Obat Alergi Dextamine: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Efek Samping Dextamine
Seperti obat lainnya, Dextamine juga bisa menimbulkan efek samping.
Efek sampingnya ini bisa berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya.
Sebab, tubuh setiap orang merespons obat dengan cara yang berbeda pula.
Bahkan, ada pula yang mengalami gejala yang tidak disebutkan berikut ini.
- Kelelahan
- Pusing
- Mengantuk
- Sakit kepala
- Mulut kering
- Kesulitan buang air kecil atau pembesaran prostat
Baca Juga: Mengenal Obat Hipotiroidisme, Euthyrox untuk Pengganti Hormon
Jika mengalami gejala mengantuk dan pusing, sebaiknya hentikan aktivitas sejenak.
Apalagi jika aktivitas membutuhkan konsentrasi tinggi, seperti mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan sesuatu.
Gejala tersebut bisa sembuh dengan sendirinya.
Akan tetapi bisa juga menetap dalam beberapa hari.
Efek samping biasanya lebih tinggi risikonya terjadi jika seseorang berusia di atas 60 tahun.
Jika dirasa cukup mengganggu, jangan sungkan untuk periksa ke dokter.
Namun, bila menunjukkan reaksi alergi, seperti pembengkakan pada tubuh, sesak napas, dan kulit gatal, segera ke dokter.
Penggunaan obat dapat dihentikan untuk menghentikan kondisi serius yang mengancam jiwa.
Oleh karena itu, kita harus memberi tahu dokter jika memang memiliki alergi dengan obat sejenis.
Jangan menggunakan dexchlorpheniramine jika kita telah menggunakan inhibitor monoamine oxidase (MAOI).
Beberapa contoh obatnya, yaitu isocarboxazid (Marplan), phenelzine (Nardil), atau tranylcypromine (Parnate) dalam 14 hari terakhir.
Interaksi obat ini sangat berbahaya, sehingga beri tahu apa saja obat yang sedang dikonsumsi, termasuk obat herbal, suplemen, dan obat tradisional Tiongkok.
Baca Juga: Kenali Trifed Tablet, Obat Alergi Khusus Dewasa atau 12 Tahun ke Atas
Kondisi Kesehatan terkait Dextamine
Memerhatikan kondisi kesehatan sangat penting sebelum mengonsumsi obat. Moms dapat memberitahu dokter jika memiliki masalah kesehatan berikut ini:
- Glaukoma atau peningkatan tekanan di mata.
- Sering mengalami gejala maag.
- Pembesaran prostat, masalah kandung kemih, atau kesulitan buang air kecil.
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).
- Hipertensi atau semua jenis penyakit jantung.
- Asma.
Pada kasus ini, Moms atau Dads mungkin tidak dapat menggunakan dexchlorpheniramine.
Atau, mungkijn saja memerlukan dosis yang lebih rendah atau pemantauan khusus selama perawatan.
Beri tahu juga dokter jika Moms saat itu sedang hamil atau menyusui.
Dikhawatirkan obat bisa mengganggu perkembangan janin atau mengalir ke ASI dan terminum oleh bayi.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
- https://www.drugs.com/dexchlorpheniramine.html
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/dexamethasone?mtype=generic
- https://www.phapros.co.id/obat-resep-bermerek
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.