01 April 2024

Profil Maria Walanda Maramis, Pahlawan Wanita asal Minahasa

Simak penjelasannya di sini, yuk Moms!
Profil Maria Walanda Maramis, Pahlawan Wanita asal Minahasa

Foto: budaya.jogjaprov.go.id

Di antara deretan pahlawan perempuan Indonesia, nama Maria Walanda Maramis mungkin tidak setenar Kartini atau Cut Nyak Dien.

Namun, perannya dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan kemajuan perempuan di Indonesia tidak boleh diabaikan.

Maria Walanda Maramis lahir di Minahasa, Sulawesi Utara, pada tahun 1872.

Sejak kecil, dia sudah menunjukkan jiwa pemberontaknya terhadap budaya patriarki yang meredam potensi perempuan.

Dia bercita-cita untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkarya untuk kemajuan bangsanya.

Meskipun menghadapi berbagai rintangan, Maria berhasil menempuh pendidikan dan menjadi guru.

Dia kemudian mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama di bidang pendidikan dan pernikahan.

Ingin berkenalan lebih jauh dengan profil Maria Walanda Maramis? Simak penjelasannya di bawah ini, ya!

Baca Juga: Biografi Pattimura Singkat, Pahlawan dari Tanah Maluku!

Fakta dan Profil tentang Maria Walanda Maramis

Fakta dan Profil tentang Maria Walanda Maramis
Foto: Fakta dan Profil tentang Maria Walanda Maramis (Pinterest.com)

Menjadi salah satu pahlawan wanita Indonesia, yuk kenalan dengan sosok Maria Walanda Maramis di bawah ini!

1. Kehidupan Awal

Maria Walanda Maramis, seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir pada 1 Desember 1872, tumbuh dalam keadaan yang penuh tantangan di desa kecil Kema, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Kehilangan kedua orang tuanya pada usia enam tahun membawa dia dan saudara-saudaranya ke pangkuan Paman Ezau Rotinsulu di Maumbi.

Di tengah masa kecil yang penuh keterbatasan, Maria menemukan teman sejatinya dalam pendeta terpelajar Jan Ten Hoeve.

Bersama kakak perempuannya, Maria menghadiri Sekolah Melayu di Maumbi, di mana mereka belajar dasar-dasar membaca, menulis, serta ilmu pengetahuan dan sejarah.

Namun, pendidikan formal tersebut hanya sebatas untuk memenuhi harapan tradisional bagi perempuan pada masa itu: menikah dan mengurus keluarga.

2. Kehidupan Pribadi

Pada tahun 1890, Maria Walanda Maramis menikah dengan Yoseph Frederik Calusung Walanda, seorang guru bahasa.

Setelah pernikahan mereka, Maria lebih dikenal dengan nama Maria Walanda Maramis. Mereka memiliki tiga anak perempuan.

Maria dengan penuh dedikasi menjaga keluarganya serta berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Namun, pada awal abad ke-20, tantangan dalam mendapatkan pendidikan yang layak di Minahasa sangat besar karena keterbatasan jumlah sekolah di daerah tersebut.

Baca Juga: 14 Sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dan Kisahnya

3. Organisasi PIKAT

Maria Walanda Maramis adalah tokoh yang gigih dalam memajukan peran wanita di Indonesia pada awal abad ke-20.

Dia mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) pada tanggal 8 Juli 1917 bersama teman-temannya, dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan wanita yang sudah menyelesaikan sekolah dasar.

Melalui PIKAT, Maria bekerja keras untuk merealisasikan visinya. Beberapa tujuan dari organisasi ini adalah:

  1. Menyediakan suatu waktu bagi kaum perempuan Minahasa agar mereka dapat saling bergaul dan mengenal
  2. Membawa masa depan pemuda Minahasa
  3. Membiasakan para perempuan Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya secara bebas

Dengan sederhana namun efektif, dia menggunakan media massa, seperti surat kabar Tjahaja Siang, untuk mempropagandakan cita-cita PIKAT.

Langkah pertama PIKAT adalah mendirikan Huishoudschool, sebuah sekolah rumah tangga untuk gadis-gadis di Manado pada tahun 1918.

Di sekolah ini, mereka diajarkan keterampilan rumah tangga, seperti memasak dan menjahit, untuk membekali mereka dalam peran domestik.

Meskipun PIKAT telah mencapai banyak kesuksesan, Maria terus berusaha meningkatkan cita-citanya meskipun kesehatannya mulai menurun.

Pada tahun 1920, kegembiraan memuncak ketika Gubernur Jendral Van Limburg Sitirum memberikan sumbangan uang kepada PIKAT sebagai pengakuan atas prestasinya.

Meskipun demikian, Maria tetap berjuang meskipun kesehatannya menurun, bahkan ketika dirawat di rumah sakit dia tetap mengirimkan pesan untuk memperhatikan PIKAT kepada rekan-rekannya.

Setelah memberikan pesan terakhirnya untuk kepentingan PIKAT, Maria Walanda Maramis akhirnya...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb