Kenali Gejala STEMI, Jenis Serangan Jantung yang Menyebabkan Kematian Mendadak
ST-elevation Myocardian Infraction (STEMI) adalah salah satu jenis serangan jantung yang mematikan.
Ini karena pasien memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kerusakan otot jantung dalam kurun waktu beberapa jam usai penyumbatan terjadi.
Dilansir dari Medical News Today, kondisi ini disebabkan arteri koroner yang tersumbat sepenuhnya, sehingga darah tidak masuk ke dalam jantung.
Kondisi ini kerap kali disangka sebagai serangan jantung biasa. Padahal, ada beberapa jenis serangan jantung, salah satunya adalah STEMI ini, Moms.
Beberapa jenis serangan jantung memiliki gejala yang mirip satu sama lain, dengan ciri khas rasa nyeri dada bagian kiri. Pemicunya antara lain:
- Hipertensi
- Diabetes
- Kebiasaan merokok
Agar bisa membedakan serangan jantung STEMI dan yang lain, berikut ini adalah informasi lengkapnya yang sudah dirangkum oleh Orami. Disimak, yuk!
Baca Juga: Kenali 4 Gejala Serangan Jantung yang Sering Terjadi Pada Perempuan, Moms!
Gejala STEMI
Foto: Orami Photo Stock
Melansir ECG Medical Training, pasien yang mengalami STEMI akut berisiko mengalami aritmia yang mengancam jiwa seperti fibrilasi ventrikel.
Hal ini menyebabkan henti jantung mendadak, kadang-kadang disebut sebagai "serangan jantung masif."
STEMI biasanya akan mengakibatkan rasa sakit atau tekanan yang hebat di beberapa lokasi, seperti:
- Di dalam atau di sekitar dada
- Sakit menjalar ke leher, rahang, bahu, atau lengan
Adapun gejala dari STEMI lainnya, yakni:
- Nyeri di sekitar tulang belikat, lengan, dada, rahang, lengan kiri, atau perut bagian atas
- Nyeri dada yang menjalar sampai ke punggung dan tidak hilang lebih dari 20 menit
- Sensasi menyakitkan yang digambarkan sebagai "kepalan tangan di dada"
- Ketidaknyamanan atau sesak di leher atau lengan
- Gangguan pencernaan atau mulas
- Mual dan muntah
- Kelelahan atau kelelahan tiba-tiba
- Sesak napas
- Pusing atau sakit kepala ringan
- Denyut jantung meningkat atau tidak teratur
- Keringat dingin
Baca Juga: Mengetahui Langkah-langkah Pertolongan Pertama Serangan Jantung, Catat!
Diagnosis STEMI
Foto: shutterstock.com
Dilansir dari Piedmont Healthcare, dalam kebanyakan kasus, diagnosis STEMI dapat dibuat dengan cepat setelah orang tersebut berada di bawah perawatan medis.
Adapun cara dokter mendiagnosis STEMI antara lain:
- Tinjauan gejala
- Evaluasi segmen ST pada EKG
- Tinjauan enzim jantung setelah pengobatan dimulai
Penting untuk menstabilkan seseorang dengan STEMI secepat mungkin. Selain rasa sakit dan tertekan, STEMI dapat menyebabkan kematian mendadak karena beberapa hal, yaitu:
- Fibrilasi ventrikel (gangguan serius pada irama jantung)
- Gagal jantung akut (ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah)
- Kerusakan otot jantung permanen yang substansial
Baca Juga: Penyebab Nyeri Dada dan Gejalanya, Ternyata Tidak Melulu karena Sakit Jantung
Pertolongan pada STEMI
Foto: Orami Photo Stock
Penanganan pada STEMI bertujuan untuk menstabilkan kondisi pasien dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada jantung. Pengobatan harus dimulai saat STEMI didiagnosis.
Selain pemberian obat untuk menstabilkan otot jantung, akan dilakukan juga upaya untuk membuka kembali arteri yang tersumbat.
Melansir Heart Organization, langkah penanganannya dapat berupa:
1. Pemberian Oksigen
Dokter akan memberikan oksigen kepada pasien yang mengalami gangguan pernapasan atau berpotensi mengalami gangguan pernapasan.
2. Pemberian Obat
Dokter kemudian juga akan memberikan obat kepada pasien. Biasanya, ada beberapa obat yang paling umum untuk mengatasi STEMI, yaitu:
- Antiplatelet
- Antikoagulan
- Beta blocker
- Statin
- ACE inhibitor dan nitrat
3. Prosedur PCI atau CABG
Rumah sakit yang menyediakan layanan PCI harus melakukan PCI primer dalam waktu kurang dari 60 menit.
Jika rumah sakit tidak memiliki layanan PCI, pasien harus ditransfer ke rumah sakit lain yang memiliki alat PCI dalam waktu kurang dari 30 menit.
Apabila waktu untuk menerima PCI lebih dari 120 menit, maka pasien STEMI harus segera diberikan terapi fibrinolitik.
Dokter juga dapat menganjurkan prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG), yaitu operasi untuk membuat rute aliran darah baru.
Baca Juga: Serba-serbi Penyakit Jantung Lemah, Bisa Sebabkan Gagal Jantung Jika Tak Diobati
4. Pemberian Antiplatelet
Pasien yang menjalani PCI primer harus mendapatkan Dual Antiplatelet Therapy (DAPT).
DAPT merupakan kombinasi aspirin dan inhibitor P2Y12 disertai antikoagulan parenteral. Antiplatelet yang direkomendasikan, adalah:
Aspirin
Aspirin berfungsi untuk menghambat agregasi platelet melalui penghambatan thromboxane A2.
Pemberian aspirin salut non enterik secara oral (dikunyah) dengan dosis muatan 150-300 mg, diikuti dengan dosis pemeliharaan 75-150 mg/hari.
Dengan dosis yang sama, aspirin juga diberikan pada pasien STEMI yang tidak mendapatkan terapi reperfusi.
Inhibitor Reseptor P2Y12
Prasugrel dan Ticagrelor merupakan agen inhibitor reseptor P2Y12 yang memiliki onset yang lebih cepat serta outcome klinis yang lebih baik daripada Clopidogrel.
Akan tetapi, jika tidak tersedia, maka dokter dapat memberikan Clopidogrel.
5. Terapi Fibrinolitik
Jika pasien STEMI belum mendapatkan PCI lebih dari 120 menit, pemberian terapi reperfusi dengan fibrinolitik harus segera dilakukan.
Fibrinolitik harus diberikan dalam waktu kurang dari 10 menit sejak pasien didiagnosis STEMI.
Setelah itu pasien dipersiapkan untuk mendapatkan PCI.
Terapi fibrinolitik masih menjadi pilihan dalam waktu 12 jam sejak onset gejala pada pasien STEMI tanpa kontraindikasi dan tidak dapat melakukan PCI sesuai target waktu yang disarankan.
Namun, manfaat dan efektivitas fibrinolisis menurun seiring dengan meningkatnya waktu dari onset gejala.
Baca Juga: Selain Nyeri Dada, Ini Gejala Lain Serangan Jantung dan Cara Mengatasinya
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Foto: Orami Photo Stock
STEMI dapat menyebabkan komplikasi masalah kesehatan yang lebih parah lagi dan menyerang organ tubuh lain.
Melansir StatPearls Journal, berikut merupakan jenis komplikasi yang disebabkan oleh STEMI.
1. Gagal Jantung
Dalam fase akut dan subakut setelah STEMI, seringkali terjadi komplikasi berupa disfungsi miokardium.
Komplikasi akut yang dapat terjadi berupa:
- Kegagalan pompa dengan remodeling patologis
- Gejala klinis kegagalan jantung
- Gagal jantung kronik
2. Hipotensi
Hipotensi akibat komplikasi STEMI ditandai dengan tekanan darah sistolik yang turun dan menetap di bawah 90 mmHg.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh:
- Gagal jantung
- Hipovolemia
- Gangguan irama jantung
- Komplikasi mekanis
3. Kongesti Paru
Kongesti paru akibat komplikasi STEMI ditandai dengan beberapa hal, seperti:
- Ronki basah di segmen basal
- Menurunnya saturasi oksigen arterial
- Kongesti paru pada rontgen dada dan perbaikan klinis terhadap diuretik
Baca Juga: Serangan Jantung Terjadi Setelah Berolahraga, Benarkah Keduanya Berhubungan?
Itulah Moms informasi seputar STEMI yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Kenali gejalanya serta jangan lupa lakukan check up rutin ya, Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532281/
- https://www.ecgmedicaltraining.com/what-is-a-stemi/
- https://www.heart.org/idc/groups/heart-public/%40wcm/%40mwa/documents/downloadable/ucm_467056.pdf
- https://www.healio.com/cardiology/learn-the-heart/cardiology-review/topic-reviews/coronary-artery-disease-stemi
- https://www.verywellhealth.com/stemi-st-segment-elevation-myocardial-infarction-1746032
- https://www.nhs.uk/conditions/heart-attack/diagnosis/
- https://www.piedmont.org/living-better/why-stemi-heart-attacks-are-so-deadly
- https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04660474
- https://www.health.state.mn.us/diseases/cardiovascular/stemi/index.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.