09 November 2023

Perang Banjar: Penyebab, Kronologi, dan Akhir Perang

Belajar sejarah lengkap Perang Banjar, yuk!
Perang Banjar: Penyebab, Kronologi, dan Akhir Perang

Perang Banjar juga dikenal sebagai Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan Selatan, adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di Kerajaan Banjar.

Perang ini terjadi di wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan, pada tahun 1859 hingga 1905.

Kerajaan Banjar sendiri meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah, dan memiliki hasil alam seperti intan, emas, lada, rotan, dan damar.

Perang Banjar merupakan perang yang sengit antara rakyat Kerajaan Banjar dan Pemerintah Kolonial Belanda.

Bagi rakyat yang berjuang saat itu, perang ini merupakan peperangan memperjuangkan kemerdekaan, menjunjung agama yang suci, dan mempertahankan tanah Banyu Banjar.

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

Penyebab Perang Banjar

Ilustrasi Perang Banjar
Foto: Ilustrasi Perang Banjar (Jejakrekam.com)

Perang Banjar berlangsung selama hampir setengah abad, menjadikannya perang terlama yang tercatat di Nusantara.

Periode perlawanan ini dapat dibagi menjadi dua fase utama: fase ofensif yang berlangsung dalam waktu relatif pendek dari tahun 1859 hingga 1863, dan fase defensif yang melibatkan perjuangan yang berlarut-larut dari tahun 1863 hingga 1905.

Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab Perang Banjar meliputi:

1. Penyempitan Wilayah Kerajaan Banjar

Pada tahun 1817, Kerajaan Banjar terpaksa menjalin perjanjian dengan Belanda yang mengakibatkan Sultan Sulaiman harus menyerahkan sebagian wilayah Banjar kepada Belanda.

Kemudian, berdasarkan perjanjian lain pada tahun 1826, wilayah yang dikuasai oleh Sultan Sulaiman mencakup hulu sungai, Martapura, dan Banjarmasin.

Penyempitan wilayah kekuasaan ini berdampak signifikan pada kondisi politik, sosial, dan ekonomi di Kerajaan Banjar pada saat itu.

2. Pengaruh Belanda

Upaya awal Belanda untuk menguasai Kerajaan Banjar melibatkan penandatanganan perjanjian dengan Sultan Sulaiman pada tahun 1817.

Masuknya pengaruh Belanda ini juga memiliki dampak besar pada dinamika politik, sosial, dan ekonomi di Kerajaan Banjar.

3. Perlawanan Rakyat Banjar

Rakyat Banjar memberontak terhadap penjajahan Belanda. Pangeran Hidayatullah II dan Pangeran Antasari memimpin perlawanan ini dengan menerapkan strategi perang gerilya.

Pada 25 April 1859, pasukan Pangeran Antasari menyerang kawasan tambang batu bara di wilayah Pengaron.

Serangan ini dilanjutkan dengan aksi dari orang-orang Muning yang dipimpin oleh Panembahan Aling dan putranya, Sultan Kuning.

Pasukan Muning berhasil membakar kawasan tambang dan pemukiman Belanda serta melancarkan serangan di perkebunan yang dimiliki oleh Belanda di Gunung Jabok, Kalangan, dan Bangkal.

Serangkaian kejadian ini menjadi pemicu utama meletusnya Perang Banjar.

Baca Juga: Perjanjian Roem Royen: Latar Belakang dan Isi Perjanjiannya

Asal Usul Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar yang juga dikenal sebagai Kesultanan Banjar, merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di Kalimantan Selatan.

Asal usul kerajaan ini berasal dari perpecahan dalam Kerajaan Negara Daha, yang pada masa itu mayoritas penduduknya menganut agama Hindu.

Pada akhir abad ke-15, Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Sukarama mengalami kekalahan.

Sebelum meninggal, Raja Sukarama menyarankan Raden Samudera sebagai penggantinya, yang merupakan cucu dari perkawinan putrinya Galuh Intan Sari dan Raden Manteri Jaya.

Raden Samudera, yang kemudian memeluk agama Islam, pergi ke Kerajaan Demak dan kembali ke Kerajaan Banjar dengan ribuan prajurit dan armada.

Kembalinya Raden Samudera ini menjadi awal berdirinya Kesultanan Banjar yang beragama Islam, dengan dia sebagai pendiri dan menjadi raja pertama yang bergelar Sultan Suriansyah.

Pada masa kejayaannya, Kesultanan Banjar berhasil menguasai sejumlah daerah di sekitarnya, termasuk Sukadana, Kotawaringin, Kahayan Hilir, Sambas, Kintap, Satui, Asam Asam, Swarangan, Lawai, dan Mendawai.

Selama berdirinya, pusat pemerintahan Kesultanan Banjar beberapa kali berpindah, dari Banjarmasin hingga Martapura.

Kesultanan Banjar juga memiliki pengaruh budaya yang kuat terhadap masyarakat Banjar, termasuk dalam hal agama, bahasa, seni, dan sistem sosial.

Namun, kehadiran Belanda di wilayah Kalimantan, bersama dengan konflik internal dan perang saudara, akhirnya menyebabkan runtuhnya Kesultanan Banjar pada tahun 1852.

Meskipun kerajaan ini runtuh, beberapa peninggalan sejarahnya masih dapat ditemukan hingga saat ini, termasuk Candi Agung di Amutai, Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Al-Karomah, Kitab Sabilal Mutadin, dan beberapa hidangan tradisional.

Baca Juga: Profil Prince Louis, Si Pewaris Tahta Kerajaan Inggris

Perang dipimpin oleh Pangeran Antasari dan melibatkan perlawanan di berbagai wilayah. Pada tanggal...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb