02 Juni 2022

Mengenal Rumah Adat Sulawesi Utara: Walewangko dan Bolaang Mongondow

Kenali budaya Sulawesi Utara melalui rumah adatnya
Mengenal Rumah Adat Sulawesi Utara: Walewangko dan Bolaang Mongondow

Indonesia punya banyak sekali rumah tradisional daerah yang menarik, termasuk rumah adat Sulawesi Utara.

Sulawesi Utara terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya.

Beberapa pantai dan laut di Sulawesi Utara jadi destinasi favorit para pelancong lokal hingga mancanegara.

Sebut saja di antaranya ialah Bunaken, Pulau Perawan, Pulau Lembeh, Pulau Ponteng, Pulau Mahoro, hingga Taman Nasional Tangkoko.

Selain punya tempat wisata yang cantik, Sulawesi Utara juga kaya akan budaya.

Rumah adat Sulawesi Utara pastinya mengandung banyak cerita dan sejarah luar biasa dan penting untuk diketahui.

Nah, dalam artikel ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai keunikan rumah adat Sulawesi Utara.

Baca Juga: 8 Film Cinta Laura, Tidak Hanya Bergenre Drama, Ada Juga Action, Horor, dan Science Fiction

Rumah Adat Sulawesi Utara Walewangko

Rumah Adat Walewangko
Foto: Rumah Adat Walewangko

Foto: celebes

Rumah adat Walewangko merupakan rumah adat suku Minahasa yang tinggal di Sulawesi Utara.

Dikenal juga dengan sebutan rumah pewaris, rumah adat ini berbentuk rumah panggung yang tiang penopangnya terbuat dari kayu yang kuat.

Melansir dari buku berjudul Sejarah dan kebudayaan Minahasa (2007) karya Jessy Wenas, dijelaskan bahwa bentuk arsitektur rumah Minahasa memiliki dua bentuk rumah panjang yang disebut Walewangko.

1. Sejarah Rumah Wale

Rumah adat Sulawesi Utara atau masyarakat Minahasa ini dahulu dibuat dengan teknik ikat, yaitu menempel pada pohon yang tinggi.

Teknik ikat ini dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi banjir atau gangguan binatang buas.

Namun pada tahun 1850, seorang peneliti Belanda mencatat adanya perubahan pada Rumah Wale.

Rumah adat ini tidak lagi diikat di pohon, melainkan dibuat panggung.

Konsep rumah panggung ini yang bertahan hingga saat ini.

Adapun kayu yang digunakan untuk membuat Rumah Wale ini umumnya kayu besi, sebagai bahan utama rangka rumah.

Kayu besi dipilih karena sifatnya yang kokoh dan awet, dan mampu menopang rumah hingga ratusan tahun.

Selain itu juga digunakan kayu cempaka dan kayu nyatoh untuk melapisi interior bagian dalam rumah.

Baca Juga: 9 Aplikasi Penghitung Kalori untuk Membantu Moms Sukses Diet, Catat!

2. Ciri Khas Rumah Wale

Rumah Wale sangat mudah dikenali karena memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan rumah adat daerah lain.

Ciri yang menonjol dari Rumah Wale terletak pada bentuknya yang simetris pada fasad bangunan.

Bentuk simetris Rumah Wale diperkuat dengan adanya dua buah tangga di bagian depan pintu masuk.

Uniknya lagi, arah dua anak tangga itu saling berlawanan, yaitu dari sisi kanan dan sisi kiri rumah.

Konon, tangga yang didesain saling berlawanan itu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Minahasa.

Tujuannya tak lain untuk menangkal roh jahat, yang apabila hendak masuk dari satu sisi tangga, maka dia akan kembali turun dari sisi tangga satunya.

Selain itu, banyaknya anak tangga juga tidak sembarangan.

Pasalnya, jumlah anak tangga ini mencerminkan tingkat jumlah harta untuk mempelai wanita.

Selain fasad bangunan, ciri khas Rumah Wale juga dapat dikenali dari ornamen-ornamen yang terpasang hampir di semua sudut rumah.

Umumnya ornamen Rumah Wale berwarna merah, yang menurut masyarakat Minahasa melambangkan keberanian.

Sementara ornamen pada sisi kanan dan sisi kiri bangunan berupa ornamen berbentuk naga, yang bermakna tidak gentar atau tidak takut terhadap apapun.

3. Bagian-Bagian Rumah Adat Wale

Melansir dari buku berjudul Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi (2018) karya Kasdar, tiang penyangga rumah ini tidak boleh disambung.

Sedangkan pada bagian kolong rumah dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan hasil panen atau godong.

Rumah Walewangko terbagi menjadi beberapa bagian yakni:

  • Bagian utama atau lezat

Bagian ini adalah bagian depan rumah, tidak dilengkapi dinding sehingga bentuknya menyerupai beranda.

Tempat ini biasanya digunakan untuk para ketua adat atau kepala suku yang ingin menyampaikan pengumuman pada warga.

  • Bagian serambi atau sekey

Ini adalah area rumah yang dilengkapi dengan dinding dan terletak persis setelah pintu masuk.

Tempat ini digunakan sebagai lokasi menerima tamu dan upacara adat hingga jamuan undangan.

  • Bagian pores atau ruang tamu

Pada rumah adat terdapat ruang tamu untuk menyambut keluarga maupun kerabat pemilik rumah.

Selain untuk menjamu tamu, ruangan ini juga dipakai untuk tempat beraktivitas sehari-hari.

Biasanya, area ini terhubung dengan dapur, tempat tidur dan ruang makan.

Baca Juga: 5 Cara Menghilangkan Noda Karat di Baju, Coba Pakai Lemon atau Garam, Moms!

Rumah Adat Sulawesi Utara Bolaang Mongondow

Rumah Adat Bolaang Mongondow
Foto: Rumah Adat Bolaang Mongondow

Foto: muhaemin-af.com

Meskipun konstruksi bangunannya mirip dengan rumah adat Walewangko, tapi rumah adat Bolaang Mongondow memiliki ciri khas yang mencolok dan unik.

Cirinya yakni bentuk atapnya melintang dan terbuat dari bubungan atap curam.

1. Sejarah Rumah Bolaang Mongondow

Menilik susunan rumah adat bolaang Mongondow dimana ruangannya terdiri dari 4 bagian yang salah satunya adalah ruangan khusus anak gadis yang dipingit.

Ini menandakan bahwa anak perempuan diberikan perhatian khusus oleh keluarganya.

Selain itu, ruangan besar Yu’ong Ing Baloi dimana segala aktivitas keluarga dilakukan secara bersama-sama menunjukan eratnya kebersamaan antar sesama penghuni rumah.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Tempat Makan Keluarga di BSD, Tersedia Hidangan Tradisional Nusantara hingga Western

2. Ciri Khas Rumah Bolaang Mongondow

Ada satu keunikan khas rumah adat bolaang mongondow yaitu memiliki ornamen patung burung hantu di depan rumah dan ular hitam.

Patung burung hantu memiliki makna kebijaksanaan.

Diharapkan dengan memiliki kebijaksanaan, penghuni rumah bisa hidup dengan tentram di rumah tersebut.

Ular hitam artinya kewaspadaan. Dimana penghuni rumah diharapkan selalu waspada terhadap bahaya dari luar rumah.

Rumah Bolaang Mongondow sudah mulai langka, namun ada satu jenis rumah adat ini yang ditemukan dan ditempati oleh penduduk yang berusia senja lebih dari 80 tahun.

Rumah tersebut merupakan warisan turun temurun dari leluhurnya.

Keunikan lainnya dari rumah adat ini adalah memiliki beberapa nama dan jenis rumah berdasarkan fungsi dan kedudukan pemilik rumah, yaitu:

  • Baloi: Rumah adat permanen yang digunakan masyarakat sebagai tempat tinggal.
  • Lurung (Laig): Rumah adat untuk tempat tinggal yang lebih kecil dan sederhana.
  • Silidan: Rumah adat untuk penduduk biasa yang dibuat sesuai dengan kesepakatan warga dan khusus pada bagian plafon juga dimanfaatkan untuk para gadis yang dipingit.
  • Komalig: Rumah adat yang digunakan untuk tempat raja.
  • Genggulang: Rumah adat untuk para pekebun yang bisa digunakan saat beristirahat.

3. Bagian Rumah Adat Bolaang Mongondow

Rumah Adat Bolaang Mongondow memiliki tiga bagian yakni bagian bawah rumah, bagian tengah dan bagian atas rumah.

Pada bagian bawah rumah, terdapat tiang-tiang yang menyangga rumah panggung.

Pada bagian tengah rumah, terdapat beberapa ruangan.

Sedangkan pada bagian atas terdapat atap yang biasanya menggunakan rumbia atau daun nipah.

Rumah Bolaang Mongondow memiliki empat bagian ruangan yang berbeda, yaitu:

  • Dungkolon atau Serambi Depan

Mirip dengan rumah adat walewangko, serambi depan ini tidak memiliki dinding.

Serambi depan ini digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu, bermusyawarah tentang pelaksanaan upacara adat, dan keluarga.

  • Yu’ong Ing Baloi atau Ruang Besar

Sebuah ruangan besar dimana sering digunakan sebagai tempat berkumpulkan sanak saudara, tempat anak-anak bermain, dan di malam hari bagian rumah ini disekat sesuai keperluan sebagai tempat untuk tidur.

Sekat akan kembali dilepas pada pagi hari supaya ruangan bisa menjadi luas dan dapat digunakan untuk hal lainnya.

  • Dodungon

Tempat untuk memasak dan menyimpan makanan di rumah.

  • Kamar Atas Khusus Anak Perempuan

Pada keluarga yang memiliki anak perempuan, mereka akan membuat sebuah kamar di bagian atas rumah untuk anak perempuannya yang sedang pada masa pingitan.

Anak gadis yang dipingit tersebut akan berada di dalam rumah dan tidak boleh keluar rumah selama 40 hari.

Baca Juga: 13 Makanan Kesukaan BTS, Jungkook Suka Nasi Goreng, Suga Suka Kerupuk Udang!

Itulah serba serbi mengenai dua jenis rumah adat Sulawesi Utara yakni Rumah Adat Bolaang Mongondow dan Rumah Adat Walewangko.

Jika Moms berkunjung ke Sulawesi Utara, jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke rumah adat tersebut sebagai bentuk melestarikan budaya dan cagar alam.

  • https://www.daerahkita.com/artikel/202/mengenal-dua-jenis-rumah-adat-di-sulawesi-utara
  • https://bataswaktu.com/rumah-adat-sulawesi-utara/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb