13 September 2023

Silent Treatment: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

Hindari perilaku ini ketika ada konflik dengan pasangan
Silent Treatment: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

Moms dan Dads apakah pernah menemui atau mengenal orang yang menolak berbicara ketika bersitegang? Sikap ini merupakan salah satu ciri dari silent treatment.

Biasanya, hal ini sering terjadi dalam hubungan pernikahan.

Apalagi ketika salah satu dari pasangan merasa sangat marah, tapi tak ingin menyakiti yang lainnya dengan perkataan ataupun perbuatan.

Namun kabarnya, perilaku ini tak baik bila terjadi berangsur-angsur.

Mari kita bahas mengenai perilaku yang satu ini, cara mengatasi, dan apa saja efek terhadap pasangan.

Baca Juga: 15 Arti Mimpi Dikejar Ular, Berhubungan dengan Emosi!

Apa itu Silent Treatment?

Silent Treatment (Freepik.com)
Foto: Silent Treatment (Freepik.com)

Silent treatment adalah perilaku dimana salah satu pasangan dalam suatu hubungan mengabaikan pasangannya dan benar-benar berhenti mengakuinya melalui segala bentuk komunikasi.

Perilaku pengabaian ini biasanya terjadi setelah adu argumen yang intens antar individu.

Umumnya, target dari perilaku pengabaian ini sering tidak menyadari konflik yang terjadi karena pihak lainnya belum mengomunikasikannya dan diam saja.

Perilaku ini tidak terbatas pada hubungan antara pria dan wanita saja, tetapi bisa terjadi antara orang tua dan anak, teman, maupun rekan kerja.

Sikap tersebut adalah suatu bentuk penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.

Dikutip dari jurnal Violence and Victims, silent treatment dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis kekerasan emosional terhadap pasangan.

Orang yang melakukan sikap pengabaian ini juga mungkin menolak untuk mengakui keberadaan orang lain.

Hal ini juga menjadi alat ketika seseorang menggunakannya untuk mengontrol dan memanipulasi orang lain.

Diduga sejak tahun 1835, silent treatment adalah istilah yang digunakan sejak reformasi penjara sebagai alternatif hukuman fisik.

Diyakini bahwa melarang narapidana berbicara, memanggil mereka dengan nomor alih-alih namanya, memaksa untuk menutupi wajah mereka sehingga tidak dapat melihat satu sama lain, akan membuat narapidana merefleksikan tindak kejahatannya.

Konsep pengabaian tersebut membuat para tahanan merasa menjadi sesuatu yang lebih buruk daripada penjahat.

Mereka merasa tidak terlihat, tidak berharga, tidak berdaya.

Para tahanan terus-menerus menerima jenis perilaku ini yang dapat merusak harga diri mereka.

Baca Juga: Mengenal Toxic Masculinity, Ciri dan Cara Pencegahannya

Penyebab Silent Treatment

Penyebab Silent Treatment (Freepik.com)
Foto: Penyebab Silent Treatment (Freepik.com)

Dilansir dari Medical News Today, orang-orang yang melakukan silent treatment mengungkapkan beberapa alasan melakukannya, antara lain:

  • Sebagai bentuk penghindaran. Dalam beberapa kasus, seseorang memilih diam dalam percakapan karena mereka tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.
  • Sebagai bentuk komunikasi. Seseorang mungkin mengambil sikap silent treatment ketika mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya tetapi ingin pasangannya tahu bahwa dia kesal.
  • Sebagai bentuk hukuman. Jika seseorang diam saja untuk menghukum orang lain atau untuk melakukan kontrol dan kekuasaan atas mereka, maka sikap ini dapat digolongkan ke dalam bentuk kekerasan emosional.

Walaupun tidak selalu, silent treatment adalah salah satu ciri sikap yang biasanya dilakukan oleh orang-orang dengan penyakit mental dan gangguan kepribadian, seperti berikut ini:

Mereka melakukannya sebagai taktik untuk bertahan hidup, melindungi diri, atau bersikap manipulatif.

Ciri-Ciri Silent Treatment

Lalu, bagaimana ciri-ciri perilaku orang yang melakukan silent treatment?

Dilansir dari Psychcentral, terdapat beberapa ciri-ciri perilaku yang menunjukkan seseorang melakukan tindakan silent treatment, yaitu:

  • Menolak untuk berbicara
  • Tidak mengakui apa yang seseorang katakan
  • Mengabaikan panggilan telepon, pesan teks, dan lain-lain
  • Berpura-pura tidak mendengarkan
  • Tidak mengakui perasaan dan pendapat
  • Pergi untuk waktu yang lama, lalu muncul kembali, bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi dan semuanya selalu baik-baik saja
  • Mengabaikan kebutuhan dan permintaan seseorang untuk berkomunikasi dengan jelas
  • Perilaku yang dimaksudkan untuk membuat mereka merasa tidak terlihat atau tidak valid

Baca Juga: Mengenal Toxic People, Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya

Cara Mengatasi atau Menghadapi Orang yang Sedang Silent Treatment

Cara Hadapi Silent Treatment (Freepik.com)
Foto: Cara Hadapi Silent Treatment (Freepik.com)

Berurusan dengan orang yang memilih melakukan silent treatment adalah hal yang sangat menyebalkan dan membuat hati tidak tenang.

Ada beberapa cara mengatasi silent treatment, beberapa di antaranya yaitu:

1. Perjelas Situasinya

Cara mengatasi silent treatment yang pertama adalah menyadarkan bahwa seseorang sedang melakukan silent treatment.

Misalnya, katakan kepada si pelaku, "Saya merasa kamu tidak menanggapi saya".

Dengan berusaha membuat pelaku sadar akan sikapnya, dapat menjadi dasar untuk terlibat komunikasi satu sama lain secara lebih efektif.

2. Gunakan Pernyataan 'Saya'

Moms dan Dads bisa memberitahu perasaan saat ini kepada orang lain dengan menggunakan pernyataan "saya".

Misalnya, penerima perlakuan silent treatment dapat menyampaikan, "Saya merasa sakit hati dan frustasi karena kamu tidak berbicara dengan saya. Saya ingin menemukan cara untuk menyelesaikannya."

Pernyataan sejenis ini berfokus pada perasaan dan keyakinan pembicara. Hal ini dapat menjadi cara mengatasi silent treatment yang perlu dilakukan.

Baca Juga: Apa Itu Hypnoparenting dan Bolehkah Diterapkan pada Anak?


3. Akui Perasaan Orang Lain

Cara mengatasi silent treatment selanjutnya adalah meminta pelaku untuk membagikan perasaannya.

Dengan meminta mereka berbagi perasaan, akan membuat mereka tahu bahwa perasaan mereka penting dan valid, sekaligus membuka jalan untuk percakapan.

Hindari bersikap defensif atau berusaha memecahkan masalah saat itu juga. Usahakan untuk tetap mendengarkan dengan penuh empati.

Jika lawan bicara tersebut merespons dengan cara yang mengancam atau melecehkan, ada baiknya menjauhkan diri terlebih dahulu sampai mereka tenang.

Bila perlu bicaralah dengan dokter, terapis, atau teman terpercaya untuk mendapatkan bantuan.

4. Minta Maaf Atas Kata-Kata atau Tindakan

Memang sebaiknya hindari untuk meminta maaf atau menyalahkan diri sendiri atas perlakuan silent treatment oleh orang lain, karena memilih diam adalah cara lawan bicara untuk merespons.

Namun, mungkin mereka perlu mendengar permintaan maaf dari Moms dan Dads yang mungkin secara tidak sadar telah berbicara sesuatu yang menyakiti perasaan.

5. Bersikap Tenang dan Atur Waktu untuk Menyelesaikan Masalah

Terkadang, seseorang memberikan silent treatment kepada orang lain karena sedang merasa terlalu marah, terluka, atau kewalahan untuk berbicara.

Mereka mungkin juga merasa takut mengatakan sesuatu yang malah akan memperburuk situasi.

Dalam kasus ini, akan sangat membantu jika setiap pihak meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum bertemu kembali untuk membahas masalah dengan tenang.

6. Hindari Tanggapan yang Tidak Membantu

Usahakan untuk tidak memperburuk situasi atau memprovokasi orang yang diam untuk berbicara.

Hal ini dapat menimbulkan lebih banyak konflik dan tidak menyelesaikan masalah.

Baca Juga: 9 Ciri Toxic Relationship, Waspada Bila Moms Mengalaminya

Dampak Silent Treatment dalam Hubungan Pasangan

Dampak Silent Treatment (Freepik.com)
Foto: Dampak Silent Treatment (Freepik.com)

Perilaku silent treatment tentunya dapat berpengaruh terhadap suatu hubungan dan memiliki efek terhadap pasangan.

Mengambil sikap silent treatment bukanlah cara yang produktif untuk mengatasi perselisihan.

Berikut ini dampaknya pada hubungan pasangan.

1. Konflik Tidak Selesai dengan Cara yang Sehat dan Positif

Penelitian yang ditulis dalam jurnal Communication Monographs menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita menggunakan silent treatment dalam hubungan.

Namun, komunikasi yang jelas dan langsung sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat.

Sikap silent treatment justru akan mencegah penyelesaian konflik dengan cara yang positif.

Ketika salah satu pihak ingin membicarakan masalah yang terjadi tetapi yang lain menarik diri, dapat timbul emosi negatif seperti kemarahan dan kesal.

Menurut penelitian yang ditulis dalam APA PsycArticle, orang yang sering merasa diabaikan juga melaporkan tingkat harga diri, rasa memiliki, dan makna yang lebih rendah dalam hidup mereka.

Oleh karena itu, sikap mendiamkan orang lain dapat berdampak negatif pada kesehatan suatu hubungan, walaupun pelaku bermaksud menghindari konflik.

2. Tidak Adanya Titik Terang atau Solusi dari Perselisihan

Menghindari konflik dalam hubungan akan membuat perselisihan tidak kunjung mendapat titik terang, karena tidak ada kesempatan untuk membahas masalah dan mencari solusinya.

Moms dan Dads, sikap silent treatment adalah cara komunikasi yang tidak produktif dan tidak efektif dalam sebuah hubungan.

Walau bisa menjadi bentuk perlindungan diri, tetapi di sisi lain menunjukkan kekerasan secara emosional.

Baca Juga: 8 Penyebab Utama Masalah Komunikasi dalam Pernikahan

Orang yang secara teratur menggunakan atau mengalami silent treatment perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Jika ada tanda-tanda kekerasan lain, maka jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang lain agar tetap aman.

Ingat, silent treatment tidak aka menyelesaikan masalah atau konflik yang Moms dan Dads hadapi. Yuk, mulai sekarang selesaikan dengan baik!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3876290/
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/silent-treatment
  • https://psychcentral.com/blog/permission-to-thrive/2020/04/how-to-respond-to-silent-treatments#Behaviors-of-the-Silent-Treatment
  • https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03637751.2013.813632
  • https://psycnet.apa.org/doiLanding?doi=10.1037%2Fa0028029

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb