02 Mei 2023

Mengenal Penyakit Usus Buntu, Bisa Sembuh Tanpa Operasi?

Moms tidak harus melalui operasi, lho!
Mengenal Penyakit Usus Buntu, Bisa Sembuh Tanpa Operasi?

Waspadalah jika merasakan nyeri pada perut bagian kiri bawah. Bisa jadi itu penyakit usus buntu, Moms!

Usus buntu terjadi karena adanya penyumbatan hingga menyebabkan infeksi di dalam rongga usus.

Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan lendir, parasit, hingga feses.

Ketika kondisi ini terjadi, bakteri berkembang biak dengan cepat. Hal ini bisa membuat usus buntu bengkak, meradang, dan bernanah.

Umumnya, pasien dengan radang usus buntu perlu melakukan tindakan operasi agar keluhan bisa teratasi.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan, beberapa kasus penyakit usus buntu bisa sembuh tanpa operasi.

Dalam kasus yang tidak rumit, pasien usus buntu bisa sembuh hanya dengan mengonsumsi antibiotik.

Penasaran? Yuk, cari tahu selengkapnya tentang penyakit usus buntu, Moms!

Baca Juga: Nyeri Perut Mendadak, Bisa Jadi Gejala Usus Buntu

Apa Itu Penyakit Usus Buntu?

Ilustrasi Penyakit Usus Buntu
Foto: Ilustrasi Penyakit Usus Buntu (Orami Photo Stock)

Memiliki penyakit usus buntu tentu bukan sebuah hal yang nyaman.

Ketika mengalami hal ini, penderita bisa merasakan sakit yang amat sangat di area perut kanan bagian bawah.

Namun, apa sebenarnya usus buntu?

Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr. Adianto Nugroho, Sp.B.SubBDig, angkat bicara.

Menurutnya, usus buntu adalah organ berbentuk tabung yang panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di caecum (bagian awal usus besar di perut sisi kanan).

Organ tersebut dapat meradang akibat satu dan lain hal.

Peradangan usus buntu umumnya terjadi pada anak yang beranjak dewasa hingga dewasa muda. Kondisi ini jarang dijumpai pada bayi dan lansia.

Sementara itu, ada pula yang disebut dengan usus buntu kronis.

Sebenarnya, istilah yang lebih tepat adalah apendisitis rekuren, yaitu satu atau lebih episode apendisitis akut.

Keluhan tersebut biasanya berlangsung 24-48 jam, dan menghilang dengan sendirinya.

Baca Juga: Benarkah Kopi Memicu Maag? Ini 7 Cara Minum Kopi Agar Tidak Sakit Perut

Gejala dan Ciri-Ciri Penyakit Usus Buntu

Ilustrasi Usus Buntu
Foto: Ilustrasi Usus Buntu (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berdasarkan dr. Adianto, gejala penyakit usus buntu adalah nyeri perut di sisi kanan bawah.

Keluhan ini umumnya diawali dengan rasa tidak enak di perut bagian tengah atas.

Gejala tersebut juga bisa disertai demam dan tekstur BAB cair.

Nyeri di perut semakin terasa jika berjalan atau kaki ditekuk.

Fakta tersebut senada dengan penjelasan dr. Sugiharto Purnomo, Sp.B.SubBDig Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif RS Pondok Indah – Puri Indah.

"Gejala utama yang dirasakan penderita apendisitis adalah nyeri pada perut bagian kanan bawah," kata dr. Sugiharto.

"Gejala biasanya diawali dengan nyeri perut yang tidak spesifik di daerah pusar dan akan berpindah ke kanan bawah dalam beberapa jam," sambungnya.

Selain gejala klasik, ada pula keluhan lain yang bisa terjadi akibat radang usus buntu, yaitu:

Nyeri radang usus buntu bisa dimulai sebagai kram yang ringan.

Kram ini akan menjadi lebih sering terasa dan semakin parah dari waktu ke waktu.

Keluhan mungkin dimulai di perut bagian atas atau area pusar, sebelum pindah ke kuadran kanan bawah perut.

Jika Moms mengalami konstipasi dan menduga bahwa mungkin menderita radang usus buntu, hindari minum obat pencahar atau penggunaan enema.

Pasalnya, tindakan tersebut dapat menyebabkan usus buntu pecah.

Hubungi dokter jika Moms mengalami nyeri seperti tertekan di sisi kanan perut bersamaan dengan gejala radang usus buntu lainnya.

Pada dasarnya, apendisitis dapat dengan cepat berubah ke keadaan darurat medis.

Sebab, jika penyakit usus buntu telat ditangani, nyeri bisa meluas ke area perut lainnya.

Belum lagi adanya risiko usus buntu pecah, khususnya jika kondisi tersebut terlambat ditangani.

"Ketika usus buntu sudah pecah, maka nyeri akan semakin meluas ke area lain di perut," ungkap dr. Sugiharto.

"Usus buntu pecah akan menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti sepsis atau infeksi yang masuk ke dalam pembuluh darah," lengkapnya.

Oleh karena itu, Moms sebaiknya mengenali gejala usus buntu dan segera periksa ke dokter sebelum keluhan bertambah parah.

Hal lain yang perlu Moms ketahui, gejala usus buntu pada anak umumnya tidak terlihat dengan jelas.

Hal tersebut karena anak-anak belum mampu menjelaskan rasa sakitnya.

"Oleh karena itu, pemeriksaan apendisitis pada anak harus dilakukan dengan lebih berhati-hati dan lebih agresif," tutur dr. Sugiharto.

"Gejala apendisitis yang ditemukan pada anak-anak biasanya adalah nyeri perut yang tidak spesifik disertai demam, konstipasi, dan perut kembung," sambungnya.

Letak Usus Buntu

Ilustrasi Perut
Foto: Ilustrasi Perut (Freepik.com/wayhomestudio)

Usus buntu umumnya terletak pada daerah kanan bawah perut dengan variasi retrocaecal (65%), post ileal (0,5%), pre ileal (1%), pelvic (32%), dan sub caecal (2%).

"Pada kelainan situs inversus, usus buntu bisa terletak di sebelah kiri dari perut," jelas dr. Sugiharto.

"Situs inversus adalah kondisi genetik di mana organ-organ yang ada di dalam dada dan perut memiliki posisi yang terbalik dari yang sewajarnya," tambahnya.

Baca Juga: 25 Makanan untuk Penderita Radang Usus Buntu dan Radang Usus Besar

Penyebab Usus Buntu

Ilustrasi Sakit Perut
Foto: Ilustrasi Sakit Perut (Pexels.com/Sora Shimazaki)

Dalam banyak kasus, penyebab pasti dari usus buntu tidak diketahui.

Para ahli percaya kondisi tersebut berkembang ketika bagian dari usus buntu terhalang atau tersumbat.

Banyak hal yang berpotensi menghalangi usus buntu kita, termasuk:

  • Penumpukan feses yang mengeras
  • Folikel limfoid membesar
  • Cacingan
  • Cedera traumatis
  • Tumor
  • Makanan yang tak dicerna dengan baik
  • Adanya sumbatan biji jambu, biji cabai, dan lain sebagainya

Menurut dr. Adianto, sumbatan tersebut akan membuat aliran mukus tidak dapat keluar ke usus besar.

Lama kelamaan akan membuat usus buntu menjadi bengkak dan menimbulkan perkembangbiakan kuman.

Ketika kuman sudah berkembang biak dalam usus, hal ini bisa menjadi masalah yang serius, Moms!

Pasalnya, akibat dari penyumbatan tersebut dapat menyebabkan pembentukan nanah dan pembengkakan, yang dapat menyebabkan tekanan yang menyakitkan di perut kita.

Kondisi lain juga bisa menyebabkan sakit perut yang tak tertahankan.

Baca Juga: Mengenal Tes Urine HCG dalam Kehamilan dan Risikonya

Diagnosis Usus Buntu

Ilustrasi Urin
Foto: Ilustrasi Urin (Orami Photo Stock)

Cara mendiagnosis usus buntu biasanya bisa dimulai ketika dokter menanyakan gejala yang dimiliki serta melakukan pemeriksaan fisik pada pasien.

Pemeriksaan yang dilakukan dokter tersebut memiliki tujuan untuk menilai rasa nyeri dengan menekan area yang sakit.

Biasanya, ketika seseorang mengalami usus buntu, rasa nyeri akan semakin kuat dirasakan saat tekanan dilepas dengan cepat.

Ada beberapa tes yang bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis dokter. Tes tersebut adalah

  • Tes urine. Tes ini bisa menghapus kemungkinan adanya penyakit lain seperti infeksi saluran kemih atau penyakit batu ginjal.
  • Tes kehamilan. Rasa sakit yang dirasakan bisa terjadi karena kehamilan ektopik. Tes ini berguna untuk memastikan kemungkinan terjadinya hal tersebut.
  • Tes darah. Tes darah diperlukan untuk memeriksakan jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi.
  • CT scan atau USG. CT scan atau USG dibutuhkan untuk memberi kepastian rasa sakit pada perut disebabkan oleh penyakit usus buntu.
  • Foto rontgen dada. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan nyeri tak disebabkan oleh pneumonia sebelah kanan yang gejalanya mirip dengan radang usus buntu.

Baca Juga: Sakit Perut saat Hamil? Tenang, Ini Obat Sakit Perut untuk Ibu Hamil

Komplikasi Penyakit Usus Buntu

Ilustrasi Sakit Perut
Foto: Ilustrasi Sakit Perut (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jangan dianggap remeh ya, Moms! Penyakit usus buntu ternyata juga bisa menyebabkan komplikasi serius.

Komplikasi serius yang disebabkan oleh penyakit usus buntu adalah:

1. Adanya Kantung Nanah di Perut

Ketika usus buntu pecah, hal ini mungkin akan membentuk kantung infeksi atau abses.

Dalam kebanyakan kasus, seorang ahli bedah bisa mengalirkan abses dengan menempatkan tabung melalui dinding perut ke dalam abses.

Tabung tersebut pun akan dibiarkan di tempat selama sekitar 2 minggu. Sementara itu pengidap akan diberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

2. Pecahnya Apendiks

Apendiks yang pecah termasuk dari salah satu komplikasi yang dihasilkan oleh penyakit usus buntu.

Pecahnya apendiks pun bisa menyebabkan infeksi tersebar ke seluruh perut atau yang disebut dengan peritonitis.

Kondisi ini pun memiliki kemungkinan untuk mengancam jiwa.

Hal tersebut membuat proses operasi sangat dibutuhkan dengan segera untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut.

Baca Juga: Moms, Ketahui Prosedur hingga Biaya Operasi Usus Buntu

Cara Mengobati Usus Buntu

Ilustrasi Obat-Obatan
Foto: Ilustrasi Obat-Obatan (Pixabay.com)

Bergantung pada kondisi Moms, rencana perawatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengobati usus buntu bisa dilakukan dengan beberapa cara.

Mulai dari memberi obat hingga dioperasi.

1. Memberikan Antibiotik

Usus buntu bisa sembuh tanpa operasi dengan pemberian antibiotik.

Kasus usus buntu yang tidak rumit biasanya berarti usus buntu memang sudah bengkak tapi belum sampai pecah.

Jika tidak diobati, usus buntu yang meradang tentu dapat menjadi kasus yang rumit.

Para peneliti di Turku University Hospital yang berada di Finlandia membagi 530 orang dengan kasus radang usus buntu yang tidak berat ini menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama menerima perawatan antibiotik, sedangkan kelompok lainnya menjalani operasi.

Para peneliti mengikuti kedua kelompok tersebut selama satu tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 72 persen pasien yang menerima perawatan antibiotik tidak memerlukan pengangkatan usus buntu mereka.

“Studi ini memberi lebih banyak bukti bahwa terapi penggunaan antibiotik sebagai pengganti operasi mungkin menjadi pilihan bagi beberapa pasien dengan radang usus buntu,” ujar Matthew Kroh, MD, Direktur Bedah Endoskopi di Institut Penyakit dan Bedah Pencernaan Klinik Cleveland, Amerika Serikat.

Mengobati usus buntu dengan antibiotik memang semakin populer di kalangan dokter Eropa.

Menariknya, perawatan tersebut ternyata belum terlalu diterima sebagai standar perawatan rutin di Amerika Serikat.

Perawatan standar usus buntu di sana masih berupa operasi pengangkatan organ.

Dikutip dari Harvard Health Publishing, para peneliti Appendicitis Acuta (APPAC) menemukan bahwa 6 dari setiap 10 pasien yang awalnya diobati dengan antibiotik untuk radang usus buntu akut tanpa komplikasi tetap bebas penyakit pada lima tahun.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal, juga menemukan bahwa antibiotik mungkin merupakan pengobatan terbaik untuk radang usus buntu tanpa komplikasi.

Mereka kembali menyimpulkan bahwa pengobatan antibiotik saja tampaknya layak sebagai alternatif untuk radang usus buntu akut tanpa komplikasi.

Baca Juga: Usus Buntu pada Anak, Kapan Harus Dioperasi?

2. Operasi Usus Buntu

Pengobatan radang usus buntu akut adalah dengan operasi. Sebaiknya dilakukan segera sebelum ada tanda-tanda usus buntu pecah.

Usus buntu yang pecah akan mengeluarkan nanah yang akan menyebar ke seluruh bagian rongga perut dan menimbulkan infeksi berat.

Sementara pengobatan usus buntu kronik adalah juga dengan operasi untuk mencegah berulangnya usus buntu akut yang komplikasi.

Saat Moms bertemu dengan dokter, mereka akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan tentang gejala yang kita alami.

Mereka juga akan melakukan tes tertentu untuk membantu menentukan apakah Moms menderita usus buntu.

Jika dokter mendiagnosis Moms dengan radang usus buntu, mereka kemudian akan memutuskan apakah kita memerlukan pembedahan segera atau tidak.

Baca Juga: 21+ Penyebab Sakit Perut Sebelah Kanan, Jangan Dianggap Sepele ya!

Jika diperlukan, dokter bedah kemudian akan melakukan operasi untuk mengangkat usus buntu kita, yang disebut apendektomi.

Dokter bedah mungkin melakukan operasi open appendectomy atau laparoskopi apendektomi. Ini tergantung pada tingkat keparahan apendisitis Moms.

  • Open appendectomy, atau operasi usus buntu terbuka

Selama operasi usus buntu terbuka, ahli bedah akan membuat satu sayatan di sisi kanan bawah perut kita.

Mereka mengangkat usus buntu dan menutup luka dengan jahitan.

Prosedur ini memungkinkan dokter untuk membersihkan rongga perut jika usus buntu Moms pecah atau jika mengalami abses.

  • Laparoskopi apendektomi

Selama operasi usus buntu laparoskopi, ahli bedah akan membuat beberapa sayatan kecil di perut kita.

Mereka kemudian akan memasukkan laparoskop ke dalam sayatan. Laparoskop adalah tabung panjang dan tipis dengan lampu dan kamera di bagian depan.

Kamera akan menampilkan gambar di layar, memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam perut kita dan memandu instrumen.

Saat menemukan usus buntu, mereka akan mengikatnya dengan jahitan dan melepaskannya.

Mereka kemudian akan membersihkan, menutup, dan membalut sayatan kecil tersebut.

Baca Juga: Usus Buntu Pada Anak: Makanan yang Perlu Dihindari, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Setelah operasi, dokter akan meminta kita untuk tinggal di rumah sakit sampai rasa sakit yang dirasakan terkendali dan Moms dapat mengonsumsi cairan.

Jika Moms mengalami abses atau jika terjadi komplikasi, dokter mungkin ingin kita tetap minum antibiotik selama 1 atau 2 hari.

Penting untuk diingat bahwa meskipun masalah mungkin saja muncul, kebanyakan orang melakukan pemulihan penuh tanpa komplikasi.

3. Mengonsumsi Jahe

Jika sudah ada tanda-tanda mengalami usus buntu dengan gejala yang menyertainya, ada beberapa cara untuk mengurangi peradangan dan mengatasi rasa nyeri yang dialami.

Moms dapat mengonsumsi jahe dan bawang putih yang merupakan antiradang alami.

Perlu juga untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat agar meminimalisir terjadinya sembelit yang memicu radang usus buntu.

Nah, itu dia penejelasan lengkap mengenai usus buntu yang bisa diketahui.

Jangan anggap sepele penyakit ini, ya, Moms!

  • https://www.health.harvard.edu/blog/surgery-for-appendicitis-antibiotics-alone-may-be-enough-2019010915692
  • https://www.bmj.com/content/344/bmj.e2156

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb