
Penyakit Graves atau Basedow adalah gangguan hipertiroidisme yang bisa menyerang seluruh usia.
Meski lebih sering terjadi pada orang dewasa, kondisi ini bisa mengganggu tumbuh kembang anak secara serius jika tidak diatasi.
Tiroid adalah hormon yang membantu mengontrol metabolisme, kecepatan tubuh melakukan proses seperti detak jantung.
Dikutip dari Annals of Pediatric Endocrinology & Metabolism, ketika tubuh memiliki hormon tiroid terlalu banyak, proses tadi berlangsung lebih cepat.
Alhasil, hipertiroidisme tidak akan dapat dicegah.
Jika hipertiroidisme tidak diketahui dan diatasi, maka tumbuh kembang Si Kecil bisa terganggu.
Bahkan, kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan otak yang tidak dapat disembuhkan karena:
Kali ini, Orami akan membahas seputar penyakit Graves. Disimak, Moms!
Baca Juga: Yuk Ketahui Pentingnya Skrining Hipotiroid Untuk Bayi Baru Lahir
Foto: Gejala Penyakit Graves (Orami Photo Stock)
Gejala penyakit Graves pada anak dan orang dewasa sering kali menunjukkan hal yang berbeda.
Anak dengan penyakit Graves sering dikira hiperaktif atau memiliki kondisi psikiatris.
Adapun gejala penyakit Graves lainnya adalah:
Melansir Stanford Children’s Health, ibu hamil yang menderita penyakit Graves bisa menularkan antibodi tertentu ke janin sehingga menyebabkan anak menderita hipertiroidisme.
Baca Juga: 4 Jenis Makanan yang Baik Dikonsumsi Penderita Hipotiroid
Foto: Faktor risiko penyakit graves (Orami Photo Stocks)
Melansir Medline, penyakit Graves disebabkan karena kondisi autoimun.
Namun, belum ada teori dapat menjelaskan terjadinya autoimun ini.
Setidaknya, ada faktor-faktor yang menjadi risiko pemicu sehingga memperbesar kesempatan penyakit Graves berkembang.
Dilansir dari Mayo Clinic, faktor-faktor tersebut ialah:
Riwayat penyakit keluarga dengan penyakit Graves maupun penyakit autoimun lainnya menjadi faktor risiko bagi seseorang.
Terutama karena belum ada teori yang dapat menjelaskan terjadinya penyakit ini.
Dicurigai bahwa ada gen tertentu yang diturunkan dan dapat menyebabkan kelainan ini.
Disebutkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih rentan menderita penyakit Graves dibandingkan pria.
Kedua hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit Graves, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit keluarga serupa.
Kehamilan dapat menjadi suatu faktor yang meningkatkan kemungkinan seorang wanita menderita penyakit Graves, terutama bagi bayi dengan faktor risiko lainnya.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Jantung Bawaan Saat Hamil
Foto: Pengobatan penyakit graves (Orami Photo Stock)
Untuk mendeteksi penyakit Graves, awalnya dokter akan memeriksa apakah terdapat gejala hipertiroid dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Jika ada, maka pemeriksaan selanjutnya adalah memeriksa kadar hormon tiroksin dari darah penderita.
Caranya dengan melakukan pemeriksaan T3, T4, dan TSH (thyroxine stimulating hormone).
Bila T3 dan T4 meningkat disertai TSH menurun, dokter dapat menentukan adanya penyakit Graves.
Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
Baca Juga: Park So Dam Menderita Kanker Tiroid Papiler, Apa Itu?
Menangani penyakit Graves bertujuan untuk menurunkan kadar hormon tiroksin agar kembali normal.
Beberapa pengobatannya meliputi:
Pengobatan ini dilakukan dengan meminta penderita untuk menelan zat radioaktif yang mengandung iodine.
Zat radioaktif ini akan menghancurkan sel dalam kelenjar tiroid secara perlahan sehingga aktivitas hiperaktif dari kelenjar tiroid akan menurun.
Obat antitiroid berfungsi untuk mencegah kelenjar tiroid menghasilkan hormon berlebihan.
Jenis obat yang sering digunakan adalah methimazole dan propylthiouracile (PTU).
MMI adalah salah satu pilihan obat yang lebih aman untuk pasien yang sedang hamil.
Obat ini hanya dapat digunakan sampai 2 tahun.
Dalam beberapa kasus, fungsi tiroid menjadi normal bahkan ketika asupan obat dihentikan.
Gejala penyakit Graves akan membaik setelah mengonsumsi obat tersebut 4–6 minggu.
Namun, konsumsi obat ini harus diteruskan hingga 12–18 bulan.
Selain itu, untuk mengatasi peningkatan metabolisme yang terjadi, obat golongan beta blockers diberikan sementara waktu hingga kadar hormon tiroksin normal kembali.
Artinya, jika tiroid terus memproduksi hormon secara berlebih, hormon tidak menyebabkan kerusakan dalam tubuh.
Operasi baca juga baru dilakukan bila pengobatan lain sudah diberikan namun tidak berhasil mengatasi kondisi hipertiroid yang terjadi.
Setelah operasi, pasien akan memerlukan terapi lanjutan berupa hormon tiroid sintetis untuk meningkatkan kadar hormon tiroid yang rendah akibat pengangkatan kelenjar tiroid.
Perlu diketahui, Graves’ ophtalmopathy bisa tetap bertahan walaupun penyakit Graves itu sendiri telah berhasil diobati.
Bahkan, gejala Graves’ ophtalmopathy masih bisa memburuk hingga 3–6 bulan setelah pengobatan.
Kondisi ini biasanya akan bertahan hingga setahun, kemudian mulai membaik dengan sendirinya.
Jika diperlukan, Graves’ ophtalmopathy akan diobati dengan pemberian kortikosteroid atau teprotumumab.
Pada beberapa kasus, operasi mungkin dibutuhkan untuk mencegah kebutaan.
Foto: Perawatan penyakit graves (instrumentalglobal.com)
Selain beberapa penanganan di atas, penderita penyakit Graves juga dianjurkan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, dengan cara:
Sementara itu, penderita yang mengalami Graves’ ophtalmopathy dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
Baca Juga: Demam Kelenjar Pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Pasien dengan gejala Graves’ dermopathy juga dapat melakukan perawatan dengan menggunakan salep kortikosteroid.
Selain itu, mengompres bagian kaki yang mengalami keluhan juga bisa mengurangi pembengkakan.
Itulah penjelasan tentang penyakit Graves, Moms.
Karena penyebabnya juga belum diketahui dengan jelas, sampai saat ini penyakit Graves belum dapat dicegah.
Pastikan untuk terus jaga pola hidup sehat ya, Moms!