21 September 2023

10 Dampak Psikologis Anak Broken Home, Tak Hanya Kesepian!

Sangat mungkin mereka tumbuh menjadi orang yang butuh perhatian lebih
10 Dampak Psikologis Anak Broken Home, Tak Hanya Kesepian!

Anak broken home sangat sulit untuk merasakan kebahagiaan seperti orang lain seusianya.

Memang, ada kalanya, rumah tangga tidak bisa dipertahankan sehingga berujung pada perpisahan.

Saat orang tua berpisah, anak adalah salah satu yang menjadi korbannya.

Anak broken home biasanya memiliki sifat agak berbeda dari yang lain, khususnya jika dibandingkan dengan orang yang memiliki keluarga utuh.

Penelitian di The Linacre Quarterly menyebut, perceraian atau perpisahan orang tua dapat berimbas pada anak-anak, kehidupan keluarga, ekonomi dan juga masyarakat.

Namun, tidak semua anak broken home akan merasakan hal negatif.

Sebab, pada beberapa kasus, anak dari orang tua yang bercerai juga dapat tumbuh seperti seseorang dari keluarga yang utuh.

Baca Juga: 10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya

Dampak Perceraian Terhadap Emosional Anak

Anak Broken Home
Foto: Anak Broken Home (Orami Photo Stocks)

Tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh bisa menjadi pengalaman yang sulit.

Apalagi jika dialami oleh anak yang usianya masih sangat muda.

Anak broken home biasanya menghadapi tantangan yang tidak biasa.

Mulai dari kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya karena telah berpisah, bahkan kesulitan ekonomi.

Hidup di bawah tekanan emosional di usia muda dapat menghancurkan kesehatan mental mereka.

Melansir Time of India, akan sangat sulit menanamkan perasaan cinta dan perhatian di dalam anak broken home.

Dalam penelitian di Indian Journal of Psychological Medicine menyebutkan, adanya hubungan yang erat antara perpisahan (orang tua) dengan gangguan depresi.

Hal ini biasanya disebabkan oleh alasan sosial dan ekonomi yang tidak terpenuhi.

Tak heran, beberapa anak dengan kondisi keluarga tidak utuh sangat mengalami masalah kesehatan mental.

Baca Juga: 18 Dongeng Anak Paling Populer, Yuk Bacakan Kisahnya Sebagai Cerita Pengantar Tidur untuk Si Kecil!

Perubahan Psikologis Anak Broken Home

Dampak Broken Home
Foto: Dampak Broken Home (Altabehavioralhealthcare.org)

Percaya atau tidak, perasaan anak broken home berbeda dari kebanyakan orang lain seusianya.

Hal ini karena mereka sudah menghadapi berbagai masalah yang sangat berat di rumah.

Belum lagi adanya kekerasan dalam rumah tangga, yang terkadang juga dihadapi oleh anak-anak broken home.

Beberapa bentuk perasaan dan dampak psikologis pada anak broken home bisa berakibat pada munculnya sifat-sifat berikut:

1. Sangat Sensitif

Anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh biasanya lebih sensitif dalam menghadapi sesuatu di dalam keluarga.

Hal ini karena mereka sudah terlalu sering melihat pertengkaran, teriakan, dan kekerasan lain di rumah.

Hal ini tentu membuat perasaan mereka lebih sensitif.

Namun, anak-anak ini akan menutupi hal ini dan berusaha untuk menjadi kuat di depan orang lain.

2. Kesepian

Bayi Nangis
Foto: Bayi Nangis (Freepik.com/jcomp)

Anak yang tumbuh di keluarga broken home biasanya lebih suka berada di luar rumah.

Mereka menganggap berada di luar rumah lebih nyaman dibandingkan suasana rumah yang selalu tegang.

Tak sedikit dari mereka akan mengulur-ulur waktu untuk kembali ke rumah saat sedang bersama teman-temannya.

Melarikan diri dari rumah dan menemui orang terdekat merupakan salah satu cara anak dengan keluarga tidak utuh untuk mencari kesenangan.

Mereka mencari hiburan di tengah kesepian yang selalu mereka rasakan selama berada di rumah.

3. Mudah Rapuh

Anak broken home sudah terlalu sering merasakan sakit dan terluka.

Tak heran, kalau kebanyakan dari mereka lebih mudah menyayangi orang lain.

Hal ini karena mereka tidak mau ada orang lain mengalami kejadian yang sama dengan mereka.

Saat ada orang terluka, anak dengan keluarga tidak utuh akan lebih berempati.

Mereka juga tak segan untuk memahami keadaan dari orang terdekat saat mengalami sebuah musibah.

Hal ini karena jauh di dalam lubuk hati anak broken home memiliki perasaan yang sangat rapuh.

Baca Juga: 12 Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu, Seru dan Mendidik!

4. Haus Akan Kasih Sayang

Kasih Sayang Ibu
Foto: Kasih Sayang Ibu (Orami Photo Stock)

Ketika tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis, seseorang mungkin dapat lebih memahami perasaan ingin dicintai.

Hal itu merupakan sesuatu yang akan selalu diinginkan oleh anak broken home, bahkan hingga mereka tumbuh dewasa.

Jadi Moms jangan heran kalau mereka cenderung memiliki hati yang besar untuk orang lain.

Namun, mereka juga akan berharap mendapatkan balasan yang sama.

Meskipun tidak menerima cinta yang sama dari orang lain, anak-anak ini biasanya akan tetap berusaha untuk memberikan cinta yang tulus.

Karena mereka sangat memahami bagaimana rasanya tidak mendapatkan cinta sejati.

5. Kesulitan Meluapkan Emosi

Banyak orang secara tidak sengaja akan memendam emosinya.

Anak broken home cenderung menjaga emosi karena ketakutan yang dimiliki.

Anak dengan kondisi ini sengaja melakukan itu karena takut bahwa emosi yang kami miliki akan digunakan untuk melawan mereka di kemudian hari.

Sesulit apapun masalah yang dirasakan, anak broken home akan tetap diam dan tenang.

Karena mereka kesulitan untuk mengekspresikan emosi. Mereka berpikir, apa pun yang mereka lakukan salah.

Perasaan ini tentu tidak bisa diabaikan karena kesulitan meluapkan emosi bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit mental seperti serangan panik atau kecemasan.


6. Sangat Berhati-hati dalam Pergaulan

Remaja
Foto: Remaja (Freepik.com/cookie_studio)

Ketika Moms tumbuh di lingkungan toxic, seperti keluarga yang tidak harmonis akan mempermudah dalam pergaulan.

Karena Moms akan dengan mudah membedakan seseorang yang toxic dan menjadi ancaman dalam pergaulan.

Saat tumbuh di keluarga yang toxic membuat Moms tidak ingin mendapatkan lingkungan toxic di luar rumah.

Selain itu, Moms juga tidak ingin menghidupkan lagi rasa sakit yang sudah dirasakan di rumah.

Jadi, jangan heran kalau kebanyakan anak broken home suka menyendiri.

Hal ini tidak selalu karena mereka kesepian, tetapi mereka lebih berhati-hati dalam bergaul dengan orang luar.

Mereka juga sangat sensitif dalam menilai orang.

Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Anak Nakal dan Manja, Jangan Langsung Dimarahi!

7. Overprotective

Anak dari keluarga yang tidak utuh biasanya akan overprotective terhadap semua anggota keluarganya.

Moms yang tumbuh di keluarga broken home biasanya akan melindungi kakak, adik atau bahkan orang tua (ayah atau ibu) dari kekerasan fisik atau mental.

Anak dari keluarga yang tidak harmonis akan bertindak sebagai seorang pelindung, meskipun di usia muda.

Sifat ini akan terus tumbuh hingga mereka dewasa. Sifat ini sangat normal karena mereka ingin melindungi sesuatu yang berharga bagi hidup mereka.

Perasaan anak broken home yang suka melindungi terkadang terbawa hingga ke pergaulan.

Mereka biasanya tidak segan melindungi pasangan atau sahabatnya saat menghadapi gangguan dari luar.

8. Ingin Mendapat Perhatian Lebih

Dampak Perceraian
Foto: Dampak Perceraian (Parenting.com)

Perasaan ingin selalu diperhatikan menjadi sifat utama seorang anak yang tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

Bukan tanpa sebab, hal ini karena mereka tidak mendapat banyak perhatian di rumah.

Apalagi, kalau mereka tumbuh dengan orang tua tunggal yang super sibuk.

Jadi, jangan heran kalau banyak anak broken home yang sering merundung orang lain.

Biasanya, mereka melakukan ini hanya karena ingin mendapat perhatian dari orang lain.

Sayangnya, perasaan ingin selalu mendapat perhatian ini terkadang membuat anak broken home mendapat masalah.

Apalagi kalau mereka sampai merundung orang lain atau melakukan hal yang tidak baik.

9. Lebih Suka Menghindar saat Menghadapi Masalah

Karena terlalu sering menghadapi masalah di rumah, anak broken home lebih memilih untuk menghindar.

Selain keluar rumah, mereka biasanya akan melakukan suatu hal yang membuat mereka melupakan keadaan rumah yang toxic.

Perasaan ini sepertinya hampir dimiliki oleh semua anak broken home.

Mereka akan memilih untuk melakukan hal lain dibandingkan mendengarkan pertengkaran orang tua mereka.

Perasaan ingin menghindari masalah terkadang membuat anak broken home memiliki hobi yang dapat membawa mereka meraih prestasi.

Sayangnya, tidak sedikit anak broken home akan menghindar dan mencari pelarian ke hal-hal negatif.

10. Ambisius

Anak Ambisius
Foto: Anak Ambisius (Orami Photo Stocks)

Sifat ambisius biasanya juga dimiliki oleh anak broken home.

Sifat ini timbul karena mereka merasa marah dengan lingkungan mereka.

Perasaan ini biasanya dapat menuntun anak broken home ke hal yang positif.

Perasaan marah ini bisa membuat mereka berambisi dalam meraih impian.

Mereka ingin membuktikan kepada semua orang, bahwa mereka juga bisa sukses walaupun tumbuh di keluarga broken home.

Anak broken home yang sudah sukses biasanya akan menjadi kebanggaan bagi orang tua mereka.

Selain itu, anak broken home juga lebih mandiri dibandingkan dengan orang lain.

Karena mereka memang ingin menunjukan, bahwa mereka bisa sukses tanpa bantuan orang tua atau anggota keluarga lainnya.

Baca Juga: 17 Fakta Anak Kedua, Ambisius dan Bisa Belajar dengan Cepat!


Cara Memahami Perasaan Anak Broken Home

Anak-anak
Foto: Anak-anak (Un.org)

Menghadapi anak broken home memang tidak mudah. Moms perlu melakukan beberapa pendekatan, khususnya di sisi mental.

Anak yang berasal dari keluarga broken home memiliki trauma emosional, dan hal ini dapat terus berlanjut hingga mereka dewasa.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghadapi dan memahami anak broken home:

1. Berkomunikasi dan Luapkan Perasaan

Komunikasi merupakan kunci utama dalam menghadapi anak broken home.

Mulailah mengajak mereka berbicara dengan tenang dan layaknya seorang teman.

Komunikasi dengan anak adalah bagian terpenting dari hubungan orang tua dan anak.

Ekspresikan perasaan Moms kepada mereka. Namun, pastikan agar tidak terdengar agresif, ya.

"Biarkan mereka mengungkapkan perasaan kepada orang tua. Yakinkan pula bahwa orang tua memahaminya," jelas Varsha Patkar, Psikolog Klinis dan Konselor di Mumbai, India.

2. Hindari Asumsi Berlebihan

Selain itu, jangan pernah memberikan penilaian berlebihan kepada anak yang berasal dari keluarga broken home.

Hal ini karena anak broken home sangatlah sensitif dan mudah tersinggung.

Pastikan jangan membahas mengenai sesuatu yang dapat membangkitkan trauma mereka ya, Moms.

Alihlah pembicaraan mengenai masa lalu yang membuatnya mengingat kembali dan merasakan pergolakan emosional.

Lebih baik bicarakan mengenai rencana anak ke depannya apa yang ingin dilakukan untuk membuatnya bahagia.

3. Menunjukkan Rasa Cinta

Salah satu hal terbaik yang bisa orang tua tunjukkan pada anak adalah rasa cinta.

Satu-satunya hal yang dibutuhkan anak-anak dari orang tuanya adalah rasa cinta yang ditujukan pada mereka.

"Terlepas dari segala sesuatu yang terjadi di sekitar dan ketidakhadiran fisik salah satu orang tua tidak akan mengurangi cinta yang mereka dapatkan," ungkap Varsha.

Selalu hujani anak dengan ungkapan atau tindakan yang menunjukkan rasa cinta dari kedua orang tua.

Misalnya, dengan mengajak mereka berjalan-jalan, membaca buku bersama, atau kegiatan yang dilakukan bersama-sama lainnya.

Baca Juga: Jangan Terbawa Emosi, Ini 11 Cara Menenangkan Anak Rewel

4. Curhat dengan Teman Terdekat

Mungkin sulit untuk membicarakan hal-hal ini, dan mungkin Si Kecil tidak ingin membicarakan perceraian orang tua dengan semua temannya.

Namun, curhat kepada teman terdekat bisa menjadi cara yang sangat sehat untuk menghadapi dan melampiaskan emosi.

Hal ini membuat anak lebih sehat dan bahagia, serta menghindari dampak dari memendam emosi.

Biarkan anak menemukan sahabat atau teman dekatnya untuk dijadikan teman curhat.

5. Konsultasi dengan Psikolog

Mungkin terasa aneh untuk berbicara dengan psikolog atau konselor profesional pada awalnya.

Namun, akan sangat membantu jika ada seseorang yang mendengarkan anak dan membicarakannya selama ini.

Mereka akan memberikan tips atau wawasan untuk membantu anak mengelola emosi.

Salah satu yang terpenting adalah para psikolog menyediakan tempat yang aman untuk membicarakan perasaan seorang anak broken home.

Baca Juga: Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Mari Kenali Sebelum Konseling!

Demikian penjelasan mengenai perasaan anak broken home dan cara memahaminya.

Jangan sampai hal ini terjadi pada Si Kecil, ya, Moms!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5559994/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4240051/
  • https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/relationships/parenting/a-childs-worst-nightmare-to-be-brought-up-in-a-broken-home/articleshow/55292726.cms

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb