22 Februari 2023

Viral Anak Autis Dijepit, Ini Tanggapan dan Jawaban Psikolog

Bukan prosedur yang tepat untuk menghentikan amukan anak dengan autisme
Viral Anak Autis Dijepit, Ini Tanggapan dan Jawaban Psikolog

Belum lama ini media sosial diramaikan oleh video viral yang menunjukkan anak autis dijepit.

Perlakuan ini diterapkan agar anak tersebut berhenti memberontak.

Peristiwa terjadi di Depok, Jawa Barat. Seorang terapis berpakaian kuning menghimpit kepala anak dengan kakinya.

Alih-alih menjadi tenang, anak dengan autism spectrum disorder (ASD) tersebut justru meronta-ronta.

Di sisi lain, terapisnya tetap menghimpit kepala sang anak sambil bermain ponsel.

Kejadian ini pun mengundang opini publik, sekaligus polisi yang kemudian menetapkan terapis bernama Hendi sebagai tersangka.

Yuk, Moms, simak informasi selengkapnya di artikel ini!

Baca Juga: 7 Artis yang Memiliki Anak Autisme, Ada Young Lex!

Fenomena Anak Autis Dijepit

Berikut ini informasi mengenai anak autis dijepit:

1. Mengaku Sebagai Prosedur Pengamanan

Ilustrasi Anak Autis
Foto: Ilustrasi Anak Autis (Winnetnews.com)

Setelah viral video anak autis dijepit, Hendi mengaku kepada penyidik bahwa tindakannya merupakan bentuk dari terapi.

"Karena dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, itu memang sudah prosedurnya, dengan mengapit di kedua paha supaya tidak berontak. Itu pengakuannya," kata Kapolres Metro Depok, Kombes Ahmad Fuady.

2. Kepala dan Tangan Ditindih

Anak 3 tahun (batita) yang dijepit oleh Hendi sontak viral di media sosial.

Bahkan, di video tersebut tidak tampak jelas bagian kepala dan tangan batita yang dihimpit oleh terapis.

Artinya, kepala dan tangan anak tersebut dihimpit atau dijepit hingga meronta-ronta sampai menjerit.

Sayangnya, terapis itu mengabaikan sinyal yang diberikan batita.

Terapis tetap asyik bermain dengan ponselnya seolah tidak terjadi apa-apa.

3. Memberontak

Bayi 3 tahun tersebut semakin memberontak, dengan membanting tubuhnya.

Kakinya seakan terpental-pental karena berontak dengan kuat sebagai upaya keluar dari himpitan sang terapis.

4. Diyakini Sebagai Metode Agar Berhenti Berontak

Terapi dengan menghimpit dipercaya dapat membantu anak autis berhenti berontak.

Atau, karena terapis memiliki tenaga tinggi, sehingga bisa meminimalkan perlawanan anak yang memberontak.

Sayangnya, tindakan Hendi dinilai tidak sesuai dengan standard operating procedure (SOP) terapi.

Sebab, terapis tersebut seakan melakukan tindakan yang tidak wajar saat menghimpit tubuh anak berusia 3 tahun itu.

5. Hendi Ditetapkan sebagai Tersangka

Pihak kepolisian menetapkan Hendi sebagai tersangka.

Namun, menurut informasi yang beredar, tersangka tidak dilakukan penahanan. Hanya dikenakan wajib lapor.

Adapun, Hendi terancam Pasal 80 juncto pasal 76C UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, dengan ancaman pidana kurungan paling lama 3,6 tahun penjara.

Baca Juga: Catat! Ini 7 Rekomendasi Tempat Terapi Anak Autisme di Jabodetabek

Tanggapan Psikolog tentang Anak Autis Dijepit

Ilustrasi Autisme
Foto: Ilustrasi Autisme

Terkait viralnya video anak autis dijepit, Orami menghubungi psikolog untuk dimintai keterangan terkait prosedur menghimpit anak autisme agar berhenti berontak.

"Pada prinsipnya, untuk anak dengan autisme, tidak ada teknik terapi yang menggunakan himpitan kaki atau paha seperti video-video yang sedang viral," kata Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGA Psikolog RS Pondok Indah - Bintaro Jaya.

Menurutnya, tindakan tersebut tidak benar. Sang terapis bahkan telah melanggar kode etik, karena tindakan menjepit bukanlah bagian dari terapi untuk anak dengan autis.

Lantas, apa yang terjadi jika anak dengan kondisi autis mendapat perlakuan kekerasan seperti yang terlihat dalam video anak autis dijepit?

"Akibatnya sebenarnya sama saja dengan anak-anak yang tanpa kondisi autism," sambungnya.

Jadi, anak bisa mengalami trauma. Anak juga bisa mempersepsikan bahwa kelas terapi itu adalah suatu kegiatan yang tidak menyenangkan.

"Alhasil, anak yang menjadi korban biasanya tidak mau mengikuti terapi rutin, tidak enjoy, tidak mau masuk ruangannya, seperti itu," tegasnya.

Baca Juga: Hari Autisme Sedunia, Bantu Si Kecil Maksimalkan Potensinya

Pengobatan Autisme pada Umumnya

Ilustrasi Anak Autisme
Foto: Ilustrasi Anak Autisme (Lemonde.fr)

Terapi pada anak dengan autisme yang paling tepat biasanya dilakukan secara kombinasi, antara psikolog dan psikiater.

Penanganan untuk anak autisme secara umum biasanya melibatkan medikasi atau obat.

"Ada obat yang dikonsumsi, ada diet-diet tertentu untuk anak autisme. Kemudian, kalau terapinya, macam-macam," kata Psikolog Jane.

Jenis terapi yang paling umum menurut Psikolog Jane, antara lain:

  • Terapi bicara untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya
  • Terapi perilaku yang bertujuan agar anak bisa menunjukan sikap kooperatif, bisa melakukan transisi dalam suatu kegiatan dengan lebih mulus, dan bisa mengikuti kegiatan sekolah.
  • Terapi sensori integrasi.

"Tapi, ini case by case, ya. Tidak semua anak dengan autisme membutuhkan semua jenis terapi yang disebutkan di atas," ucap Psikolog Jane.

Tips Memilih Terapis yang Tepat

Ilustrasi Terapi
Foto: Ilustrasi Terapi (today.uconn.edu)

Lebih lanjut, Psikolog Jane juga memberikan tips dalam memilih terapis untuk anak dengan kondisi autisme.

Hal ini penting untuk diperhatikan, agar tidak terjadi kesalahan dalam terapi.

Intinya, orang tua harus kritis dengan klinik atau rumah sakitnya.

Pastikan pula bahwa sang terapis memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.

"Misalnya, terapis okupasi atau terapis sensori integrasi, itu gelarnya ahli madya okupasi terapi," tutur Psikolog Jane.

"Terapi wicara, itu gelarnya ahli madya terapis bicara. Kalau untuk behaviour terapis, biasanya dari S1 psikologi," tambahnya.

Secara garis besar, berikut ini beberapa hal yang perlu Moms perhatikan dalam memilih terapis untuk anak dengan autisme:

  • Cek background pendidikan terapis. Pastikan sudah tepat untuk anak dengan kondisi autisme.
  • Cari ulasan dari orang tua lain yang sudah lebih dulu berobat ke klinik atau rumah sakit tersebut.
  • Komunikasi dengan terapis, agar sang anak mendapatkan perlakukan yang sesuai dengan kondisinya.
  • Orang tua harus aktif bertanya tentang kebutuhan sang anak terkait kondisinya.

"Menurut saya, tidak ada salahnya juga berkomunikasi dengan terapis. Jadi, jangan sampai anaknya sudah selesai terapi, lalu orang tuanya langsung pulang saja," saran Psikolog Jane.

"Orang tua bisa bertanya kepada terapis, misalnya tadi kegiatannya apa saja? Apa yang dilakukan? Progress-nya seperti apa?," tambahnya.

Lebih lanjut, Psikolog Jane bilang bahwa orang tua juga harus aktif bertanya tentang hal yang harus dilakukan untuk menstimulasi anak dengan autisme.

Baca Juga: 7 Artis yang Memiliki Anak Autisme, Ada Young Lex!

Demikian informasi mengenal anak autis dijepit yang viral di media sosial.

Semoga kejadian ini tidak terulang kembali, ya, Moms!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb