saya terpapar virus ini karena tertular dari suami saya, Randy Arbina (32 tahun). Suami saya terpapar Covid-19 di kantornya saat masih aktif Work-from-Office.

"Ibu R Positif Covid-19 nih, kemarin Aku sempat meeting seruangan sama Beliau. Aku harus PCR Swab hari ini," ujar Randy, suami Amanda, Kamis 17 Desember 2020 lalu.

Suami terpapar dari dua rekan kantornya yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan pernah berinteraksi di satu ruangan meeting serta di sekitar meja kerjanya kala itu.

Kami sebagai pasangan, sejak pandemi berlangsung, selalu menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Kami tidak pernah berada di kerumunan orang, ke luar rumah atau ke tempat umum hanya kalau terpaksa harus berkegiatan di luar rumah.

Itupun tidak pernah dalam waktu yang lama. Kami selalu menggunakan masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer di luar rumah ataupun selalu membersihkan dan menyemprotkan disinfektan.

Terlebih ketika saya hamil, kebersihan dan protokol kesehatan sangat dijaga di rumah maupun ketika harus beraktivitas di luar rumah.

Saya terkonfirmasi positif Covid-19 pada tanggal 27 Desember 2020. Hingga hari ini, telah memasuki sekitar hari ke-18 isolasi mandiri, kondisi mulai berangsur pulih. Indera penciuman sudah mulai kembali walau masih samar-samar.

Kondisi lainnya perlahan mulai membaik, tapi gejala yang dirasakan masih hilang-timbul.

Gejala yang Dirasakan, Syukur Tidak sampai Sesak Napas

5 Cara Mengatasi Sakit Tulang Ekor Saat Hamil, Moms Perlu Tahu!.jpg
Foto: 5 Cara Mengatasi Sakit Tulang Ekor Saat Hamil, Moms Perlu Tahu!.jpg

Foto: Orami Photo Stocks

Sejauh ini gejala Covid-19 yang saya alami yaitu hilang indera penciuman dan perasa, mual, muntah, kelelahan, badan linu, sakit kepala dan terkadang seperti meriang. Saya hanya bisa bedrest ketika gejala itu muncul.

Memasuki usia kehamilan 34 minggu ini, gejala yang dirasakan lebih sering terjadi, terlebih ketika badan terasa sangat lelah. Syukurnya, saya tidak merasakan demam ataupun sesak napas.

Suami saya terkonfirmasi positif di tanggal 26 Desember 2020, beda 1 hari dari saya, setelah sebelumnya Ia isolasi mandiri pasca kontak erat dengan rekan kerjanya yang positif. Ketika menghadapi kondisi ini, kami mencoba pasrah namun berusaha selalu berpikir positif.

Ketika mendengar suami positif Covid-19, saya sedang berada di rumah mertua, dan suami masih isolasi mandiri di rumah kami, di wilayah Tangsel.

Khawatir menularkan ke keluarga lainnya di rumah mertua, saya dan Si Kecil memutuskan menyusul suami ke rumah kami, karena saya pun 2 hari terakhir sudah merasakan gejala hilang penciuman (anosmia).

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental Ibu Hamil Selama Pendemi COVID-19

Setelah Terkonfirmasi Positif Covid-19, Tidak Diam Diri

mutasi virus corona
Foto: mutasi virus corona

Foto: Orami Photo Stocks

Sebenarnya langkah meminimalisir paparan yang dilakukan justru jauh sebelum kami terkonfirmasi positif Covid-19. Kami sudah mengantisipasi dan self-awareness sejak baru muncul gejala demam di suami, setelah 2 hari pasca PCR pertama di tanggal 17 Desember 2020. Walaupun saat itu hasil PCR suami saya masih negatif.

Begitu gejala awal (demam) muncul pada suami di tanggal 19 Desember 2020, di situlah kami langsung fully-aware terhadap segala kemungkinan yang terjadi.

Kami langsung memeriksakan suami saya ke dokter dan menerapkan isolasi mandiri kembali, suami pisah kamar dengan saya dan Si Kecil. Hingga di Minggu, 20 Desember, kami memutuskan suami isolasi mandiri di rumah kami sendiri, sesuai saran dokter karena hasil cek darah suami menunjukkan adanya indikasi virus.

Khawatir virus Covid-19 sebelumnya saat PCR Swab sebelumnya, 17 Desember 2020 tidak terdeteksi karena masa inkubasi virus yang belum maksimal, suami saya dijadwalkan PCR Swab berikutnya di tanggal 24 Desember 2020. Saya dan Si Kecil masih di rumah mertua.

Walau sudah terpisah rumah dengan suami, saya masih menerapkan protokol kesehatan di rumah mertua. Saya dan seluruh anggota keluarga memakai masker sepanjang hari, menjaga jarak dan juga menjaga kebersihan.

Saya semakin aware ketika di tanggal 24 Desember 2020, saya mulai menunjukkan gejala seperti gatal tenggorokan dan Indra penciuman yang mulai melemah.

Saat itu, langkah yang saya lakukan adalah Si Kecil langsung diungsikan ke kamar mertua (tidak tidur sekamar dengan saya), minim interaksi dengan anggota keluarga lain di rumah mertua dan menjaga jarak serta menggunakan masker.

Setelah terkonfirmasi positif, tidak hanya melakukan isolasi mandiri di rumah, kami bergerak untuk melaporkan diri ke tenaga kesehatan, puskesmas, pengurus RT dan komplek perumahan, dan tentunya kepada atasan di kantor kami berdua.

Tidak hanya itu, saya juga melakukan konsultasi secara virtual ke dokter kandungan terkait kondisi saya yang terinfeksi Covid-19 dan kondisi kandungan saya.

Adaptasi Rutinitas Baru selama Isolasi Mandiri

Berjemur - Amanda Afrili.png
Foto: Berjemur - Amanda Afrili.png

Foto: Dok. Amanda Afrili

Sebelumnya, saya dan suami sempat terpisah rumah karena suami saya melakukan isolasi mandiri di rumah sesuai saran dokter dan saat itu saya masih di rumah mertua.

Namun pada akhirnya, setelah terkonfirmasi positif Covid-19, kami berdua melakukan isolasi mandiri bersama di rumah kami, daerah Bintaro Tangerang Selatan. Syukurlah, Si Kecil terkonfirmasi negatif.

Sejak satu minggu sebelum saya terkonfirmasi positif, kami semua yang ada di rumah mertua melakukan Rapid Swab Antigen di klinik sebagai langkah preventif karena sebelumnya, 19 Desmeber 2020, suami saya menunjukkan gejala demam dan hasil cek darahnya mengindikasikan ada virus. Saat itu, hasil Rapid Antigen kami di rumah mertua negatif (non-reaktif).

Walau hasil yang keluar negatif, kami selalu menerapkan protokol kesehatan, sering mencuci tangan walau di rumah saja, tetap menggunakan masker selama di rumah karena kebetulan saudara yang mengasuh anak saat itu juga sedang radang tenggorokan dan demam.

Kami hanya buka masker ketika mandi, makan dan shalat. Tentu kami juga selalu mengkonsumsi vitamin dan makanan bergizi.

Pertama Kali Berpisah dengan Anak, Salah Satu yang Tersulit

momspiration - amanda afrili.png
Foto: momspiration - amanda afrili.png

Foto: Instagram.com/amandaafrili

Menghadapi cobaan terinfeksi virus Covid-19 ini tak hanya dialami saya, namun juga suami. Ini adalah cobaan kami bersama, termasuk Si Kecil. Selama kami isolasi mandiri, hal tersulitnya adalah pisah dengan anak yang sempat membuat saya drop secara mental.

Meski begitu, support dari suami pun sangat baik selama kami menjalani isolasi mandiri di rumah. Tidak hanya itu, kami juga mendapat berbagai dukungan moral maupun material dari tetangga, keluarga, sahabat dan teman.

Bagi Bilal Si Kecil, ini adalah kali pertamanya terpisah tanpa ada salah satu di antara kami orang tuanya yang mendampingi.

Ketika akan dijemput oleh nenek dan kakeknya, kami sudah mengajak Bilal berbicara, bahwa ini ini semua akan baik-baik saja dan semua akan cepat berlalu.

Hari pertama terpisah, anak saya sempat homesick, demam, dan rewel. Ia sering menangis hingga dalam satu hari tersebut sempat 5 kali muntah. Syukurlah, setelah diberikan obat pereda demam oleh neneknya, esoknya Bilal sudah sehat dan kembali ceria seperti biasanya.

Walau Bilal baru berusia 15 bulan, pola komunikasi selama ini antara saya dan suami sebagai orang tua kepada Bilal, berjalan dengan baik.

Sehingga dalam menghadapi kondisi ini, ia lebih mudah menerima dan memahami apa yang kami sampaikan. Pola komunikasi ini sudah kami lakukan sejak Bilal masih di dalam kandungan. Ia sering kami ajak bicara, tentang apapun.

Setelah terpisah pun, kami tetap melakukan video call setiap harinya untuk memberikan pengertian kepada Bilal baik dari kami sebagai orang tua maupun dari kakek neneknya, sehingga anak saya pun sungguh membanggakan, dia sangat pengertian dan tidak rewel.

Baca Juga:4 Cara Mendidik Anak Agar Memiliki Moral yang Baik

Sufor Sangat Membantu Saya dan Si Kecil

Sufor-Hero.jpg
Foto: Sufor-Hero.jpg

Foto: Orami Photo Stocks

Sejak mengetahui saya hamil anak kedua dan saat itu usia anak pertama saya, Bilal, menginjak 10 bulan, selain konsumsi ASI, Bilal sudah mulai kombinasi mengkonsumsi susu formula (sufor), karena entah kenapa ia tidak mau menyusu langsung (direct breastfeeding) saat itu.

Setelah berkonsultasi ke dokter anak dan dokter kandungan, ia mengatakan mungkin hal ini terjadi karena anak memahami saya ada perubahan dalam diri saya yang sedang hamil dan juga mungkin merasakan ada perubahan rasa di ASI.

Karena menurut dokter, ASI saat hamil akan kembali berubah perlahan menjadi kolostrum untuk mempersiapkan gizi bagi anak yang ada di kandungan.

Memasuki bulan ke 11 atau 12, anak saya sudah sepenuhnya mengkonsumsi susu formula karena semakin hari sejak saya hamil, anak saya semakin tidak mau menyusui langsung. Di sisi lain, kehamilan saya yang semakin bertambah besar, saya juga disarankan dokter untuk berhenti pumping ASI karena saya sering mengalami kram perut saat melakukan pumping.

Jadi saat kami harus terpisah dengan anak saat isolasi mandiri seperti ini, Bilal sudah tidak mengkonsumsi ASI dan melanjutkan asupan sufor. Di kondisi terjangkit Covid-19 saat ini, bagi saya tidak menyusui langsung bukan menjadi masalah besar.

Baca Juga: Cara Mengajarkan Anak Bahasa Asing Sejak Kecil

Berjuang Bersama Bayi di Dalam Kandungan

Family - Amanda Afrili.png
Foto: Family - Amanda Afrili.png

Foto: Instagram.com/amandaafrili

Selama saya menjalani isolasi mandiri, saya hanya berkonsultasi via aplikasi Whatsapp dengan dokter kandungan atau video call dengan bidan dari Puskesmas setempat.

Walau kondisi cukup sulit dan menjadi tantangan tersendiri bagi saya mengalami Covid-19 di tengah kehamilan, support system yang positif juga jadi kunci utama, terutama dukungan dari suami. Kami saling menguatkan satu sama lain dan saling menyemangati untuk selalu positive thinking serta berjuang bersama untuk sembuh.

“Lebih baik kita positifnya sekarang saat si Adek masih ada di perut, karena nanti Adek akan ikut antibodi atau imun ibunya yang sedang berjuang melawan Covid-19. Jadi, Insyaa Allah semua akan baik-baik saja,” ujar Amanda dan suami untuk saling menguatkan.

Kalimat itu selalu kami jadikan pegangan dan memotivasi kami untuk berjuang sembuh. Saya pun menghindari diri dari bacaan yang negatif mengenai dampak Covid-19 bagi Ibu hamil, karena jika membaca artikel atau jurnal di internet mengenai kondisi Covid-19 bagi ibu hamil, hasilnya banyak yang bikin saya khawatir dan cemas.

Jadi, saya memutuskan untuk berusaha positive thinking saja, berserah kepada Allah SWT dan juga semesta, bahwa kami akan baik-baik saja.

Saya yakin Si Kecil di perut juga akan baik-baik saja, sehat wal afiat.

Baca Juga:Moms, Ini Dia Tabel Ukuran Janin dari Minggu ke Minggu!

Keringanan Bekerja, Sangat Membantu Pemulihan

amanda afrili wfh.jpeg
Foto: amanda afrili wfh.jpeg

Foto: Dok. Amanda Afrili

Sebagai karyawan, saya sangat bersyukur mempunyai lingkungan kerja yang sangat baik dan mendukung di setiap kondisi, terutama saat saya terinfeksi Covid-19 saat ini. Atasan dan team di pekerjaan sangat supportive. Mereka sangat mengerti ketika saya sedang drop atau tidak enak badan dan tidak mengharuskan untuk bekerja.

Tetapi di saat kondisi sedang fit, saya dan suami tetap Work-from-Home (WFH) seperti biasa. Karena menurut saya pribadi, bekerja bisa menjadi distraksi baik untuk kami karena pikiran teralihkan untuk hal yang positif dan produktif.

Dengan bekerja, saya dapat menangkis pikiran-pikiran negatif yang muncul demi menjaga kesehatan mental dan imun untuk tetap stabil dalam berjuang sembuh dari Covid-19.

Kunci Sembuh: Berpikir Positif dan Makan Makanan Bergizi

WhatsApp Image 2021-01-13 at 21.31.21 (1).jpeg
Foto: WhatsApp Image 2021-01-13 at 21.31.21 (1).jpeg

Foto: Dok. Amanda Afrili

Selama isolasi mandiri, kegiatan hampir seperti biasa, berjemur antara jam 9-10 pagi (saat sinar matahari maksimal/tidak mendung), membersihkan rumah, memasak, dan tentunya bekerja dari rumah (WFH).

Olahraga kecil pun dilakukan semampu saya. Biasanya berolahraga dengan mengikuti kelas prenatal yoga secara online, prenatal workout online dan bermain gym ball.

Memasuki usia kehamilan 34 minggu ini, olahraga yang dilakukan juga lebih ditujukan untuk kesehatan kandungan dan juga persiapan melahirkan.

Tak lupa selain olahraga ringan, untuk menjaga imunitas selama isolasi mandiri, selalu konsumsi makanan bergizi, vitamin, probiotik, multivitamin, vitamin kehamilan, madu, rebusan jahe-serai, buah-buahan, jus, dan lain-lain.

Selama isolasi mandiri ini juga, penting untuk menjaga kesehatan mental. Saya berusaha tetap happy menjalaninya, salah satunya terkadang dengan mencari makanan atau minuman ringan yang bisa membuat saya senang, seperti es kopi susu, salad buah, kue, dan lainnya.

Tentunya makanan yang saya konsumsi itu sudah dikonsultasikan dengan dokter kandungan. Dokter kandungan saya mendukung untuk saya tetap happy dan selalu mengontrol gerakan janin di perut.

Tips untuk Ibu Hamil yang Terinfeksi Covid-19

Saya tahu kondisi pandemi seperti ini tentu sulit bagi ibu hamil, terlebih untuk mereka yang juga terkonfirmasi positif Covid-19 seperti saya. Namun, kecemasan dan kesedihan berlarut akan menurunkan imunitas dalam tubuh dan memperburuk kesehatan.

Penting bagi Ibu hamil dapat mengontrol diri serta janin dalam kandungan. Selagi Ibu hamil dapat menjalankan aktivitas seperti biasa dan dalam pengawasan dokter kandungan dan bidan, isolasi mandiri akan berjalan dengan baik.

Adapun beberapa tips yang bisa saya berikan bagi para Moms yang sedang bersama berjuang melawan Covid-19, terutama bagi para ibu hamil, sebagai berikut:

  • Do Self-Awareness. Kenali tubuh dan pahami setiap gejala yang dirasakan. Jika ada ketidaknyamanan dan merasakan gejala apapun, segera konsultasikan ke Tim Medis (Dokter/Puskesmas) terutama konsul ke dokter kandungan yang biasa menangani kehamilan. Jangan panik dan tetap berpikir jernih.
  • Konsumsi makanan dan minuman bergizi. Konsumsilah makanan dan minuman bergizi serta vitamin atau obat-obatan yang aman untuk ibu hamil. Tidak hanya itu, carilah makanan atau minuman yang bikin happy juga, carilah makanan yang membuat berselera makan. Buat saya pribadi, 'food is my comfort mood'. Perut yang kenyang, sumber dari perasaan yang senang. Hati yang senang akan meningkatkan imun positif.
  • Support system yang memiliki positive mindset. Penting untuk mendapat dukungan dari keluarga dan orang sekitar terutama suami. Hal ini sangat diperlukan untuk saling menguatkan dan memotivasi untuk selalu semangat sembuh.
  • Tetap berolahraga. Lakukan olahraga ringan agar tetap bugar di masa kehamilan, misal ikut kelas yoga online, prenatal workout via youtube atau jalan kaki dan bermain gymball.
  • Waspada dan selalu cek gerakan janin di perut. Jika ada kondisi mengkhawatirkan, segera hubungi dokter kandungan atau bidan.
  • Jangan pernah merasa malu terkena Covid-19. Jika menghadapi lingkungan sekitar yang toxic atau malah mengasingkan Moms dan keluarga saat melakukan isolasi mandiri, coba konsultasikan ke Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat jika Moms butuh lokasi isolasi lainnya selain di rumah.
  • Always set your mindset to be positive. Jangan sedih, mellow dan panik terlalu lama. Karena imun dan fisik yang sehat dan kuat juga bersumber dari mental yang sehat. Moms bisa mencari kesibukan lain yang menyenangkan seperti menonton film, baca novel, aktif sosial media, blogging, mencoba resep masakan atau berkebun.

Baca Juga: Tips Melindungi Diri dari COVID-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Hindari overthinking terlalu lama, kita harus berupaya melihat dari sisi lainnya yang lebih positif, jadikan itu suntikan semangat untuk segera sembuh. Motivasinya agar bisa berkumpul lengkap lagi dengan anak dan keluarga.

Semangat ya Moms, salam sehat selalu!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb