
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ketoconazole dapat digunakan untuk mengobati infeksi kulit seperti kutu air, gatal di selangkangan, kurap, kandidiasis pada vagina, dan jenis ketombe tertentu.
Melansir WebMD, obat ini bahkan digunakan untuk mengobati kondisi kulit yang dikenal sebagai pityriasis, yaitu infeksi jamur yang menyebabkan penggelapan kulit leher, dada, lengan, atau kaki.
Ketoconazole tersedia dalam bentuk tablet, krim, dan shampo, yang bisa disesuaikan dengan kondisi atau keluhan.
Berikut ini adalah informasi lengkap seputar ketoconazole. Disimak yuk, Moms!
Baca Juga: Mengenal Candida dan Obat Jamur Kulit yang Ampuh Mengatasinya
Foto: blibli.com
Penggunaan ketoconazole dn jenisnya akan disesuaikan dengan permasalahan yang Moms alami.
Krim ketoconazole digunakan untuk mengobati:
Bisa juga untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit pada kaki dan sela-sela jari kaki, hingga panu.
Manfaat yang sama juga bisa Moms dapatkan saat mengonsumsi obat atau pil ketoconazole.
Minumlah obat sesuai anjuran dokter, biasanya sekali sehari. Obat ketoconazole diminum sebelum atau sesudah makan.
Meminumnya setelah makan, terbukti bisa membantu Moms terhindar dari sakit perut.
Sedangkan shampo ketoconazole yang dijual bebas digunakan untuk mengontrol pengelupasan dan gatal-gatal pada kulit kepala yang disebabkan oleh ketombe.
Biasanya keluhan tersebut disertai dengan kulit kepala merah, gatal, perih, kulit kepala berkerak atau menebal.
Selain karean infeksi jamur, ketombe di kulit kepala juga dapat disebabkan oleh alergi, eksim atopik, dermatitis seboroik, dan psoriasis.
Penanganan untuk setiap penyebab ketombe tentu akan berbeda-beda ya, Moms.
Baca Juga: Eksim pada Anak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Foto: freepik.com
Sama dengan konsumsi atau penggunaan obat lainnya, pastikan untuk selalu ikuti petunjuk yang disertakan dengan obat atau saran dokter.
Berapa lama menggunakan ketoconazole dan seberapa seringnya, tergantung pada jenis masalah kulit yang Moms miliki.
Untuk penggunaan krim ketoconazole pada gatal akibat jamur, dianjurkan pada dosis 2%. Moms disarankan untuk oleskan tipis pada bagian yang infeksi.
Sebelum menggunakan krim ketoconazole, bersihkan dulu area kulit yang terinfeksi dan ingin diolesi krim, lalu keringkan.
Selanjutnya, oleskan krim secukupnya pada area tersebut.
Jangan lupa mencuci tangan sebelum maupun setelah mengoleskan obat.
Ketoconazole oles hanya boleh digunakan sebagai obat luar, jangan dioleskan pada hidung, mata, mulut, maupun pada kulit yang luka, tergores, atau terbakar.
Dosis pil oral ketoconazole untuk dewasa, umumnya obat ini tersedia dalam bentuk tablet 200 mg.
Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg, sekali sehari.
Namun, dosis yang tercantum tersebut bukanlah acuan yang pasti. Dalam kebanyakan kasus, dosis ketoconazole yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi pasien.
Secara umum, obat ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak yang belum berusia 2 tahun.
Walaupun demikian, Moms bisa memberikannya 3.3-6.6 mg/kg secara oral sekali sehari sesuai anjuran dokter ya, Moms.
Jika lupa mengonsumsi pil ketoconazole, segeralah mengonsumsinya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya selama mengonsumsi pil ketoconazole.
Salah satu jenis shampo ketoconazole yang bisa Moms temukan adalah Ketomed.
Shampo ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala ketombe karena infeksi jamur yaitu digunakan 2 kali seminggu selama 2-4 minggu.
Gunakan ketoconazole sesuai anjuran dokter atau petunjuk yang tertera di kemasan obat. Jangan berhenti menggunakan obat ini sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter.
Walau infeksi terlihat sudah sembuh, jamur tetap berpotensi tumbuh kembali bila pengobatan dihentikan terlalu cepat.
Baca Juga: 6 Cara Menghilangkan Ketombe dengan Bahan Alami
Foto: Orami Photo Stock
Setiap obat umumnya memiliki efek samping.
Efek samping bisa menandakan respon tubuh pada saat mencerna obat tersebut, tetapi juga bisa menunjukkan hasil negatif akibat penggunaan tidak sesuai aturan.
Melansir Mayo Clinic, beberapa tanda dan efek samping dari penggunaan ketoconazole antara lain:
Hubungi dokter jika Moms mengalami efek samping yang serius, seperti:
Pada penggunaan shampo ketoconazole, beberapa efek sampingnya adalah kulit kepala menjadi kering atau malah tambah berminyak, tekstur rambut dapat berubah, kulit kemerahan, bisul atau lentingan berisi air di kulit kepala.
Tidak semua orang mengalami efek samping di atas. Mungkin saja ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan.
Bila Moms memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker.
Baca Juga: Waspadai Efek Samping Pembersih Kewanitaan Bagi Ibu Hamil
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa aturan pakai dan peringatan yang tidak boleh Moms lewatkan ketika mengonsumsi atau menggunakan ketoconazole, antara lain:
Baca Juga: 5 Cara Menghilangkan Efek Samping Obat Pelangsing
Dilansir dari Healthline, berikut adalah beberapa jenis obat yang mungkin dapat memicu terjadinya interaksi dengan ketoconazole:
Ritonavir dan atorvastatin
Mengonsumsi ketoconazole dengan ritonavir dan atorvastatin meningkatkan risiko semakin kuatnya efek samping dari ketoconazole.
Obat Penghilang Rasa Sakit
Seperti buprenorphine, fentanyl, atau oxycodone. Jika obat-obatan tersebut dikonsumsi bersamaan dengan ketoconazole berpotensi memperlambat pernapasan.
Antikoagulan
Seperti, rivaroxaban, dabigatran, atau warfarin. Obat-obatan pengencer darah yang dikombinasikan dengan ketoconazole meningkatkan risiko pendarahan.
Obat Penyakit Jantung
Seperti felodipine atau nisoldipine. Ketoconazole yang digabung dengan obat jantung memicu terjadinya pembengkakan di lengan, kaki, dan risiko gagal jantung.
Tamsulosin
Meminum tamsulosin dengan ketoconazole menimbulkan efek samping seperti pusing, sakit kepala, dan tekanan darah rendah.
Digoxin
Obat digoxin yang dikonsumsi dengan ketoconazole menyebabkan sakit kepala, pusing, dan sakit perut.
Obat Antipsikotik
Seperti, aripiprazole, buspirone, haloperidol, quetiapine, dan risperidone.
Gejala seperti pusing, sakit kepala, dan mengantuk atau lemas dapat terjadi jika ketoconazole berinteraksi dengan obat antipsikotik.
Obat Tekanan Darah
Seperti, sildenafil, tadanafil, dan vardenafil.
Efek yang mungkin terjadi apabila ketoconazole digabung dengan obat tekanan darah adalah denyut jantung menurun, tekanan darah rendah, dan pusing.
Obat Disfungsi Ereksi
Seperti, sildenafil, tadalafil, vardenafil.
Mengonsumsi ketoconazole dengan obat disfungsi ereksi mungkin dapat menimbulkan sakit kepala, sakit perut, dan nyeri otot.
Obat Antivirus
Seperti, indinavir, maraviroc, dan saquinavir.
Jika Anda menjalani pengobatan antivirus dan mengonsumsi obat ini secara bersamaan, kemungkinan dapat timbul sakit perut, mual, dan sakit kepala.
Baca Juga: Efektifkah Mengobati Luka dengan Air Liur? Ini Kata Ahli!
Sementara itu, obat-obatan di bawah sebaiknya Moms hindari karena akan menurunkan kinerja obat ketoconazole:
Baca Juga: Mengenal Candida dan Obat Jamur Kulit yang Ampuh Mengatasinya
Itu dia Moms informasi lengkap tentang penggunaan ketoconazole. Semoga bermafaat, ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.