09 Desember 2024

Dongeng Anak Gembala dan Serigala, Pengantar Tidur Anak!

Bantu Si Kecil bisa tidur lebih nyenyak

Jika Si Kecil susah tidur, membacakan dongeng Anak Gembala dan Serigala bisa jadi salah satu triknya.

Dongeng ini memang memiliki banyak versi, salah satunya yang cukup lama adalah dibuat oleh John Hookham Frere di tahun 1830.

Namun, versinya ini disadur oleh banyak penulis sehingga bisa dinikmati oleh anak-anak.

Seperti apa kisah dongeng Anak Gembala dan Serigala?

Berikut dongeng lengkapnya yang bisa Moms jadikan sumber untuk dibacakan pada si kecil di rumah.

Dongeng Anak Gembala dan Serigala

Hutan (Orami Photo Stock)
Foto: Hutan (Orami Photo Stock)

Di sebuah desa, yang dekat dengan hutan lebat hidup seorang anak laki-laki. Ia sering menggembala domba-domba milik majikannya.

Ia lebih memilih menggembala di hutan ketimbang di desa, karena lebih banyak daun-daun yang jadi makanan domba-domba di sana.

Padahal hutan tersebut cukup lebat dan gelap.

Sepanjang hari menunggu domba-dombanya makan, ia menjadi bosan.

Untuk mengusir rasa bosan, ia sengaja membawa seruling dan seekor anjing peliharaan.

Jadi, sambil mengawasi domba ia akan menghibur diri dengan meniup seruling atau bermain-main dengan anjing peliharaannya.

Berandai-andai Ada Serigala yang Datang

Domba (Orami Photo Stock)
Foto: Domba (Orami Photo Stock)

Suatu hari, sambil mengawasi domba-dombanya makan, ia membayangkan sesuatu.

Dalam pikirannya, ia berandai-andai jika ada seigala yang muncul dari dalam hutan dan memangsa domba-domba yang dijaganya.

Pikiran ini awalnya membuat takut, tapi si penggembala kecil kemudian teringat dengan pesan majikannya.

Kalau ada serigala yang datang, ia harus berteriak sekencang-kencangnya untuk memanggil bantuan.

Warga kampung di sekitar pasti akan datang berbondong-bondong menolong ia dan mengusir serigala.

Namun sampai hari ini, hal yang dibayangkannya tidak pernah terjadi.

Selama menggembala domba di hutan, belum ada seekor serigala pun yang mengincar domba-dombanya.

Berbohong Ada Serigala

Serigala (Pixnio)
Foto: Serigala (Pixnio)

Si gembala kecil mulai membayangkan ide jahil.

Menurutnya, pasti lucu kalau dia berpura-pura melihat serigala, kemudian menjerit memanggil orang sekampung untuk datang menolong.

Maka, dia pun membuka mulut lebar-lebar dan berteriak, “Serigala! Serigala!”

Dalam sekejap, warga desa pun datang berduyun-duyun, siap melakukan apa pun untuk mengusir serigala jahat.

Mereka meninggalkan berbagai pekerjaan penting demi membantu si penggembala. Berbagai alat juga dibawa untuk mengusir serigala sekaligus untuk melindungi diri.

Namun, sesampainya di sana, warga desa hanya menemukan anak gembala yang sedang tertawa terbahak-bahak.

Ternyata, si penggembala menipu mereka dan merasa senang karena ide jahilnya berhasil.

Si gembala kecil sangat senang melihat ekspresi  warga yang kaget mendengar ada serigala.

Sadar dibohongi, warga desa pun membubarkan diri dan kembali ke desa melanjutkan aktivitas mereka.

“Aku hanya mengetes, apakah bila serigala nanti datang mengejar domba, kalian mau membantuku mengusir serigala atau tidak,” ujar penggembala kecil, tanpa merasa bersalah.

Ia yang merasa puas kejahilannya berhasil, kembali mengawasi domba.

Kembali Berbohong Ada Serigala

Bertani (Orami Photo Stock)
Foto: Bertani (Orami Photo Stock)

Beberapa hari kemudian, si gembala kecil mengulangi kejadian itu.

Anak penggembala menjerit keras dengan nada panik, “Serigala! Serigala!”

Dan lagi-lagi warga sekampung yang baik hati pun segera datang.

Mereka berlari sekencang mungkin agar tidak terlambat memberikan bantuan.

Sayangnya, sekali lagi, yang mereka temukan bukan serigala sedang menyerang domba-domba.

Baca Juga: 5 Variasi Cerita Dongeng Si Kancil yang Penuh Pesan Moral

Mereka malah mendapati seorang anak penggembala jahil sedang tertawa puas terbahak-bahak sambil memegang perutnya.

Kejadian ini persis sama seperti sebelumnya. “Oh, kamu mengelabuhi kami!," geram seorang petani.

Petani ini meninggalkan ladangnya begitu mendengar teriakan minta tolong tadi.

“Jangan lakukan itu lagi,” pesan seorang ibu pembuat roti.

“Atau kami tidak akan memercayaimu lagi,” ancam warga lainnya. Warga desa pun bubar sambil bergumam kesal.

Anak gembala hanya tertawa puas melihat kemarahan mereka.

Kembali Berbohong Lagi

Serigala (Orami Photo Stock)
Foto: Serigala (Orami Photo Stock)

Teguran warga ternyata tidak dipedulikan oleh anak gembala.

Besoknya, ia kembali berulan. Ia berteriak “Serigala! Serigala!” saat tidak ada satu pun serigala yang mendekat.

Meski awalnya warga desa ragu apakah ini benar atau hanya permainan, warga kembali memutuskan datang untuk membantunya.

Hasilnya sama seperti sebelumnya, mereka hanya dijahili oleh si anak gembala.

Warga pun bergegas pulang dengan marah karena bosan dipermainkan si penggembala cilik.

Anak gembala masih tidak merasa bersalah, walaupun ia sudah berkali-kali menjahili warga.

Serigala Benar-benar Datang

Serigala (Orami Photo Stock)
Foto: Serigala (Orami Photo Stock)

Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, tak disangka seekor serigala benar-benar muncul di pinggiran hutan.

Serigala buas itu tampak lapar dan mulai menyambar domba-domba.

Anak penggembala yang melihat kejadian tersebut sangat panik dan ketakutan.

Ia berlari terbirit-birit mencari bantuan. “Serigala! Serigala!” teriaknya.

Ia berharap ada yang segera datang untuk menolong.

Warga desa mendengar teriakan anak gembala. Namun, tidak ada satu pun yang mau datang menghampiri.

“Dia tidak akan bisa menipu kita lagi,” kata salah satu warga, yakin teriakan itu hanya omong kosong si penggembala, seperti sebelum-sebelumnya.

Serigala itu pun berhasil menerkam banyak daging domba sampai kenyang.

Anak gembala tidak berdaya mengusirnya sendirian.

Kini dia menyesal, sadar warga desa tidak datang bukan karena tak ingin membantu. Mereka hanya tidak mau dibohongi lagi oleh kejahilannya.

Si anak gembala pun pulang dengan tangan kosong tanpa domba-domba milik majikannya.

Pesan Moral Dongeng Anak Gembala dan Serigala

Membacakan Dongeng (Orami Photo Stock)
Foto: Membacakan Dongeng (Orami Photo Stock)

Dongeng ini tidak hanya sekadar mengembangkan imajinasi anak, tentang tokoh-tokoh yang ada.

Mulai dari si penggembala kecil, serigala, domba, dan warga desa.

Akan tetapi, juga memberikan pesan moral kepada anak, seperti:

1. Pentingnya Kejujuran

Dalam dongeng Anak Gembala dan Serigala ini, anak gembala berulang kali berbohong tentang kedatangan serigala, yang menyebabkan orang-orang desa kehilangan kepercayaan padanya.

Ketika serigala benar-benar datang, tidak ada yang percaya dan datang untuk membantu.

Dongeng ini mengajarkan bahwa berkata jujur adalah dasar dari hubungan yang sehat dan aman.

Kejujuran juga dapat membangun kepercayaan.

Jadi ketika kepercayaan hilang, akan sangat sulit untuk mendapatkannya kembali.

2. Adanya Konsekuensi dari Setiap Tindakan

Dalam dongeng ini, anak gembala berbohong tentang adanya serigala, yang menyebabkan penduduk desa tidak mempercayainya lagi.

Akibatnya, ketika serigala benar-benar datang, tidak ada yang datang untuk membantu, dan domba-dombanya dimangsa serigala.

Hal ini bisa mengajarkan anak-anak tentang konsekuensi atas segala tindakan yang dilakukan.

Setiap tindakan, baik atau buruk, memiliki akibat yang harus ditanggung.

Jadi, penting untuk selalu berpikir matang sebelum melakukan sesuatu.

3. Menghargai Orang Lain

Dalam cerita dongeng Anak Gembala dan Serigala, anak gembala tidak menghargai kepercayaan dan perhatian yang diberikan oleh penduduk desa.

Dengan berbohong tentang serigala, ia mengecewakan mereka dan mengabaikan upaya mereka untuk membantu.

Ketika bantuan benar-benar diperlukan, penduduk desa tidak lagi mempercayainya.

Cerita ini mengajarkan bahwa menghargai dan memperlakukan orang lain dengan jujur dan hormat adalah penting untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang baik.

Dongeng Anak Gembala dan Serigala Lainnya

Selain versi dongeng di atas, variasi dongeng anak gembala dan serigala berikut juga menarik untuk dicaritakan!

Anak Gembala yang Jujur

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh padang rumput hijau, hiduplah seorang anak gembala bernama Dika. Setiap hari, Dika menggembalakan domba-dombanya di tepi hutan yang lebat.

Ia sangat menyayangi domba-dombanya dan selalu menjaga mereka dengan penuh perhatian.

Ayahnya sering berpesan, “Dika, jadilah anak yang jujur dan bertanggung jawab, karena itu adalah nilai yang sangat penting dalam hidup.” Dika pun selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik dan mendengarkan nasihat ayahnya.

Suatu hari yang cerah, Dika sedang asyik menggembala domba ketika ia melihat sesuatu yang mencurigakan di balik pohon besar di dekat hutan.

Dari balik semak-semak, muncul bayangan gelap yang bergerak cepat.

Dika yang sangat penasaran, perlahan mendekati dan melihat bahwa itu adalah seekor serigala yang sedang mengintai domba-dombanya. Serigala itu tampaknya lapar dan siap menyerang.

Dika langsung merasa cemas dan tahu bahwa ia harus bertindak cepat. Dengan hati-hati, ia berlari menuju desa sambil berteriak, “Serigala! Serigala! Tolong bantu aku!”

Suara teriakannya menggema di seluruh desa, dan beberapa petani yang mendengar segera berlari membawa tongkat dan senjata untuk membantu.

Namun, ketika mereka sampai di tempat yang ditunjukkan Dika, serigala itu sudah menghilang.

Para petani mengangguk dengan hormat. “Terima kasih Dika, karena kamu memperingatkan kami tepat waktu. Jika tidak, kita mungkin kehilangan banyak domba,” kata seorang petani dengan tulus.

Dika merasa bangga dan bahagia karena tindakannya yang jujur telah melindungi domba-dombanya.

Namun, sejak saat itu, Dika semakin berhati-hati. Setiap hari ia menggembalakan domba dengan lebih waspada. Beberapa minggu kemudian, serigala itu tidak pernah kembali.

Para petani di desa itu percaya kepada Dika dan menghargai keberaniannya dalam menghadapi bahaya.

Moral dari cerita ini adalah: Kejujuran dan keberanian akan selalu mendapatkan penghargaan dan kepercayaan dari orang lain.

Petaka Anak Gembala yang Suka Berbohong

Di sebuah desa yang damai, tinggal seorang anak gembala bernama Raka. Raka adalah seorang anak yang cerdas, namun ia sering merasa bosan dan suka berkelakar.

Setiap hari, ia menggembalakan domba-dombanya di padang rumput yang luas, tapi kadang ia merasa kesepian.

Raka seringkali mencari cara untuk menghibur dirinya sendiri, dan ia sering memutuskan untuk bermain-main dengan para penduduk desa.

Suatu hari yang cerah, Raka mendapat ide iseng. Ia memutuskan untuk mengerjai penduduk desa.

Dengan suara keras, ia berteriak, “Serigala! Serigala! Tolong aku!” Para petani yang mendengar teriakan itu langsung berlari ke arah Raka dengan tongkat dan senjata mereka, siap melawan serigala.

Namun, ketika mereka tiba, mereka hanya menemukan Raka yang tertawa terbahak-bahak. “Hahaha, itu hanya lelucon! Tidak ada serigala di sini!” kata Raka dengan ceria.

Para petani merasa kesal, tetapi mereka tetap tidak mengatakan apa-apa dan perlahan kembali ke pekerjaan mereka. Namun, Raka merasa semakin senang melihat reaksi mereka yang panik. Ia merasa bahwa leluconnya itu sangat lucu.

Beberapa hari kemudian, Raka merasa bosan lagi dan memutuskan untuk bermain-main lagi dengan para petani.

Kali ini, ia kembali berteriak, “Serigala! Serigala! Tolong aku!” Para petani yang sudah tahu bahwa Raka sering berbohong, kali ini hanya menanggapi dengan anggukan pelan dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Mereka tidak terburu-buru lagi untuk datang ke tempat Raka.

Namun, kejadian yang tidak terduga terjadi. Pada suatu sore yang tenang, ketika Raka sedang mengembalakan domba di pinggir hutan, tiba-tiba muncul seekor serigala yang besar dan ganas.

Serigala itu langsung mendekati domba-domba Raka, dan Raka yang panik berteriak dengan sekuat tenaga, “Serigala! Serigala! Tolong aku!”

Tapi kali ini, tidak ada satu pun petani yang datang. Mereka menganggap bahwa Raka hanya berbohong lagi.

Raka berlari, tapi serigala itu sudah berhasil menyerang beberapa dombanya sebelum akhirnya pergi. Hati Raka hancur melihat domba-dombanya terluka dan ketakutan.

Raka menangis dan merasa sangat menyesal. Ia berlari ke desa dan meminta maaf kepada para petani. “Maafkan aku! Aku telah berbohong, dan kini aku telah kehilangan domba-dombaku karena kebohonganku!” serunya dengan penuh penyesalan.

Para petani menghibur Raka, namun mereka juga mengingatkan, “Raka, kebohongan itu berbahaya.

Sekali kita kehilangan kepercayaan orang lain, sulit untuk mendapatkannya kembali. Semoga kamu belajar dari kesalahanmu.”

Moral dari cerita ini adalah: Kebohongan sekali dapat merusak kepercayaan yang telah dibangun, dan itu bisa membawa akibat yang sangat buruk.

Sebenarnya, membacakan dongeng ini tidak hanya cocok untuk pengantar tidur.

Moms dan Dads bisa mencoba membacakan dongeng Anak Gembala dan Serigala dengan cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan Si Kecil.

Selain itu, Orami juga memiliki cerita dongeng tentang hewan dan dongeng tuan putri yang menarik untuk dibaca.

Sambil memeragakan mimik wajah, gerakan tubuh, ditambah dengan mengenakan aksesori yang sesuai dengan dongeng anak gembala dan serigala juga semakin membangun antusiasme anak dalam menyerap cerita.

  • https://www.scribd.com/doc/144547048/Anak-Penggembala-Dan-Serigala
  • https://smpn2.bimakota.sch.id/web/detail-berita/386/dongeng-anak-gembala-dan-serigala-

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.