11 Oktober 2019

Stop! Berhenti Percaya pada 8 Mitos Alergi Kulit Ini

Faktanya, ada banyak pemicu alergi kulit
Stop! Berhenti Percaya pada 8 Mitos Alergi Kulit Ini

Alergi kulit tidak seperti alergi lainnya. Penyebabnya sangat beragam, ada banyak faktor pemicu alergi kulit. Selain itu, muncul reaksi alergi pun bisa terjadi beberapa hari setelah terpapar alergen. Akibatnya, mendeteksi penyebab alergi kulit juga tidak mudah.

Agar Moms tidak keliru, berikut beberapa mitos alergi kulit yang tidak perlu Moms percaya.

Baca Juga: 5 Mitos dan Fakta Seputar Alergi Makanan Pada Anak

Mitos Alergi Kulit 1: Tidak Banyak Penyebab Alergi Kulit

Manfaat minum air putih untuk kecantikan - meminimalisir gangguan pada kulit.jpg
Foto: Manfaat minum air putih untuk kecantikan - meminimalisir gangguan pada kulit.jpg (Glamourspot.com.au)

Faktanya, jumlah alergen kulit tidak terbatas. American College Alergi, Asma dan Imunologi menyebutkan reaksi alergi bisa dikarenakan karena sabun, deterjen cucian, pelembut kain, shampo, logam (nikel, kobalt, kromium, dan seng), perekat, cat kuku, obat topikal, dan tanaman.

Mitos Alergi Kulit 2: Ruam Tanda Alergi Kulit

gejala dbd pada anak - ruam merah.jpg
Foto: gejala dbd pada anak - ruam merah.jpg (Skincare.lovetoknow.com)

Ruam pada kulit tidak selalu menandakan alergi. Contohnya, jika kulit bersentuhan dengan nikel dalam perhiasan kemudian kulit memerah, bersisik, gatal, atau bengkak pada area yang terkena perhiasan selama beberapa hari kemudian maka kemungkinan besar alergi kulit.

Namun, jika reaksi terjadi dengan cepat, kemungkinan menderita dermatitis iritan, yang bukan reaksi alergi.

"Jika seseorang memiliki reaksi kulit terhadap sesuatu dalam hitungan jam, kemungkinan besar itu bukan dermatitis alergi, melainkan dermatitis iritan," kata Adam Friedman, MD, associate professor dermatology dan director Supportive Oncodermatology Clinic George Washington School of Medicine and Health Sciences di Washington, DC.

Reaksi alergi kulit yang ‘tertunda’ (misalnya terkena alergen Senin, ruam baru muncul beberapa hari kemudian) juga menyebabkan sulitnya identifikasi penyebab alergi tersebut. Selain itu, terdapat lebih dari 3.700 alergen kulit sehingga untuk mempersempit penyebab alergi tidaklah mudah.

Mitos Alergi Kulit 3: Salep Medis Bersifat Non-Alergi

salep medis.jpg
Foto: salep medis.jpg (Orami Photo Stocks)

Faktanya, bahan aktif dalam Neosporin dan salep lainnya dapat menyebabkan alergi kulit. "Jika memiliki ruam atau iritasi dan menggunakan produk-produk ini, mungkin hanya akan merasa lebih baik pada awal penggunaan dan kemudian gatal atau iritasi akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk," kata ahli kulit Matthew Zirwas, MD, di Bexley, Ohio.

Baca Juga: Lingkungan Kotor Turunkan Risiko Alergi dan Asma pada Bayi

Mitos Alergi Kulit 4: Minyak Esensial Alami Aman untuk Kulit

essensiail oil.jpg
Foto: essensiail oil.jpg

Meski mengandung bahan alami, beberapa minyak esensial seperti lavender, pohon teh, dan peppermint dapat memicu alergi kulit.

"Begitu kita mengetahui penyebabnya minyak esensial dan berhenti menggunakannya, ruam kulit menjadi lebih baik,” kata Dr. Zirwas.

Mitos Alergi Kulit 5: Sering Mengganti Sampo dan Sabun dapat Mengurangi Alergi

tempat sabun dan sampo
Foto: tempat sabun dan sampo

Faktanya, pengawet dan wewangian dalam shampo dan sabun adalah pemicu alergi kulit yang paling. Kandungan bahan seperti methylisothiazolinone (bahan pengawet), cocamidopropyl betaine, dan decyl glukosida (untuk sabun), yang kerap kali memicu alergi sehingga meski mengganti merek sampo atau sabun tidak berarti dalam mengurangi alergi.

"Mengganti sampo dan sabun tidak selalu efektif. Sebab, sulit menemukan sampo dan sabun yang pewangi,” kata Dr. Zirwas.

Mitos Alergi Kulit 6: Tidak Memiliki Alergi Kulit, Maka Tidak Akan Terkena di Kemudian Hari

tes alergi kulit - thehealthy.com.jpg
Foto: tes alergi kulit - thehealthy.com.jpg

Hal tersebut adalah mitos. Bisa saja saat ini aman menggunakan berbagai macam produk, akan tetapi pada usia tertentu tiba-tiba alergi kulit.

Sebab, semakin lama menggunakan suatu produk, semakin besar kemungkinan alergi terhadap produk tersebut karena pada alergi kulit paparan yang terus menerus tersebut bersifat kumulatif.

"Setiap kali Anda terpapar, sistem kekebalan tubuh menjadi lebih baik dan lebih baik dalam bereaksi terhadapnya," kata Dr. Zirwas.

Mitos Alergi Kulit 7: Alergi Kulit Hanya pada Anak-Anak

test alergi kulit.jpg
Foto: test alergi kulit.jpg (Orami Photo Stocks)

National Center for Health Statistics mencatat sebanyak 12 persen anak-anak memiliki alergi kulit. Akan tetapi, masalah kulit yang berhubungan dengan alergi dapat terjadi di kemudian hari.

Bahkan, alergi kulit lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: Lingkungan Kotor Turunkan Risiko Alergi dan Asma pada Bayi

Mitos Alergi Kulit 8: Alergi Kulit Dapat Diatasi dengan Suntikan

Alergi-Anastesi-Hero.jpg
Foto: Alergi-Anastesi-Hero.jpg

Suntikan alergi adalah cara terbaik untuk mengatasi alergi musiman, akan tetapi tidak berlaku pada terapi alergi kulit. Satu-satunya "obat" untuk alergi kulit adalah menghindari penyebab alergi.

Sebaiknya berhenti percaya terhadap mitos-mitos tersebut ya Moms. Semoga bermanfaat.

(SWN)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb