17 November 2023

Sejarah Perang Batak: Latar Belakang hingga Kronologinya

Simak sejarah lengkapnya!
Sejarah Perang Batak: Latar Belakang hingga Kronologinya

Foto: Wikipedia.org

Perang Batak (1878-1907) merupakan konflik bersenjata antara Kerajaan Batak dan Belanda yang berlangsung selama 29 tahun.

Perang ini dipicu oleh upaya Belanda untuk mewujudkan Pax Netherlandica yang melibatkan penyebaran agama Kristen di wilayah tersebut.

Perang ini juga dipicu oleh upaya Belanda untuk menguasai pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak yang memaksa Sisingamangaraja XII untuk pindah ke daerah lain.

Selain itu, perang ini juga melibatkan serangan Belanda untuk menguasai wilayah Batak yang menyebabkan pertempuran sengit antara pasukan Batak dan Belanda.

Ingin tahu sejarah lengkapnya? Simak artikel ini sampai akhir, ya!

Baca Juga: Perang Banjar: Penyebab, Kronologi, dan Akhir Perang

Latar Belakang Perang Batak

Ilustrasi Perang Batak
Foto: Ilustrasi Perang Batak (Wikimedia Commons)

Perang Batak adalah konflik bersenjata yang terjadi di wilayah Tapanuli, Sumatera Utara, Indonesia, pada awal abad ke-20.

Peperangan antara pasukan Belanda yang menjajah dan Suku Batak yang menentang penyebaran agama Kristen serta upaya pengaruh dan penguasaan Belanda di wilayah tersebut.

Konflik ini melibatkan perlawanan yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII dari Suku Batak terhadap kebijakan kolonial Belanda.

Faktor-faktor yang memicu Perang Batak adalah sebagai berikut:

1. Penolakan Terhadap Kristenisasi

Raja Sisingamangaraja XII dan Suku Batak secara umum menolak penyebaran agama Kristen oleh para misionaris Belanda.

Mereka khawatir bahwa agama Kristen akan menghancurkan tatanan sosial dan budaya tradisional Batak yang telah ada selama berabad-abad. Ini adalah salah satu faktor utama yang memicu perlawanan mereka terhadap kolonialisasi Belanda.

2. Upaya Belanda Menguasai Wilayah Tapanuli

Belanda, dalam upaya untuk memperluas pengaruh dan kekuasaannya di wilayah tersebut, mencoba menguasai pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak.

Hal ini menciptakan ketegangan antara pemerintah kolonial Belanda dan otoritas tradisional Batak yang telah lama berkuasa di wilayah tersebut.

3. Ancaman Terhadap Agama Batak Kuno

Agama Batak kuno memiliki peranan penting dalam budaya dan tradisi suku Batak.

Kehadiran agama Kristen dianggap sebagai ancaman terhadap agama tradisional ini, dan ini juga memicu perlawanan suku Batak terhadap Belanda.

Perang Batak sendiri terjadi dalam beberapa gelombang perlawanan selama bertahun-tahun, dimulai pada awal abad ke-20 dan berlangsung hingga sekitar tahun 1907.

Perlawanan ini melibatkan serangkaian pertempuran dan konfrontasi antara pasukan Belanda dan pasukan suku Batak di berbagai wilayah Tapanuli.

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

Kronologi Perang Batak

Berikut urutan waktu berlangsung Perang Batak.

Tahun 1878

Sisingamangaraja XII telah lama ditunggu-tunggu oleh Belanda sebagai pihak yang akan memulai perlawanan dan menyatakan perang.

Belanda menggunakan hal ini sebagai dasar untuk mengklaim bahwa Kerajaan Batak adalah pihak yang memulai perang.

Untuk menghadapi perlawanan dari Kerajaan Batak, Belanda mengirim residen Boyle pada tanggal 14 Maret 1878 bersama dengan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engles.

Pada tanggal 1 Mei 1878, pasukan Belanda menyerbu Bangkara, pusat pemerintahan Sisingamangaraja XII. Sayangnya, pasukan Belanda berhasil merebut Bangkara pada tanggal 3 Mei 1878.

Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri dan terpaksa meninggalkan wilayah Aceh untuk mengungsi.

Di sisi lain, beberapa raja lain yang masih berada di Bangkara tidak dapat melarikan diri dan dipaksa oleh Belanda untuk bersumpah setia kepada mereka.

Namun, Sisingamangaraja XII tidak menyerah begitu saja. Meskipun Bangkara sudah jatuh ke tangan Belanda, dia terus melanjutkan perlawanan secara gerilya.

Sayangnya, pada akhir Desember 1878, beberapa daerah seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, dan Huta Ginjang berhasil ditaklukkan oleh pasukan Belanda.

Pasukan Sisingamangaraja XII menghadapi keterbatasan dalam hal persenjataan, sehingga mereka menjalin kerjasama dengan para pemimpin di Aceh untuk merancang taktik perang yang efektif.

Mereka menerapkan taktik perang sembunyi-sembunyi yang mirip dengan gerilya untuk melanjutkan perlawanan mereka.

Pada tahun 1888, pejuang Batak melancarkan serangan ke Kota Tua dengan dukungan tentara Aceh.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb