3 Penyebab Ibu Hamil Perlu Transfusi Darah, Catat!
Skenario yang menakutkan serta tak terpikirkan adalah ibu hamil perlu transfusi darah. Transfusi darah yang melibatkan pemberian darah atau komponen darah dari satu orang ke orang lain.
Darah menjadi penting karena ia memasok oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Darah juga membuang produk limbah. Tranfusi darah dilakukan untuk mengganti darah yang sudah hilang.
Sehingga, hal ini dilakukan sebagai proses yang menyelamatkan jiwa baik ibu maupun Si Kecil dalam kandungan.
Baca Juga: Pipis Berdarah pada Ibu Hamil, Ini 3 Penyebabnya
Penyebab Ibu Hamil Perlu Transfusi Darah
Tapi, apakah ibu hamil perlu transfusi darah? Jawabannya tidak selalu. Ada beberapa penyebab yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah. Berikut ulasannya!
1. Anemia Berat
Foto: Orami Photo Stock
Dilansir American Pregnancy Association, setelah perkiraan hemoglobin, seorang dokter kandungan dapat mendiagnosis tingkat anemia ibu hamil.
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah hemoglobin dalam darah di bawah normal atau sel darah merah lebih sedikit dari biasanya.
Pada saat hamil, tubuh membuat sel darah merah ekstra untuk mengatasi tuntutan bayi serta ibu. Meskipun demikian, anemia ringan sering terjadi selama kehamilan.
Jika Moms memiliki jumlah hemoglobin lebih rendah dari 7 g/dl dan sedang dalam usia 34 minggu kehamilan, atau lebih ada kemungkinan transfusi darah akan dibahas.
Ukuran hemoglobin yang lebih rendah dari 5 g/dl sangat meningkatkan risiko kematian Moms. Sehingga penting menerima transfusi sebelum anemia yang sangat parah berkembang. Selain itu, anemia berat harus diobati secara efektif sebelum persalinan.
2. Pendarahan
Foto: Orami Photo Stock
Penyebab ibu hamil perlu transfusi darah lainnya adalah pendarahan yang berlebihan sehingga menyebabkan anemia berat. Transfusi darah sering diperlukan untuk mengatasi kehilangan darah yang berlebihan. Pendarahan dapat terjadi kapan saja selama kehamilan.
Jika Moms mengalami keguguran atau kehamilan ektopik, keduanya bisa juga menjadi penyebab ibu hamil perlu transfusi darah terutama di awal kehamilan. Kemungkinan pun besar bila mengalami pendarahan setelah minggu ke-24 kehamilan.
Baca Juga: Pendarahan setelah Berhubungan Seks saat Hamil, Normalkah?
Biasanya pendarahan akan terjadi saat persalinan dan segera setelah persalinan, yang dikenal sebagai pendarahan intrapartum dan pendarahan postpartum.
Walaupun dokter akan berusaha mencegah perlunya transfusi darah, dalam kondisi tertentu sangat penting untuk menyelamatkan hidup Moms dan Si Kecil.
3. Riwayat Talasemia
Foto: Orami Photo Stock
Menurut artikel Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, apabila Moms memiliki riwayat talasemia, maka kondisi ini akan memengaruhi kemampuan untuk menghasilkan hemoglobin sehat.
Moms pun akan memiliki peningkatan risiko mengembangkan anemia parah ketika hamil. Sehingga, hal ini pun menjadi penyebab ibu hamil perlu transfuse darah.
Kebanyakan transfusi darah selama kehamilan hanya diberikan sel darah merah. Walaupun dalam sedikit kasus kadang-kadang trombosit dan plasma pun diperlukan.
Beberapa orang mendapatkan efek samping ringan, seperti sakit kepala, kedinginan dan demam, ruam dan gatal. Gejala-gejala ini dihilangkan dengan obat-obatan, seperti parasetamol, dan akan membaik dalam satu hari atau lebih.
Sangat jarang, mungkin ada efek samping yang lebih parah, termasuk kesulitan bernafas, sakit kepala yang parah dan penurunan tiba-tiba tekanan darah yang bisa mengancam jiwa. Jika Moms mendapatkan efek samping, transfusi akan segera dihentikan dan situasi ditinjau.
Baca Juga: Ibu Hamil Menderita Talasemia, Berbahayakah?
Bila Moms ditawari transfusi darah, pastikan memiliki semua informasi yang diperlukan. Mintalah informasi apakah transfusi darah selalu menjadi pilihan Moms atau hanya opsi?
Jika Moms memiliki kekhawatiran tentang transfusi darah, bicarakan dengan dokter kandungan atau bidan.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.