Profil Maria Walanda Maramis, Pahlawan Wanita asal Minahasa
Di antara deretan pahlawan perempuan Indonesia, nama Maria Walanda Maramis mungkin tidak setenar Kartini atau Cut Nyak Dien.
Namun, perannya dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan kemajuan perempuan di Indonesia tidak boleh diabaikan.
Maria Walanda Maramis lahir di Minahasa, Sulawesi Utara, pada tahun 1872.
Sejak kecil, dia sudah menunjukkan jiwa pemberontaknya terhadap budaya patriarki yang meredam potensi perempuan.
Dia bercita-cita untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkarya untuk kemajuan bangsanya.
Meskipun menghadapi berbagai rintangan, Maria berhasil menempuh pendidikan dan menjadi guru.
Dia kemudian mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama di bidang pendidikan dan pernikahan.
Ingin berkenalan lebih jauh dengan profil Maria Walanda Maramis? Simak penjelasannya di bawah ini, ya!
Baca Juga: Biografi Pattimura Singkat, Pahlawan dari Tanah Maluku!
Fakta dan Profil tentang Maria Walanda Maramis
Menjadi salah satu pahlawan wanita Indonesia, yuk kenalan dengan sosok Maria Walanda Maramis di bawah ini!
1. Kehidupan Awal
Maria Walanda Maramis, seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir pada 1 Desember 1872, tumbuh dalam keadaan yang penuh tantangan di desa kecil Kema, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Kehilangan kedua orang tuanya pada usia enam tahun membawa dia dan saudara-saudaranya ke pangkuan Paman Ezau Rotinsulu di Maumbi.
Di tengah masa kecil yang penuh keterbatasan, Maria menemukan teman sejatinya dalam pendeta terpelajar Jan Ten Hoeve.
Bersama kakak perempuannya, Maria menghadiri Sekolah Melayu di Maumbi, di mana mereka belajar dasar-dasar membaca, menulis, serta ilmu pengetahuan dan sejarah.
Namun, pendidikan formal tersebut hanya sebatas untuk memenuhi harapan tradisional bagi perempuan pada masa itu: menikah dan mengurus keluarga.
2. Kehidupan Pribadi
Pada tahun 1890, Maria Walanda Maramis menikah dengan Yoseph Frederik Calusung Walanda, seorang guru bahasa.
Setelah pernikahan mereka, Maria lebih dikenal dengan nama Maria Walanda Maramis. Mereka memiliki tiga anak perempuan.
Maria dengan penuh dedikasi menjaga keluarganya serta berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Namun, pada awal abad ke-20, tantangan dalam mendapatkan pendidikan yang layak di Minahasa sangat besar karena keterbatasan jumlah sekolah di daerah tersebut.
Baca Juga: 14 Sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dan Kisahnya
3. Organisasi PIKAT
Maria Walanda Maramis adalah tokoh yang gigih dalam memajukan peran wanita di Indonesia pada awal abad ke-20.
Dia mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) pada tanggal 8 Juli 1917 bersama teman-temannya, dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan wanita yang sudah menyelesaikan sekolah dasar.
Melalui PIKAT, Maria bekerja keras untuk merealisasikan visinya. Beberapa tujuan dari organisasi ini adalah:
- Menyediakan suatu waktu bagi kaum perempuan Minahasa agar mereka dapat saling bergaul dan mengenal
- Membawa masa depan pemuda Minahasa
- Membiasakan para perempuan Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya secara bebas
Dengan sederhana namun efektif, dia menggunakan media massa, seperti surat kabar Tjahaja Siang, untuk mempropagandakan cita-cita PIKAT.
Langkah pertama PIKAT adalah mendirikan Huishoudschool, sebuah sekolah rumah tangga untuk gadis-gadis di Manado pada tahun 1918.
Di sekolah ini, mereka diajarkan keterampilan rumah tangga, seperti memasak dan menjahit, untuk membekali mereka dalam peran domestik.
Meskipun PIKAT telah mencapai banyak kesuksesan, Maria terus berusaha meningkatkan cita-citanya meskipun kesehatannya mulai menurun.
Pada tahun 1920, kegembiraan memuncak ketika Gubernur Jendral Van Limburg Sitirum memberikan sumbangan uang kepada PIKAT sebagai pengakuan atas prestasinya.
Meskipun demikian, Maria tetap berjuang meskipun kesehatannya menurun, bahkan ketika dirawat di rumah sakit dia tetap mengirimkan pesan untuk memperhatikan PIKAT kepada rekan-rekannya.
4. Akhir Kehidupan Maria
Setelah memberikan pesan terakhirnya untuk kepentingan PIKAT, Maria Walanda Maramis akhirnya dipanggil oleh Tuhan dalam bulan Maret 1924, pada usia 52 tahun, setelah menderita sakit untuk beberapa waktu.
Pengabdiannya dalam memajukan kaum wanita Minahasa diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
Lalu, pada tanggal 20 Mei 1969, dia dianugerahi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional melalui keputusan Presiden RI No. 012/TK/Tahun 1969.
Jenazahnya disemayamkan di Huize Maria dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Walanda di Maumbi.
Kini, setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Pada hari tersebut, semua cabang PIKAT mengirimkan perwakilannya ke Maumbi untuk mengadakan kebaktian singkat sebagai penghormatan.
Maria Walanda Maramis, seorang tokoh yang berperan besar dalam kemajuan kaum wanita Minahasa, meninggalkan warisan berharga yang terus dihargai oleh masyarakat Indonesia.
Meskipun telah tiada, jejak perjuangannya tetap dikenang dan dihormati, terutama dalam pergerakan emansipasi wanita dan pendidikan di Indonesia.
Pemberian gelar Pahlawan Pergerakan Nasional menegaskan posisinya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah perjuangan bangsa.
Sementara peringatan Hari Ibu Maria Walanda Maramis setiap 1 Desember menjadi momen penting untuk mengenang dan merayakan kontribusinya.
Baca Juga: 27 Nama Pahlawan Nasional Indonesia dan Kisah Perjuangannya
Cara Menanamkan Sikap Nasionalisme pada Si Kecil
Menanamkan sikap nasionalisme pada anak merupakan langkah penting dalam membangun kesadaran akan identitas dan cinta tanah air sejak dini.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan sikap nasionalisme pada Si Kecil:
- Mendidik tentang Sejarah dan Budaya Lokal
Kenalkan anak pada cerita-cerita sejarah dan budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai kebangsaan.
Ajak mereka mengenal tokoh-tokoh pahlawan dan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, serta tradisi dan adat istiadat yang merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa.
- Menghargai Lambang Negara
Ajarkan anak untuk menghargai lambang negara seperti bendera Merah Putih, lambang Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan.
Beri pemahaman tentang arti dan makna dari setiap simbol tersebut agar anak dapat menghormati dan mencintai identitas negara Indonesia.
- Mengenalkan Nilai-nilai Kebangsaan
Tanamkan pada anak nilai-nilai kebangsaan seperti persatuan, gotong royong, kejujuran, dan keberagaman.
Ajarkan mereka pentingnya saling menghormati, bekerja sama, dan memperjuangkan kebaikan bersama demi kemajuan bangsa.
- Melalui Kegiatan Kreatif
Libatkan anak dalam kegiatan kreatif yang mengangkat tema nasionalisme seperti mewarnai gambar bendera, membuat replika lambang negara, atau menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.
Hal ini akan membantu mereka memahami nilai-nilai kebangsaan secara lebih menyenangkan dan interaktif.
- Contohkan Sikap Nasionalisme
Sebagai orang tua atau pengasuh, tunjukkan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara dengan bangga tentang Indonesia, menjaga kebersihan lingkungan, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kegiatan yang memajukan bangsa dapat menjadi contoh positif bagi anak.
Dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, Si Kecil akan dapat tumbuh dengan memiliki rasa cinta dan tanggung jawab terhadap tanah airnya.
Baca Juga: Museum Sepuluh Nopember, Wisata Sejarah Kenang Jasa Pahlawan
Itulah sederet informasi seputar pahlawan Maria Walanda Maramis yang bisa Moms ketahui. Jangan lupa ceritakan pada Si Kecil, ya!
- https://historia.id/politik/articles/maria-walanda-maramis-pahlawan-nasional-dari-sulawesi-utara-v5Wx8/page/2
- https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/965-pejuang-wanita-minahasa-maria-walanda-marimis-1872-1924
- https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Maria_Walanda_Maramis
- https://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Walanda_Maramis
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.