25 April 2024

6 Cerpen Fiksi untuk Dibacakan ke Si Kecil, Menarik!

Ada cerpen yang memotivasi juga, Moms
6 Cerpen Fiksi untuk Dibacakan ke Si Kecil, Menarik!

Foto: unsplash.com

4. Cerpen Fiksi, Gajah dan Temannya

Sebuah gajah berjalan sendirian menelusuri hutan, mencari sahabat. Ia segera melihat seorang monyet dan bertanya, “Bisakah kita berteman, monyet?”.

Dengan cepat, monyet menjawab, “Kamu besar dan tidak bisa berayun di pohon seperti saya, jadi saya tidak bisa menjadi temanmu.”

Karena sedih, gajah terus mencari dan menemukan seorang kelinci. Ia bertanya padanya, “Bisakah kita berteman, kelinci?”.

Kelinci menatap gajah dan menjawab, “Kamu terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam liangku. Kamu tidak bisa menjadi temanku.”

Gajah itu melanjutkan perjalanannya hingga bertemu dengan seorang katak. Dia bertanya, “Maukah kamu menjadi temanku, katak?”.

Katak menjawab, “Kamu terlalu besar dan berat; kamu tidak bisa melompat seperti aku. Aku minta maaf, tapi kamu tidak bisa menjadi temanku.”

Gajah terus bertanya kepada hewan yang ditemuinya di perjalanan namun selalu mendapat jawaban yang sama.

Keesokan harinya, gajah melihat semua binatang hutan berlarian ketakutan.

Dia berhenti seorang beruang untuk menanyakan apa yang terjadi dan diberitahu bahwa harimau menyerang semua hewan kecil.

Gajah ingin menyelamatkan hewan-hewan lainnya, jadi dia mendatangi harimau dan berkata, “Tolong, Tuan, tinggalkan teman-temanku sendirian. Jangan memakannya.”

Harimau tidak mendengarkan. Dia hanya menyuruh gajah untuk mengurus urusannya sendiri.

Karena tidak punya pilihan lain, gajah menendang harimau itu dan menakutinya.

Setelah mendengar kisah berani tersebut, hewan-hewan lain akhirnya mau berteman dengannya.

Mereka berkata, “Ukuranmu tepat untuk menjadi teman kami.”

Baca Juga: 5 Contoh Cerpen Pendidikan yang Mudah Dipahami Si Kecil!

5. Cerpen Fiksi, Penggembala yang Dusta

Cerpen Fiksi
Foto: Cerpen Fiksi (Freepik)

Suatu hari, seorang penggembala sedang berada di padang rumput bersama dengan kawanan dombanya.

Dalam kebosanannya, ia berbisik, "Tuhan, betapa aku merasa bosan. Hari-hari terasa monoton hanya dihabiskan dengan melihat domba-domba ini. Aku mengharapkan kejutan hari ini."

Akhirnya, sebuah ide muncul di benaknya, dan tanpa berpikir panjang, ia meninggalkan kawanan dombanya dan berlari menuju desa.

"Domba-dombaku diserang serigala! Tolong bantu!" teriaknya pura-pura dalam kepanikan.

Warga desa segera merespons dan berlari membantu, namun sayang usaha mereka sia-sia.

Penggembala dengan licik menertawakan reaksi orang-orang desa, mengakui bahwa kepanikannya hanyalah akting untuk menghibur dirinya sendiri.

"Saya telah menipu kalian karena rasa bosan saya," kata penggembala dengan santainya.

Warga desa marah dan kembali ke tugas masing-masing. Hari berikutnya, penggembala itu kembali berbohong dan berhasil menipu warga desa sekali lagi.

Namun, ketika ia kembali ke kawanan dombanya, ia dikejutkan oleh pemandangan yang mengejutkan: serigala benar-benar sedang menyerang domba-dombanya.

Ia berlari ke desa untuk meminta bantuan, tapi kali ini, tidak ada yang percaya padanya. "Kamu berbohong lagi, bukan?" tanya salah seorang warga desa.

Akhirnya, domba-dombanya tewas dimangsa serigala.

Dari kejadian itu, kita belajar pentingnya jujur dan menghindari kebohongan, karena kepercayaan orang lain adalah hal yang sangat berharga.

6. Cerpen Fiksi, Saat Senja di Bukit Cermin

Dikisahkan di sebuah desa terpencil bernama Bukit Cermin, hiduplah seorang pemuda bernama Arman.

Desa ini memiliki sebuah bukit yang dipercaya penduduk setempat dapat memantulkan nasib siapa saja yang berani menatap ke dalam cermin besar di puncak bukit saat senja.

Arman, yang hidupnya penuh dengan kegagalan dan kekecewaan, memutuskan untuk mencari tahu kebenaran mitos tersebut.

Dia percaya, mungkin ini adalah cara terakhir untuk mengubah nasibnya.

Setiap senja, ia mendaki bukit, menatap ke cermin, namun tak pernah melihat apa pun selain bayangannya yang muram.

Suatu hari, ketika langit mulai gelap dan senja mendekat, Arman bertemu dengan Lani, seorang gadis yang baru pindah ke desa tersebut.

Lani juga penasaran dengan cerita bukit tersebut dan memutuskan untuk mendaki bersama Arman.

Keduanya berbagi cerita dan kekecewaan yang pernah dialami. Kebersamaan itu membuat mereka merasa lebih ringan.

Ketika mereka tiba di puncak, langit memerah dan sinar matahari terakhir menyinari cermin besar itu.

Mereka berdua menatap ke cermin bersama-sama.

Untuk pertama kalinya, Arman tidak hanya melihat bayangannya sendiri tetapi juga bayangan Lani di sisinya.

Refleksi itu tidak hanya menunjukkan diri mereka tapi juga sebuah pesan yang seolah hadir dari kedalaman cermin, “Cermin menggambarkan apa yang kita bawa, baik hati maupun rasa takut.”

Arman dan Lani menyadari bahwa cermin bukanlah pengubah nasib, melainkan pengingat bahwa apa yang mereka hadapi bisa lebih ringan jika dibagi.

Sejak hari itu, mereka tidak lagi mengejar keajaiban dari cermin, tapi mengejar keajaiban dalam setiap hari yang mereka lalui bersama.

Dari sinilah, Arman belajar bahwa mengubah nasib bukan tentang menemukan keajaiban, tetapi membangunnya bersama orang yang tepat.

Bersama Lani, dia menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya, bukan dalam pantulan cermin, tetapi dalam realitas kehidupan mereka bersama.

Baca Juga: 7 Unsur Intrinsik Cerpen, dari Tokoh hingga Sudut Pandang

Itulah 6 cerpen fiksi yang bisa Moms baca untuk diri sendiri atau untuk Si Kecil. Semoga membantu, Moms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb