20 Maret 2022

Menelusuri Sejarah Alat Musik Kolintang, Cara Memainkan, hingga Perkembangannya di Masa Kini

Alat musik asal Minahasa ini ternyata punya sejarah dan cara memainkan yang cukup unik
Menelusuri Sejarah Alat Musik Kolintang, Cara Memainkan, hingga Perkembangannya di Masa Kini

Alat musik kolintang merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Minahasa, yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara.

Suku Minahasa merupakan suku yang muncul dari peleburan berbagai suku bangsa yang masuk ke Sulawesi Utara.

Suku ini memiliki kebudayaannya sendiri, seperti bahasa, adat istiadat, dan kesenian seperti tari serta alat musiknya.

Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, alat musik kolintang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada yang terbuat dari kayu.

Terdapat cerita sejarah yang cukup unik mengenai asal mula alat musik ini.

Jika Moms ingin tahu sejarah dan cara memainkan alat musik Kolintang, Moms perlu menyimak ulasan lengkapnya berikut ini!

Baca Juga: 6 Rekomendasi Mainan Alat Musik untuk Anak, Banyak Manfaatnya!

Mengenal Sejarah Alat Musik Kolintang

Sejarah Alat Musik Kolintang
Foto: Sejarah Alat Musik Kolintang

Foto: liputan6.com

Mengutip artikel dari Indonesia Kaya, pada zaman dahulu, ada sebuah desa yang indah bernama To Un Rano atau yang sekarang dikenal dengan nama Tondano.

Di desa itu terdapat seorang gadis yang kecantikannya sangat terkenal ke seluruh pelosok desa. Banyak pemuda yang jatuh hati padanya dan ingin meminangnya.

Tak hanya cantik, gadis yang bernama Lintang ini juga dikenal pandai menyanyi dan suaranya pun sangat merdu.

Pada suatu hari, ada sebuah pesta muda-mudi di To Un Rano. Lalu datang Makasiga, seorang pemuda gagah nan tampan, yang memiliki keahlian di bidang ukir-ukiran.

Ia berusaha untuk meminang Lintang, namun Lintang hanya akan menerimanya dengan satu syarat. Syaratnya adalah, Makasiga harus mencari alat musik yang bunyinya lebih merdu dari seruling emas.

Diberi tantangan tersebut, Makasiga pun berkelana keluar-masuk hutan untuk mencari alat musik yang dimaksud.

Untuk menghangatkan badan di malam hari, Makasiga pun membelah-belah kayu untuk kemudian ia jemur.

Setelah kering, belahan kayu itu diambil satu persatu dan dilemparkannya ke tempat lain.

Baca Juga: Apa Manfaat Balita Belajar Bermain Alat Musik Sejak Dini?

Pada saat itulah Makasiga mendengar bunyi-bunyian yang amat nyaring nan merdu.

Makasiga senang bukan kepalang dan berkat ketekunan dan keuletannya, Makasiga berhasil membuat alat musik yang kemudian hingga kini dikenal dengan Kolintang.

Bentuk alat musik Kolintang ini terbilang unik. Yaitu hanya serangkaian bilah kayu yang disusun di atas sebuah rak dengan ukuran bilah yang semakin menyusut (mengecil).

Panjang-pendek bilah juga menyesuaikan nada yang ingin dihasilkan.

Dalam sebuah rak, ada dua baris bilah nada kayu, yang mana setiap nadanya, baik di rak atas maupun rak bawah memiliki tinggi nada yang berbeda.

Semakin banyak bilah, maka semakin lebar jangkauan nada yang bisa dihasilkan.

Kata “kolintang” juga berasal dari bunyi “tong” untuk nada rendah, “ting” untuk nada tinggi, dan “tang” untuk nada tengah.

Dahulu, orang Minahasa biasanya mengajak bermain kolintang dengan mengatakan “Mari kita ber-tong-ting-tang” atau dalam bahasa daerah Minahasa “Maimo Kumolintang”.

Oleh karena itu, muncul istilah Kolintang untuk menyebut alat musik ini.

Baca Juga: Ragam Pakaian Adat Jawa Timur dan Keunikannya

Cara Memainkan Alat Musik Kolintang

Cara Memainkan Alat Musik Kolintang
Foto: Cara Memainkan Alat Musik Kolintang

Foto: blibli.com

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kayu adalah bahan utama dalam alat musik ini.

Cara memainkan alat musik kolintang juga sangat mudah. Jika dipukul dengan pemukul berupa stik, ia menghasilkan bunyi-bunyi yang nyaring dan merdu.

Bunyi yang dihasilkan ini bisa mencapai nada-nada tinggi maupun rendah.

Seperti alat musik tradisional lainnya, kolintang bisa dimainkan dengan cara dipukul dengan stik khusus. Uniknya, Moms harus memainkan alat musik ini dengan 3 stik sekaligus.

Jadi, kolintang jelas berbeda dengan jenis alat musik tradisional lainnya, seperti gambang atau gamelan.

Untuk memainkan kolintang dengan baik, Moms harus menggenggam 2 stik di bagian tangan kanan, sementara di 1 stik lainnya Moms pegang di tangan kiri.

Namun, jangan khawatir, masih ada beberapa jenis alat musik Kolintang lainnya yang dimainkan cukup dengan menggunakan 2 stik saja.

Kolintang jenis ini biasanya termasuk ke dalam jenis kolintang bass atau jenis melodi.

Cara Membuat Alat Musik Kolintang

Cara Membuat Alat Musik Kolintang
Foto: Cara Membuat Alat Musik Kolintang

Foto: cintaindonesia.web.id

Untuk membuat alat musik Kolintang, jenis kayu yang digunakan adalah kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau jenis kayu lain yang ringan tetapi bertekstur padat dan serat kayunya tersusun rapi membentuk garis-garis horizontal.

Pada mulanya, alat musik ini hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjajar di atas kedua kaki pemainnya yang duduk di tanah.

Kemudian sang pemain akan menempatkan posisi kedua kaki lurus ke depan. Seiring berjalannya waktu, penggunaan kaki pemain ini diganti dengan 2 batang pisang.

Peti resonator juga mulai digunakan sejak kedatangan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya untuk menjalani pengasingan di Minahasa pada tahun 1830 yang membawa seperangkat gamelan.

Untuk bahan peti resonator, biasanya digunakan kayu keras seperti jati atau mahoni.

Baca Juga: Benarkah Terapi Musik Membantu Perkembangan Bayi Prematur?

Kolintang, Dulu dan Kini

Kolintang, Dulu dan Sekarang
Foto: Kolintang, Dulu dan Sekarang

Foto: blibli.com

Pemakaian alat musik Kolintang juga masih erat kaitannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa seperti pada upacara-upacara pemujaan arwah leluhur.

Namun, seiring waktu hal tersebut mulai ditinggalkan.

Jessy Wenas dalam Sejarah dan Kebudayaan Minahasa menuliskan bahwa alat musik ini kembali populer berkat seorang tunanetra bernama Nelwan Katuuk.

Ia juga yang menyusun nada kolintang menurut tangga nada diatonis dan diperkenalkan lebih luas lagi pada tahun 1940.

Dahulu, kolintang hanya terdiri dari satu instrumen melodi yang terdiri dari susunan nada diatonis, dengan jarak nada adalah 2 oktaf.

Sebagai pengiring, alat musik ini digunakan bersama alat-alat musik bersenar seperti gitar, ukulele dan bas.

Namun pada 1954, kolintang sudah memiliki jarak nada dua setengah oktaf dan masih tetap memiliki susunan nada diatonis.

Kemudian pada 1960, berkembang lagi hingga mencapai tiga setengah oktaf dengan nada 1 kres, naturel, dan 1 mol.

Dasar nadanya masih terbatas pada 3 kunci yakni naturel, 1 mol, dan 1 kruis, dan jarak nadanya berkembang lagi menjadi empat setengah oktaf dari F sampai dengan C.

Sebagai alat musik, Kolintang kini berkembang. Pada awalnya hanya instrumen kolintang melodi, namun saat ini Kolintang lengkap memiliki hingga sembilan alat.

Alat tersebut antara lain: melodi 1 (ina esa), melodi 2 (ina rua), melodi 3 (ina taweng), cello (cella), bass (loway), tenor 1 (karua), tenor 2 (karua rua), alto 1 (uner), alto 2 (uner rua), ukulele atau alto 3 (katelu).

Kolintang melodi berfungsi sebagai pengiring lagu dan umumnya pemain melodi menggunakan 2 atau 3 pemukul.

Jika salah satu pemukul memainkan lagu, pemukul lainnya akan memainkan kombinasinya atau nada-nada improvisasi.

Untuk memainkan nada panjang, pada nada yang diinginkan harus ditahan dengan cara menggetarkan pemukulnya.

Baca Juga: Manfaat Mendengarkan Musik untuk Kesehatan Otak

Hingga kini, masyarakat lokal masih sering memainkan alat musik Kolintang. Namun, umumnya kini bertujuan untuk sarana hiburan saja.

Sekarang, kolintang lebih sering dipakai buat mendampingi tarian tradisional dan juga beberapa lagu daerah.

  • https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/10/kemerduan-kolintang-kawanua-alat-musik-khas-minahasa
  • https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/11/125810869/kolintang-alat-musik-tradisional-sulawesi-utara
  • https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kolintang/
  • https://www.blibli.com/friends/blog/alat-musik-kolintang-16/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb