12 April 2024

10 Penyebab Keluar Darah setelah Berhubungan Seks, Simak!

Harus segera ke dokter karena bisa jadi tanda bahaya, Moms
10 Penyebab Keluar Darah setelah Berhubungan Seks, Simak!

Banyak wanita mengalami keluar darah setelah berhubungan seks pada satu waktu atau lainnya.

Menurut jurnal Journal of Menopausal Medicine, 63 persen wanita pascamenopause mengalami vagina kering dan vagina berdarah atau bercak saat berhubungan seks.

Selain itu, hingga 9 persen wanita yang sedang menstruasi mengalami pendarahan pascakelahiran.

Meskipun perdarahan pada vagina setelah berhubungan seks bisa menakutkan, namun hal ini cukup umum terjadi.

Ini memengaruhi hingga 9% wanita yang sedang menstruasi. Mungkin Moms tidak perlu khawatir.

Akan tetapi, hal ini bisa terjadi akibat infeksi. Dalam kasus yang jarang terjadi, bisa juga menjadi tanda kanker serviks.

Adakah penyebab keluar darah setelah berhubungan lainnya? Mari periksa penjelasan di bawah ini ya Moms.

Baca Juga: Bagaimana Mitos Manfaat Jongkok Setelah Berhubungan?

Normalkah Keluar Darah Setelah Berhubungan?

Pasangan Berhubungan
Foto: Pasangan Berhubungan (Freepik.com/racool-studio)

Menurut dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp. O. G Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Pondok Indah - Purih Indah, keluar darah setelah berhubungan seksual itu tidak normal.

"Perdarahan setelah berhubungan seksual, itu seharusnya tidak normal, ya.

Bukan sesuatu yang terjadi seharusnya jadi ini harus dilihat apakah kelainan ada di rahim, di mulut rahim, atau di daerah vagina," jelasnya.

Pada umumnya, pendarahan pasca berhubungan sering terjadi karena,

  • Radang panggul
  • Infeksi menular seksual
  • Kelainan serviks atau ke arah kanker serviks (kanker mulut rahim) ataupun pada wanita yang mengalami menopause.

"Jadi ini biasanya memang karena vagina kering sehingga terjadi perlukaan di bibir vagina.

Nah, ini seharusnya disegerakan mungkin diperiksakan ke dokter untuk memastikan kelainannya ada di mana.

Jadi ini sangat concern, sangat butuh perhatian khusus apakah ini berbahaya atau tidak nanti dipastikan setelah pemeriksaan," kata dr. Ni Komang Yeni.

Keluar darah setelah berhubungan itu bukan sesuatu yang normal ya, Moms. Kondisi ini harus segera dibawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

"Perdarahan setelah berhubungan seksual di luar siklus haid ini dikatakan tidak normal.

Jadi tidak ada yang normal di sini. Harus sesegera mungkin diperiksakan apakah ada sesuatu yang membahayakan pada saat itu atau pada diri pasien," tegas dr. Ni Komang Yeni.

Baca Juga: Memahami Cara Pemasangan KB IUD untuk Cegah Kehamilan

Pendarahan pada IUD

KB IUD
Foto: KB IUD (Medicalnewstoday.com)

Nah, Moms sudah tahu kan kalau keluar darah setelah berhubungan bukan sesuatu hal yang normal?

Di sisi lain, Moms mungkin pernah menemukan pendarahan pada IUD. dr. Ni Komang Yeni menjelaskan jika pemasangan IUD memang sering terjadi pendarahan.

"Jadi pada pemasangan pertama atau awal IUD, 3-6 bulan pertama memang sering kali terjadi perdarahan di luar siklus haid, ya.

Baik berhubungan seksual maupun tidak berhubungan seksual, pemasangan IUD pada tahap awal memang berisiko pendarahan.

"Jadi kalau berhubungan, setelah masa itu kemudian terjadi perdarahan, tentunya harus diperiksa ulang.

Apakah betul penyebabnya hanya sekadar IUD atau ada infeksi yang lain atau ada kelainan yang lainnya. Jadi tetap harus diperhatikan," ungkap dr. Ni Komang Yeni.

Penyebab Keluar Darah setelah Berhubungan

Ilustrasi Seks
Foto: Ilustrasi Seks (Orami Photo Stocks)

Keluar darah setelah berhubungan seperti haid secara medis dikenal sebagai perdarahan postcoital. Itu terjadi pada wanita dengan segala usia.

Pada wanita muda yang belum menopause, sumber perdarahan biasanya berasal dari serviks.

Pada wanita yang sudah mengalami menopause, sumber perdarahan lebih bervariasi. Bisa dari:

  • serviks
  • rahim
  • labia
  • uretra

Dari segi penyebab, kanker serviks merupakan perhatian terbesar. Ini terutama berlaku untuk wanita pascamenopause.

Namun, perdarahan postcoital lebih mungkin disebabkan oleh kondisi umum.

Beberapa kondisi tersebut seperti dijelaskan di bawah ini.

1. Infeksi

Beberapa infeksi dapat menyebabkan radang jaringan di vagina, yang dapat menyebabkan keluar darah setelah berhubungan, termasuk:

2. Sindrom Menopause Henitourinari (Genitourinary Syndrome of Menopause)

Sindrom keluar darah setelah berhubungan seperti haid ini dikenal sebagai atrofi vagina.

Kondisi ini umum terjadi pada wanita perimenopause dan menopause.

Seiring bertambahnya usia, terutama saat periode menstruasi kita berhenti, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen.

Hormon estrogen adalah hormon wanita yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem reproduksi.

Ketika kadar estrogen Moms lebih rendah, beberapa hal terjadi pada vagina.

Tubuh Moms menghasilkan lebih sedikit lubrikasi vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.

Kadar estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas vagina kita.

Jaringan vagina menjadi lebih tipis dan menyusut.

Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan pendarahan saat berhubungan seks.

3. Kekeringan pada Vagina

Kekeringan pada vagina bisa menyebabkan keluar darah setelah berhubungan. Selain GSM, vagina kering bisa disebabkan oleh banyak faktor lain, seperti:

  • Menyusui
  • Persalinan
  • Mengangkat ovarium
  • Obat-obatan tertentu, termasuk obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat anti-estrogen
  • Kemoterapi dan terapi radiasi
  • Melakukan hubungan sebelum kita benar-benar terangsang
  • Bahan kimia dalam produk kebersihan wanita, deterjen pakaian, dan kolam renang
  • Sindrom Sjögren, penyakit radang pada sistem kekebalan yang mengurangi kelembapan yang dihasilkan oleh kelenjar di tubuh

4. Adanya Polip

Penyebab keluar darah setelah berhubungan selanjutnya adalah polip.

Polip adalah pertumbuhan non-kanker. Kadang-kadang ditemukan di leher rahim atau di lapisan endometrium rahim.

Polip menjuntai seperti liontin bundar di rantai. Gerakan polip dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil.

Baca Juga: Pengertian Pra Konsepsi dan Manfaatnya, Wajib Tahu Moms!

5. Robeknya Vagina

Seks, terutama seks yang kuat, dapat menyebabkan luka kecil atau lecet pada vagina.

Ini lebih mungkin terjadi jika Moms mengalami kekeringan pada vagina karena menopause, menyusui, atau faktor lainnya sehingga menyebabkan keluar darah setelah berhubungan.

6. Kanker

Perdarahan vagina yang tidak teratur, termasuk setelah berhubungan keluar darah seperti haid, adalah gejala umum kanker serviks atau vagina.

Faktanya, itu adalah gejala yang pertama kali dialami oleh 11 persen wanita yang didiagnosis dengan kanker serviks.

Pendarahan pascamenopause juga bisa menjadi gejala kanker rahim.

7. Ektropion Serviks

Ektropion serviks adalah suatu kondisi di mana sel kelenjar dari dalam serviks menonjol ke luar.

Meski dapat menjadi penyebab keluar darah setelah berhubungan seks, umumnya kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Namun, jika sudah muncul keluhan yang mengganggu, seperti keputihan yang berbau atau perdarahan dari vagina, sebaiknya periksakan diri ke dokter.

Baca Juga: 20 Makanan Khas Malang yang Sayang untuk Dilewatkan

8. Radang Serviks

Penyebab keluar darah setelah berhubungan seks yang umum terjadi adalah kondisi radang serviks atau servisitis.

Kondisi ini dapat muncul apabila darah yang keluar berasal dari leher rahim.

Radang serviks atau servisitis umumnya bukan kondisi setelah berhubungan keluar darah seperti haid yang berpotensi membahayakan.

Melansir StatPearls Journal, atrofi vagina adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan...

9. Atrofi Vagina

Melansir StatPearls Journal, atrofi vagina adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan peradangan, kering, dan penipisan dinding vagina.

Keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada vagina atau saluran kemih.

Pada tahap awal, atrofi vagina umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun atau hanya gejala ringan, seperti vagina yang kurang basah saat bercinta.

Namun, lambat laun kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang lebih parah, misalnya iritasi vagina berulang.

Hal ini bisa membuat vagina terasa sakit saat berhubungan seksual.

10. Penyebab Lainnya

Menstruasi setelah berhubungan seks juga bisa menjadi faktor penyebab keluar darah setelah berhubungan seks.

Namun penyebab lainnya selain beberapa faktor penyebab di atas, adalah sebagai berikut:

  • Kurangnya cairan lubrikasi
  • Luka genital akibat infeksi menular seksual, seperti herpes atau sifilis
  • Cedera pada lapisan rahim
  • Vaginitis. Peradangan pada vagina bisa disebabkan oleh infeksi

Untuk memastikan penyebab keluar darah setelah berhubungan, sebaiknya Moms memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Mengenai nyeri atau tidaknya sangat tergantung dari beratnya kondisi gangguan tersebut.

Bila ringan maka umumnya nyeri tidak terlalu begitu dirasakan.

Oleh sebab itu sebaiknya tetap periksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebab keluhan tersebut.

Baca Juga: 7 Penyebab Kedutan Lengan Kanan Menurut Medis, Bisa Jadi Tanda Distonia, Lho!

Faktor Risiko Keluar Darah setelah Berhubungan

Ilustrasi Seksual
Foto: Ilustrasi Seksual (Orami Photo Stock)

Moms mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan setelah berhubungan seks jika Moms memiliki kondisi berikut:

  • Infeksi vagina atau menular seksual (PMS)

Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada vagina dan serviks, yang dapat menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks.

Beberapa PMS umum yang dapat menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks termasuk gonore, klamidia, dan trikomoniasis.

  • Ketidakseimbangan hormon

Fluktuasi kadar hormon, seperti yang terjadi selama perimenopause atau menyusui, dapat menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks.

  • Kondisi medis tertentu

Kondisi medis tertentu, seperti kanker serviks, kanker endometrium, dan polip rahim, dapat menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks.

  • Penggunaan obat-obatan tertentu

Obat-obatan tertentu, seperti aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat pengencer darah, dapat meningkatkan risiko pendarahan setelah berhubungan seks.

  • Menderita kanker serviks, vagina, atau rahim

Menderita kanker serviks, vagina, atau rahim meningkatkan risiko perdarahan setelah berhubungan seksual.

Hal ini karena jaringan yang sensitif mungkin sudah terganggu atau teriritasi oleh kanker tersebut, sehingga rentan terhadap perdarahan.

  • Punya bayi belum lama ini atau sedang menyusui

Wanita yang baru saja melahirkan atau sedang menyusui mungkin juga lebih rentan terhadap perdarahan setelah berhubungan seksual.

Ini karena jaringan vagina dan leher rahim masih dalam proses penyembuhan setelah proses persalinan.

Baca Juga: Pelecehan di Media Sosial: Sanksi Hukum Hingga Mengatasinya

Jika Moms mengalami perdarahan kecil sesekali, kemungkinan besar semuanya tidak perlu dikhawatirkan dan baik-baik saja.

Tetapi satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti adalah menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik.

Jika perdarahan terjadi tepat sebelum Moms mendapatkan jadwal menstruasi atau dalam beberapa hari setelah itu berakhir dan tidak terjadi lagi, Moms dapat menunda untuk membuat janji temu dengan dokter.

Moms juga bisa menunda jika baru saja menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear dan mendapat laporan kesehatan yang bersih.

Dalam semua kasus lain atau jika Moms hanya khawatir, yang terbaik adalah memeriksakan diri untuk menyingkirkan infeksi atau hal yang lebih serius.

Perawatan Keluar Darah setelah Berhubungan

Ilustrasi Darah
Foto: Ilustrasi Darah (pexels.com/Cliff Booth)

Pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab dari keluar darah setelah berbuhungan, ya Moms.

Jadi, pastikan sebelum mengobati secara mandiri, Moms sudah berkunjung ke dokter terlebih dahulu agar pengobatannya tepat sasaran.

Namun beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk mengobatinya adalah:

  • Konsultasi dengan Profesional Medis

Langkah pertama yang penting adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis untuk menentukan penyebab perdarahan.

Diagnosis yang tepat akan membantu dalam menentukan perawatan yang sesuai.

  • Penggunaan Pelumas

Jika perdarahan disebabkan oleh kurangnya pelumasan alami atau gesekan yang berlebihan, penggunaan pelumas dapat membantu mengurangi gesekan dan iritasi pada jaringan vagina.

Pilihlah pelumas berbasis air untuk menghindari reaksi alergi atau iritasi tambahan.

  • Hindari Produk Douching

Menghindari penggunaan produk douche sangat penting karena dapat mengganggu keseimbangan pH alami vagina dan menyebabkan iritasi atau luka pada jaringan vagina, yang dapat memperburuk perdarahan.

  • Pengobatan Infeksi

Jika perdarahan disebabkan oleh infeksi, seperti infeksi menular seksual, pengobatan dengan antibiotik atau obat antijamur mungkin diperlukan.

Penting untuk menjalani pengobatan penuh sesuai dengan petunjuk dokter.

  • Perawatan Kesehatan Seksual

Menjaga kebersihan dan kesehatan seksual secara umum juga penting.

Ini termasuk menjaga kebersihan area genital, menghindari penetrasi vagina yang terlalu keras atau tidak nyaman, dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah penularan infeksi menular seksual.

  • Pengobatan Kondisi Medis Serius

Jika perdarahan disebabkan oleh kondisi medis yang lebih serius, seperti kanker serviks, vagina, atau rahim, perawatan akan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan kondisi tersebut.

Ini mungkin melibatkan prosedur medis, kemoterapi, atau radioterapi, tergantung pada kasusnya.

Terapi estrogen dapat menjadi pilihan perawatan untuk keluar darah setelah berhubungan seksual,...
  • Terapi estrogen

Terapi estrogen dapat menjadi pilihan perawatan untuk keluar darah setelah berhubungan seksual, terutama jika perdarahan tersebut disebabkan oleh perubahan hormonal seperti menopause atau perimenopause.

Estrogen dapat membantu memperkuat jaringan vagina yang mungkin menjadi lebih tipis dan rentan terhadap luka atau iritasi selama aktivitas seksual.

  • Penghapusan polip

Penghapusan polip dapat menjadi salah satu cara perawatan untuk mengatasi keluar darah setelah berhubungan seksual jika perdarahan disebabkan oleh adanya polip pada leher rahim atau dinding vagina.

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang tidak berbahaya namun dapat menyebabkan perdarahan, terutama saat terganggu oleh gesekan selama hubungan seksual.

Sebuah studi menemukan bahwa, lebih dari setengah wanita yang mengalami perdarahan setelah berhubungan seks melaporkan bahwa perdarahan itu akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 2 tahun.

Kapan Waktu yang Tepat Periksa ke Dokter?

Pemeriksaan Dokter
Foto: Pemeriksaan Dokter (Orami Photo Stocks)

Gejala yang mungkin Moms alami bersamaan dengan perdarahan postcoital bervariasi tergantung penyebabnya.

Jika Moms belum menopause, tidak memiliki faktor risiko lain, dan hanya bercak kecil atau perdarahan yang hilang dengan cepat, Moms mungkin tidak perlu ke dokter.

Jika Moms mengalami pendarahan vagina setelah menopause, segera temui dokter ya.

Moms juga harus berkonsultasi dengan dokter jika mengalami salah satu gejala berikut, yaitu:

  • Vagina gatal atau terasa sakit seperti terbakar
  • Sensasi menyengat atau terbakar saat buang air kecil
  • Hubungan seks yang terasa menyakitkan
  • Mengalami perdarahan hebat setelah berhubungan seks
  • Sakit perut yang parah
  • Nyeri punggung bawah
  • Mual atau muntah
  • Keputihan yang tidak biasa

Moms dapat mengunjungi dokter perawatan primer atau ginekolog untuk perdarahan postcoital.

Dokter akan menanyakan pertanyaan tentang gejala yang kita rasakan, seperti berapa lama dan seberapa berat kita mengalami perdarahan.

Dokter mungkin juga bertanya tentang warna darah yang keluar.

Karena gejala ini terjadi berhubungan dengan aktivitas seksual, dokter mungkin juga bertanya tentang riwayat seksual kita.

Misalnya, mereka mungkin bertanya apakah Moms menggunakan kondom secara teratur atau apakah Moms memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

Bergantung pada gejala dan riwayat seksual kita, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan fisik.

Memeriksa area tersebut dapat membantu dokter menemukan penyebab keluar darah setelah berhubungan seks.

Perdarahan pascakoitus mungkin berasal dari dinding vagina, serviks, uretra, atau vulva.

Baca Juga: 17 Rekomendasi Film Netflix Romance Terbaik Sepanjang Masa

Mencegah Vagina Setelah Berhubungan Keluar Darah seperti Haid

Ilustrasi Pasangan Berhubungan
Foto: Ilustrasi Pasangan Berhubungan (Freepik.com/jcomp)

Moms dapat melakukan beberapa perubahan gaya hidup untuk menurunkan risiko keluar darah setelah berhubungan seks dengan melakuka beberapa hal berikut ini:

  • Gunakan pelumas sebelum dan saat berhubungan seks
  • Tunggulah sedikit lebih lama setelah haid Moms berakhir untuk mulai berhubungan seks lagi dengan Dads
  • Minta dokter untuk mengangkat polip serviks atau mengobati infeksi serviks jika ditemukan
  • Lakukan lebih banyak pemanasan sebelum penetrasi.
  • Cobalah seks yang tidak terlalu agresif
  • Minum banyak air putih
  • Perhatikan posisi dan teknik
  • Hindari aktivitas ranjang yang kasar
  • Menjaga kebersihan
  • Hindari penggunaan benda asing
  • Bila menggunakan alat kontrasepsi IUD, periksakan ke dokter kandungan untuk mengetahui posisi alat kontrasepsi tersebut

Itu dia Moms penyebab, cara mengobati, dan cara mencegah keluar darah setelah berhubungan seperti haid.

Semoga semuanya baik-baik saja ya, Moms!

  • https://www.healthline.com/health/womens-health/bleeding-after-sex
  • https://www.webmd.com/women/bleeding-after-sex#1
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/321032#takeaway
  • https://www.health.com/condition/sexual-health/bleeding-after-sex
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4561742/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559297/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb