Ketahui Proses Pembekuan Darah yang Bantu Sembuhkan Luka, Beserta Kelainannya
Proses pembekuan darah dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kehilangan darah pada tubuh akibat luka.
Saat darah berhenti mengalir, terjadi proses pembekuan darah yang penting, untuk mencegah kehilangan darah dalam jumlah banyak. Ketahui seperti apa proses pembekuan darah yang terjadi pada tubuh berikut ini.
Pentingnya Proses Pembekuan Darah
Pembekuan darah atau koagulasi punya peran penting dalam perbaikan pembuluh darah yang terluka sehingga tak terjadi perdarahan.
Proses pembekuan darah bisa terjadi berkat adanya faktor koagulasi, yaitu protein dalam plasma darah yang mendorong terjadinya koagulasi.
Faktor koagulasi tersebut diproduksi oleh hati dengan menggunakan vitamin K yang diperoleh dari makanan dan diproduksi oleh bakteri baik di usus.
Proses pembekuan darah adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu upaya tubuh mencegah terjadinya pendarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Di dalam proses hemostasis ini, tubuh juga mesti punya kemampuan mengendalikan dan membatasi munculnya pembekuan darah supaya tidak terjadi gumpalan darah.
Jika ada kelainan pada sistem yang mengontrol pembekuan darah, dampaknya adalah komplikasi yang membahayakan nyawa. Darah yang tidak bisa membeku akan menyebabkan pendarahan yang parah hingga kondisi syok.
Sementara itu, pembekuan darah yang berlebihan juga akan menimbulkan gumpalan darah. Gumpalan ini bisa menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan stroke atau serangan jantung.
Baca Juga: 7 Jenis Essential Oil untuk Menyamarkan Bekas Luka
Proses Pembekuan Darah pada Tubuh
Proses hemostasis dan pembekuan darah yang terjadi ketika ada bagian tubuh yang terluka adalah sebagai berikut:
1. Pembuluh Darah Bereaksi dengan Memperkecil Diameternya
Ketika perdarahan mulai terjadi, pembuluh darah akan mengerut dan menyempit untuk mengontrol jumlah darah yang keluar.
Pembuluh darah yang mengkerut akan mengurangi aliran darah pada area yang terluka.
2. Sumbatan Platelet
Tubuh akan mengaktifkan platelet sebagai respons atas munculnya luka. Platelet-platelet ini akan mengeluarkan semacam sinyal kimia yang bisa menarik sel-sel tubuh ke area yang terluka.
Platelet dan sel tubuh akan menggumpal, sehinga membentuk sumbatan pada luka.
Proses ini membutuhkan peran dari protein bernama faktor von Willebrand, yang membuat platelet bisa saling menempel dan menjadi gumpalan.
3. Terbentuk Helai Fibrin
Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan faktor koagulasi di dalam darah. Protein-protein faktor koagulasi akan mendorong produksi fibrin, yaitu helai-helai protein yang sangat kuat dan saling terjalin untuk menutup area yang terluka.
Helaian fibrin tersebut akan diproduksi selama berhari-hari dan berminggu-minggu sampai luka di pembuluh darah tertutup serta sembuh sepenuhnya.
Baca Juga: Ini 5 Bahan Alami untuk Menyembuhkan Luka
Jenis-jenis Kelainan Pembekuan Darah
Kelainan pembekuan darah terjadi jika darah tidak bisa membeku dengan benar. Untuk memungkinkan proses pembekuan darah, tubuh membutuhkan keberadaan faktor koagulasi dan keping darah atau platelet.
Pada penderita kelainan proses pembekuan darah, faktor koagulasi atau keping darah tidak mampu menjalankan perannya. Selain itu, penderita mungkin saja tidak memiliki faktor koagulasi atau platelet yang cukup dalam darahnya.
Kondisi ini berdampak pada terjadinya perdarahan yang parah jika terjadi luka, atau perdarahan spontan pada otot, sendi, dan bagian tubuh lainnya.
Umumnya, kelainan pembekuan darah merupakan kondisi keturunan. Artinya, orang yang menderita kelainan ini akan mewariskan kondisinya pada anak-anaknya.
Ada juga kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, misalnya penyakit liver.
Beberapa jenis kelainan pada proses pembekuan darah yang paling banyak terjadi meliputi:
1. Penyakit von Willebrand
Kelainan pembekuan darah ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi.
Penderita mendapatkan warisan darah yang kekurangan faktor von Willebrand, di mana faktor ini berperan penting dalam membetuk sumbatan keping darah.
2. Hemofilia
Kelainan pembekuan darah pada penderita hemofilia disebabkan oleh rendahnya jumlah faktor koagulasi dalam darah.
Karena proses pembekuan darah tidak berjalan normal, sedikit benturan saja bisa menyebabkan perdarahan yang banyak, misalnya pada sendi-sendi tubuh.
3. Defisiensi Faktor Koagulasi II, V, VII, X atau XII
Tergantung dari faktor koagulasi mana yang kadarnya rendah, penderita akan mengalami masalah dengan pembekuan darah atau memiliki gangguan perdarahan yang abnormal.
Baca Juga: 7 Tips Merawat Luka Bekas Operasi Caesar
Gejala Umum Kelainan Proses Pembekuan Darah
Tiap jenis kelainan pada proses pembekuan darah memiliki gejala yang spesifik. Namun secara umum, gejala-gejala adanya kelainan ini bisa berupa:
- Sering timbul memar di kulit yang tak jelas penyebabnya.
- Kerap mimisan.
- Perdarahan yang terlalu banyak saat terjadi luka kecil.
- Perdarahan pada sendi-sendi tubuh.
- Pada pengidap perempuan, akan terjadi menstruasi dengan volume darah yang sangat banyak.
Jika mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan lebih lanjut, guna memastikan kondisi tubuh.
Diagnosis dan penanganan yang tepat akan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari kelainan proses pembekuan darah.
Catatan dari SehatQ
Proses pembekuan darah sangat penting bagi tubuh untuk mencegah perdarahan yang berlebihan. Diperlukan faktor koagulasi, trombosit (platelet), dan fibrin untuk membentuk pembekuan darah.
Bila salah satu dari faktor pembeku darah tersebut mengalami gangguan, proses pembekuan darah otomatis akan terganggu.
Kondisi ini bisa menjadi gejala kelainan perdarahan. gejala umumnya berupa sering memar tanpa penyebab yang jelas, kerap mimisan, perdarahan yang terlalu banyak pada luka kecil, serta volume darah haid yang berlebihan.
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sumber: sehatq.com
Konten ini merupakan kerja sama yang bersumber dari SehatQ
Isi konten di luar tanggung jawab Orami Parenting
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.