09 Agustus 2022

Alergi Antibiotik, Cari Tahu Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya Yuk Moms!

Cari tahu juga cara mendiagnosis alergi antibiotik
Alergi Antibiotik, Cari Tahu Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya Yuk Moms!

Kebanyakan pasien melaporkan alergi antibiotik tetap seringkali didasarkan pada gejala yang tidak jelas atau catatan klinis yang tidak didapat diingat. Semisal dicurigai alergi antibotik penisilin selama masa anak-anak.

Apa Itu Alergi Antibiotik?

Ilustrasi alergi antiobiotik
Foto: Ilustrasi alergi antiobiotik

Foto ilustrasi alergi obat (Sumber: Orami Photo Stock)

Menurut Journal of Lancet, antibiotik adalah obat untuk mengatasi penyakit akibat bakteri. Sayangnya, beberapa golongan obat antibiotik justru memicu reaksi alergi bagi penggunanya. Alergi terjadi ketika sistem imun bereaksi melawan antibiotik yang dianggap berbahanya.

Tentunya, hal ini menjadi dilema ketika seorang dokter tidak ingin pasien kehilangan pengobatan yagn terbaik tetapi khawatir dari risiko alergi antibiotik.

Penyebab Alergi Antibiotik

Alergi antibiotik
Foto: Alergi antibiotik

Foto ilustrasi alergi obat (Sumber: Orami Photo Stock)

Dilansir dari Mayo Clinic, penyebab alergi antibiotik. terjadi karena sistem imun bereaksi melawan yang zat-zat yang terkandung dalam antibiotik. Sistem imun keliru mengenali antibiotik. sebagai zat yang berbahaya, sehingga mengirimkan antibodi dan berbagai zat kimia untuk menghilangkannya.

Baca Juga: Antibiotik untuk Keputihan, Bisa Mengatasi Infeksi Akibat Bakteri

Sistem imun seharusnya hanya bereaksi terhadap bibit penyakit dan zat asing yang merugikan kesehatan. Sistem imun seharusnya tidak menggubris zat lain yang menguntungkan tubuh, termasuk kandungan antibiotik.

Reaksi alergi terjadi saat Moms, Dads atau Si Kecil meminum antibiotik. untuk pertama kalinya. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan reaksi ini muncul pada orang yang telah berulang kali meminum obat tanpa mengalami alergi antibiotik.

Gejala Alergi Antibiotik

Konsumsi antibiotik
Foto: Konsumsi antibiotik

Foto ilustrasi alergi obat (Sumber: Orami Photo Stock)

Apa saja tanda dan gejala alergi antibiotik menurut The American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI)?

1. Gejala Ringan

Gejala ringan termasuk kulit merah gatal, bersisik, atau bengkak. Moms atau Dads bahkan Si Kecil mungkin memiliki area datar dan merah pada kulit yang ditutupi dengan benjolan kecil. Kalian juga bisa mengalami gatal-gatal.

Baca Juga: 7 Bahan Antibiotik Alami yang Bisa Moms Coba di Rumah

2. Gejala Parah

Gejala alergi antiobiotik yang parah termasuk kulit melepuh atau mengelupas, masalah penglihatan, dan pembengkakan parah atau gatal. Reaksi parah termasuk kondisi seperti nekrolisis epidermal toksik (TEN). Segera konsultasi ke dokter untuk penanganan lebih lanjut serta menghindari kondisi serius lainnya yang tidak diinginkan.

3. Gejala Anafilaksis

Gejala anafilaksis dari alergi antiobiotik termasuk sesak tenggorokan, kesulitan bernapas, kesemutan, pusing, dan mengi. Anafilaksis adalah reaksi tiba-tiba yang mengancam jiwa yang membutuhkan perawatan segera. Anafilaksis dapat terjadi jika kalian berolahraga setelah terpapar pemicu, seperti setelah Anda minum antibiotik.

Baca Juga: 4 Manfaat Sabut Kelapa yang Perlu Moms Tahu, Bisa untuk Antibiotik!

Cara Mendiagnosis Alergi Antibiotik

Cara mengetahui alergi antibiotik
Foto: Cara mengetahui alergi antibiotik

Foto ilustrasi alergi obat (Sumber: Orami Photo Stock)

Dokter mungkin akan bertanya tentang riwayat kesehatan dan alergi. Lalu, kalian mungkin akan memerlukan pengujian tambahan jika mengalami anafilaksis setelah terpapar. Lalu, ada juga cara mengetahui alergi antibiotik. dengan cara berikut ini:

1. Tes Darah

Moms, Dads atau Si Kecil mungkin perlu mengambil tes darah untuk memberikan informasi ke rumah sakit tentang bagaimana tubuh bekerja. Darah dapat diambil dari tangan, lengan atau IV.

2. Tes Tempel

Tes tempel berarti sejumlah kecil antibiotik diletakkan di kulit. Area tersebut ditutupi dengan tambalan yang bertahan selama 2 hari. Kemudian rumah sakit akan memeriksa kulit tersebut.

Baca Juga: Pengaruh Alergi Pada Berat Badan Anak

3. Tes Tusuk Kulit

Tes tusuk kulit berarti setetes kecil antibiotik diletakkan di lengan bawah dan kulit ditusuk dengan jarum. Dokter akan memperhatikan reaksinya.

4. Tes Intradermal

Tes intradermal berarti sejumlah kecil cairan antibiotik diletakkan di bawah permukaan kulit. Dokter pun akan memperhatikan reaksinya.

5. Tes Provokasi Obat

Tes provokasi obat juga dikenal sebagai tes tantangan antibiotik. Dokter akan memberi peningkatan dosis obat antibiotik dan mengawasi reaksinya.

Baca Juga: Ketahui Jenis Alergi pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Cara Mengobati Alergi Antibiotik

Cara mengobati alergi antibiotik
Foto: Cara mengobati alergi antibiotik (ada.org)

Foto ilustrasi alergi obat (Sumber: Orami Photo Stock)

Lalu, penanganan pertama untuk mengatasi alergi antibiotik.adalah dengan segera berhenti mengonsumsi obat tersebut. Sementara itu, cara mengobati alergi antibiotik dengan cara:

1. Minum Obat Alergi

Dokter akan menyarankan konsumsi obat alergi untuk cara mengatasi alergi antiobiotik serta gejala yang kambuh. Obat alergi yang paling awal disarankan mungkin adalah antihistamin berupa diphenhydramine atau cetirizine.

Dokter juga bisa meresepkan obat kortikosteroid minum atau lewat suntikan untuk mengobati peradangan akibat reaksi alergi. Berbeda dengan antihistamin yang dapat dibeli, penggunaan kortikosteroid harus atas anjuran dan pengawasan dokter.

2. Suntik Epinefrin

Suntikan epinefrin adalah pertolongan pertama untuk reaksi alergi berat yang disebut anafilaksis. Obat ini bekerja dengan memulihkan sistem tubuh akibat efek histamin. Histamin merupakan salah satu zat kimia yang berperan dalam reaksi alergi.

Namun, Moms dan Dads harus ketahui bahwa suntikan epinefrin hanya mengatasi anafilaksis dan mencegahnya bertambah parah. Reaksi masih bisa muncul beberapa jam kemudian, jadi penderita alergi harus tetap mendapatkan bantuan medis.

3. Desensitisasi

Desensitisasi bukanlah cara meredakan alergi, melainkan terapi yang bertujuan untuk menekan respons sistem imun terhadap zat pemicu alergi. Sehingga, tubuh tidak lagi bereaksi secara berlebihan saat meminum antibiotik.

Moms, Dads atau Si Kecil akan diminta meminum antibiotik dalam dosis kecil setiap 15-30 menit selama beberapa jam atau hari. Jika pada dosis tertentu tidak muncul reaksi alergi, dosis tersebut dianggap sebagai batas aman bila ingin mengonsumsi antibiotik.

Alergi antibiotik merupakan salah satu bentuk alergi obat. Seperti jenis alergi lainnya, kondisi ini menimbulkan sejumlah gejala yang dapat bertambah berat bila tidak lekas ditangani.

Sangat penting untuk tidak mengabaikan alergi terhadap antibiotik, karena alergi bisa menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu. Tubuh akan membangun antibodi terhadap antibiotik tertentu, sehingga respons sistem kekebalan lebih kuat setiap saat dan dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Ini dapat mengakibatkan kematian, bahkan hanya dalam beberapa menit, jika kalian mengabaikan alergi antibiotik.

Jangan ragu untuk bertanya kepada dokter bila merasa mengalami suatu gejala setelah meminum antibiotik. Pasalnya, pemeriksaan dan diagnosis yang tepat akan menuntun Anda menuju pengobatan yang sesuai dalam penanganan alergi antibiotik.

  • https://www.healthdirect.gov.au/allergic-reactions-to-antibiotics#:~:text=Most%20allergies%20are%20caused%20by,rather%20than%20an%20allergic%20reaction.
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-allergy/symptoms-causes/syc-20371835
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30558872/
  • https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)32218-9/fulltext
  • https://bpac.org.nz/bpj/2015/june/allergy.aspx
  • https://www.uptodate.com/contents/allergy-to-penicillin-and-related-antibiotics-beyond-the-basics
  • https://www.premierhealth.com/your-health/articles/health-topics/antibiotic-allergies-can-be-unexpected-and-dangerous
  • https://www.drugs.com/cg/antibiotic-medication-allergy.html
  • https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/drug-allergies/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb