Tawasul dalam Islam: Hukum, Jenis, Bacaan Doa, dan Tata Cara
6. Tawasul dengan Orang Saleh yang Sudah Meninggal
Tawasul dengan orang saleh yang telah meninggal sudah dilakukan para ulama, di antaranya:
Pertama, Al-Khathîb dalam kitab tarikh-nya menceritakan dari ‘Ali ibn Maimun bahwa Imam Syafi’i pernah berkata:
إِنِّي لَأَتَبَرَّكُ بِأَبِيْ حَنِيْفَةَ وَأَجِيْئُ إِلَى قَبْرِهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ – يَعْنِيْ زَاِئرًا- فَإِذَا عَرَضَتْ لِيْ حَاجَةٌ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ إِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ تَعَالى الْحَاجَةَ عِنْدَهُ فَمَا يَبْعَدُ عَنِّيْ حَتَّى تُقْضَى
“Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Abi Hanifah dan datang ke kuburnya – yakni ziarah kubur.
Apabila aku mempunyai hajat, maka aku salat sunah 2 rakaat kemudian datang ke kuburan beliau dan meminta hajatku kepada Allah. Tidak lama kemudian hajatku pun terpenuhi”.
Kisah tersebut menunjukkan bahwa Imam Syafi’i bertawasul dengan Abu Hanifah.
Hal ini sebagaiman keterangan tegas Imam Ibn Hajar dalam al-Khairat al-Hisan fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah an-Nu’man.
Kedua, Imam ad-Dzahaby dalam Tadzkirah al-Huffâdh mengisahkan, tatkala Sofwan ibn Sulaim disebutkan di depan Imam Ahmad ibn Hanbal, beliau berkomentar:
هَذَا رَجُلٌ يَنْزِلُ الْقَطَرُ مِنَ السَّمَاءِ بِذِكْرِهِ
“Ini adalah lelaki yang hujan dapat turun dari langit dengan (perantara) menyebut namanya”.
Ucapan Imam Ahmad ibn Hanbal di atas membuktikan bahwa beliau termasuk pendukung berat praktik tawasul.
7. Tawasul dengan Kemuliaan
Tawasul dengan jah (kemuliaan dan kedudukan) seseorang di sisi Allah diperbolehkan. Berdasarkan doa sahabat Dharir:
“اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَّمَدٍ نَبِىِّ الرَّحْمَةِ إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِه لِتُقْضَى لِيْ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang.
(Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan) derajatmu agar hajatku ini terkabul.
Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”.
Menurut Syeikh ibn ‘Allân dalam Faidul Qadir, kata bika yang terdapat dalam doa di atas bermakna "derajatmu" sehingga menurut para ulama yang dimotori ‘Izz ibn ‘Abdissalam tawasul dengan jah termasuk bagian dari ajaran agama.
Baca Juga: 6 Cara Menjadi Istri Sholehah dalam Islam, Yuk Praktikan!
Manfaat Tawasul
Manfaat tawasul, terutama dalam konteks agama Islam, diyakini dapat melibatkan kedekatan dan pertolongan dari Allah SWT melalui perantara atau perantaraan tertentu.
Namun, perlu diingat bahwa interpretasi dan keyakinan terkait manfaat tawasul dapat berbeda-beda di kalangan umat Islam.
Berikut beberapa manfaat yang bisa didapat dalam praktik tawasul:
1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Tawasul dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara yang dianggap memiliki kedekatan dan keberkahan khusus.
2. Memperoleh Keberkahan
Dalam tawasul, individu berharap untuk mendapatkan berkat dan keberkahan, baik dalam hal kehidupan dunia maupun akhirat, melalui perantara yang dihormati.
3. Penghiburan dan Ketenangan Batin
Ketika seseorang merasa dekat dengan perantara yang dihormati, ini dapat memberikan penghiburan dan ketenangan batin dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dalam hidup.
4. Menghidupkan Teladan
Tawasul dapat menjadi sarana untuk menghidupkan teladan perantara atau tokoh agama yang dihormati, sehingga individu dapat terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka dalam beribadah dan berakhlak.
5. Memperkuat Iman dan Ketakwaan
Praktik tawasul diyakini dapat memperkuat iman dan ketaqwaan seseorang, karena mereka merasa terhubung secara spiritual dengan figur agama yang dihormati.
Tata Cara Tawasul
Tata cara tawasul dalam agama Islam dapat berbeda-beda tergantung pada tradisi dan keyakinan yang diikuti oleh individu.
Berikut ini adalah tata cara umum tawasul yang biasanya diikuti:
1. Niat yang Tulus dan Ikhlas
Sebelum memulai tawasul, niatkan dalam hati bahwa tujuan melakukan tawasul adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara yang dipilih.
2. Bersuci
Lakukan wudhu (bersuci) seperti yang biasa dilakukan sebelum ibadah lainnya.
Ini adalah tindakan persiapan yang penting sebelum mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam doa.
3. Bacaan Basmalah
Sebelum membaca doa tawasul, bacakan basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) untuk memulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
4. Membacan Bacaan Doa Tawasul
Bacakan doa tawasul dengan penuh khushu' (konsentrasi dan khusyuk), merujuk kepada perantara yang Anda pilih.
Berikut adalah contoh doa tawasul:
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan perantara Nabi Muhammad, salam sejahtera atasnya.
Tolonglah aku dalam kesulitan ini dan berikanlah aku apa yang aku butuhkan. Engkaulah yang Mahakuasa dan Maharahim."
Bacaan doa tawasul selengkapnya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya khusus membahas tentang doa tawasul.
5. Berzikir dan Berdoa
Setelah membaca doa tawasul, lanjutkan dengan berzikir dan berdoa kepada Tuhan dengan mengutarakan permohonan secara pribadi.
6. Berdoa untuk Kebaikan Semua
Sebelum mengakhiri tawasul, berdoalah untuk kebaikan semua umat manusia dan memohon berkat bagi mereka.
7. Bersedekah dan Berbuat Baik
Setelah berdoa, pertimbangkan untuk bersedekah atau melakukan amal kebaikan sebagai bentuk rasa syukur dan menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.