
Tantrum merupakan hal yang sering kita temui pada anak-anak. Tantrum pada anak ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi.
Tetapi daripada melihatnya sebagai bencana, Moms dan Dads bisa memperlakukan amukan ini sebagai kesempatan untuk mengajari anak hal yang benar.
Amukan kemarahan bisa terjadi dari merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas.
Hal ini sama-sama umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dan biasanya terjadi antara rentang usia 1 hingga 3 tahun.
“Tantrum bukanlah suatu penyakit namun sebuah gangguan yang memerlukan penanganan khusus,” terang dr. Robert Soetandio, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Tantrum adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosional.
Biasanya tantrum terjadi pada usia 1,5-2 tahun dan sebaiknya sudah hilang pada usia 4-5 tahun.
Anak dengan usia 1,5-2 tahun memiliki kendala bahasa yang belum lancar, sehingga anak belum bisa mengenali emosi yang dirasakannya.
Beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lain jarang mengalaminya.
Namun, perlu diingat bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi.
Menurut dr. Robert, tantrum juga ditandai dengan sikap keras kepala, menangis keras, marah-marah, dan sulit menenangkan diri. Hal ini umum terjadi pada anak.
Kejadian tantrum pada anak disinyalir erat kaitannya dengan cara berkomunikasi anak tersebut.
Baca Juga: Anak Rewel dan Panas, Apakah Ini Tanda-tanda Tifus atau Demam?
Foto: Tantrum pada Anak (todaysparent.com)
Tantrum pada anak usia 1-3 tahun adalah hal yang biasa terjadi. Ini karena keterampilan sosial dan emosional anak-anak baru mulai berkembang pada usia ini.
Anak-anak sering kali tidak memiliki kata-kata untuk mengekspresikan emosi yang besar.
Mereka mungkin sedang menguji kemandirian mereka, dan menemukan bahwa cara mereka berperilaku dapat memengaruhi cara orang lain berperilaku.
Jadi tantrum pada anak adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.
Anak-anak yang lebih besar juga bisa mengamuk. Ini bisa jadi karena mereka belum mempelajari cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.
Untuk balita dan anak yang lebih besar, ada beberapa hal yang dapat membuat tantrum pada anak adalah:
Baca Juga: Do’s and Don’t’s Menghadapi Anak Aktif dan Emosional
Foto: Anak Sedang Tantrum (Orami Photo Stock)
Ada beberapa jenis tantrum pada anak. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak di bawah ini ya Moms.
Tantrum pada anak ini muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi dengan baik. Tidak semua anak mengalami tantrum ini.
Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan atas keinginannya.
Cara untuk mengatasi tantrum jenis ini adalah dengan menenangkan Si Kecil.
Moms dapat membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan ia untuk melakukan apa yang ia mau untuk bisa meluapkan emosinya.
Penting untuk diingat, emosi Moms juga harus tetap terjaga, dan jangan ikutan tantrum, ya.
Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima, tentu dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak.
Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan.
Jika dengan cara ini anak masih mengalami tantrum, cara terbaik mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya.
Moms bisa mengajak Si Kecil untuk melakukan kegiatan lain yang menyenangkan.
Jika masih kesulitan mengatasinya, bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog anak dan remaja.
Baca Juga: Balita Mengamuk? Ketahui Perbedaan Tantrum dan Sensory Meltdown
Dalam jurnal Temper Tantrums, jenis tantrum pada anak ini adalah episode singkat dari perilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan terkadang agresif sebagai respons terhadap frustrasi atau kemarahan.
Kondisi tantrum ini terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik.
Anak berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini, akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.
Faktor lain yang juga memengaruhi antara lain kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.
Cara untuk mengatasi tantrum frustasi adalah dengan dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Lalu, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan.
Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang ia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik.
Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orang tua atau orang lain yang telah dikenalnya.
Sesekali memberikan pujian kepada anak jika ia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta pertolongan, berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.
Moms harus memberikan disiplin dan konsistensi kepada anak, dibutuhkan sikap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum.
Kebanyakan orang tua tidak tega lalu memberi yang diinginkan anak atau orang tua marah melihat perilaku anak.
Hal itu akan memperparah tantrum, sebab anak akan berpikir perilakunya efektif untuk meminta sesuatu.
Bagi orang tua yang tidak dapat merawat anaknya sendiri dan menggunakan jasa pengasuh anak, pendidikan anak tetaplah berpusat pada orang tuanya.
Kendati orang tua sibuk bekerja namun perkembangan anak harus tetap diketahui.
Latih para pengasuh untuk bisa menangani anak dengan cara yang sama dengan orang tua mendidiknya. Jangan sampai orang tuanya konsisten, pengasuhnya tidak konsisten.
Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan. Namun, peran orang tua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak.
Ketika menenangkan anak, sebaiknya orang tua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai.
Orang tua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak. Hindari sikap marah saat anak kita tantrum.
Baca Juga: 5 Penyebab Masalah Perilaku Pada Anak
Foto: Ilustrasi Menenangkan Anak Tantrum (Orami Photo Stock)
Mungkin tidak ada cara yang cepat dan mudah untuk mencegah amukan anak, tetapi ada banyak hal yang dapat Moms lakukan untuk mendorong perilaku yang baik bahkan pada anak-anak yang masih kecil sekalipun.
Tips mengatasi tantrum pada anak yang bisa Moms lakukan adalah:
Tetapkan rutinitas harian agar anak Moms tahu apa yang diharapkan. Patuhi rutinitas sebanyak mungkin, termasuk waktu tidur siang dan waktu tidur.
Tetapkan batasan yang masuk akal dan ikuti secara konsisten.
Lakukan tugas saat anak tidak lapar atau lelah. Jika Moms ingin, bisa kemasi mainan kecil atau makanan ringan untuk anak.
Anak kecil memahami lebih banyak kata daripada yang bisa mereka ungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, ajarkan dia bahasa isyarat untuk kata-kata seperti "Saya ingin", "lebih", "minum", "sakit hati", dan "lelah".
Seiring bertambahnya usia anak, bantu dia mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.
Hindari mengatakan "tidak" ke anak.
Untuk memberi anak rasa kendali, biarkan dia membuat pilihan. "Apakah kamu ingin memakai baju merah atau baju biru?" "Apakah kamu ingin makan stroberi atau pisang?"
Berikan perhatian ekstra saat anak berperilaku baik. Peluk anak atau beri tahu anak betapa bangganya kita ketika dia membagikan atau mengikuti arahan.
Jangan berikan anak mainan yang terlalu canggih untuknya.
Jika anak meminta mainan atau camilan saat berbelanja, cobalah untuk menghindari area yang memiliki godaan ini.
Baca Juga: Penyebab Anak Tantrum Pulang Sekolah dan Cara Mengatasinya
Foto: Anak Sedang Tantrum (psychologytoday.com)
Meskipun tantrum pada anak terkadang terjadi tanpa peringatan, orang tua sejatinya sudah tahu kapan anak mereka mengalami temper tantrum.
Mengetahui kapan anak akan mengalami hal ini dan tahu bagaimana mencegah temper tantrum bisa sangat membantu.
Misalnya, karena kita tidak akan membiarkan anak menjadi terlalu lelah karena tantrum atau lapar karenanya.
Mengutip dari Stanford’s Children Health, beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah tantrum pada anak, seperti:
Baca Juga: 5 Kesalahan yang Harus Dihindari Orang Tua Saat Menenangkan Balita Tantrum
Foto: Anak Sedang Tantrum (Orami Photo Stock)
Dikutip dari KidsHealth, menghadapi tantrum pada anak tidak boleh dengan emosi lho Moms.
Tetap tenang saat menanggapi tantrum pada anak adalah kunci. Jangan memperumit masalah dengan rasa frustrasi atau amarah Moms sendiri.
Ingatkan diri Moms bahwa tugas Moms adalah membantu anak belajar tenang. Jadi Moms juga harus tenang.
Tantrum harus ditangani secara berbeda tergantung pada mengapa anak marah.
Terkadang, Moms mungkin perlu memberikan penghiburan.
Jika anak lelah atau lapar, inilah waktunya untuk tidur siang atau makan camilan. Di lain waktu, sebaiknya abaikan ledakan atau alihkan perhatian anak dengan aktivitas baru.
Jika tantrum pada anak terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya.
Jika amukan terjadi setelah anak ditolak, tetaplah tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain bersama anak.
Jika tantrum terjadi setelah anak disuruh melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan, sebaiknya abaikan amukan tersebut.
Tetapi pastikan Moms melanjutkan dengan meminta anak menyelesaikan tugas setelah dia tenang.
Anak-anak yang berada dalam bahaya melukai diri sendiri atau orang lain selama tantrum harus dibawa ke tempat yang tenang dan aman untuk menenangkan diri.
Ini juga berlaku untuk amukan di tempat umum.
Jika ada masalah keamanan dan balita mengulangi perilaku terlarang tersebut setelah disuruh berhenti, gunakan waktu istirahat atau pegang anak dengan kuat selama beberapa menit.
Bersikaplah konsisten. Jangan menyerah pada masalah keamanan.
Anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih tua lebih cenderung menggunakan tantrum untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan jika mereka mengetahui bahwa perilaku ini berhasil.
Untuk anak-anak usia sekolah, pantas untuk mengirim mereka ke kamar mereka untuk menenangkan diri sambil tidak terlalu memperhatikan perilakunya.
Daripada menetapkan batas waktu, beri tahu anak untuk tetap berada di kamar sampai dia mendapatkan kembali kendali.
Ini membuat anak-anak mengerti bahwa kondisinya dapat memengaruhi hasil dengan tindakan mereka sendiri, dan dengan demikian mendapatkan rasa kendali yang hilang selama amukan.
Tetapi jika waktu istirahat itu untuk mengamuk ditambah perilaku negatif (seperti memukul), tetapkan batas waktu.
Jangan menghargai tantrum pada anak dengan mengalah. Ini hanya akan membuktikan kepada Si Kecil bahwa tantrum itu efektif.
Baca Juga: Jangan Ikut Marah Moms! Ini Yang Harus Dilakukan Ketika Anak Tantrum Di Depan Umum
Puji anak karena mendapatkan kembali kendali, misalnya, "Ibu suka cara kamu menenangkan diri."
Anak-anak mungkin sangat rentan setelah mengamuk ketika mereka tahu bahwa mereka kurang menggemaskan.
Ketika anak sudah tenang, ini adalah waktu untuk pelukan dan kepastian bahwa anak dicintai, apa pun yang terjadi.
Pastikan anak cukup tidur. Dengan terlalu sedikit tidur, anak-anak bisa menjadi hiper, tidak menyenangkan, dan berperilaku ekstrem.
Tidur yang cukup dapat mengurangi amukan secara dramatis.
Cari tahu berapa lama waktu tidur yang dibutuhkan pada usia anak.
Sebagian besar kebutuhan tidur anak berada dalam rentang jam tertentu berdasarkan usia mereka, tetapi setiap anak memiliki kebutuhan tidurnya sendiri.
Baca Juga: 7 Makanan yang Bisa Redakan Tantrum Balita, Moms Mau Coba?
Foto: Anak Menangis di Depan Ibu (lakesidepsychology.com.au)
Dikutip dari Nct.org.uk, jika Moms sangat mengkhawatirkan perilaku tantrum pada anak, bicarakan dengan praktisi kesehatan atau dokter. Bicarakan juga dengan dokter jika:
Jadi Moms jangan khawatir jika terjadi tantrum pada anak, karena hal ini merupakan masalah yang wajar.
Seiring anak beranjak semakin dewasa, hal ini akan perlahan berkurang, namun tidak hilang.
Karena temper tantrum bahkan bisa terjadi pada orang dewasa.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.