16 Agustus 2024

Upacara Ngaben, Tradisi Ritual Pembakaran Jenazah di Bali

Tidak boleh ada unsur kesedihan selama prosesi berlangsung

Ada beragam ritual pemakaman yang ada di Indonesia. Salah satunya berasal dari agama Hindu, yakni upacara Ngaben.

Tidak seperti upacara kematian lainnya, ada beberapa rangkaian unik yang wajib dilakukan keluarga saat melangsungkan Ngaben.

Salah satunya adalah tak boleh menunjukkan rasa sedih atau duka ketika prosesi sakral ini berlangsung.

Penasaran seperti apa rentetan acara pada ritual adat ini? Yuk, tengok bersama, Moms!

Baca Juga: Keunikan dan Sejarah Rumah Boyang, Rumah Adat Sulawesi Barat

Asal Usul Upacara Ngaben

Upacara Ngaben (indonesia.go.id)
Foto: Upacara Ngaben (indonesia.go.id)

Ngaben adalah ritual upacara kematian yang dilakukan di Bali.

Dinilai sebagai acara kebudayaan yang wajib dilakukan ketika ada seseorang yang meninggal dunia.

Dalam bahasa Hindu, Ngaben berarti memisahkan jiwa dari jasad. Pemisahan jasad ini dilakukan melalui kremasi.

Melansir factsofindonesia.com, asal usul ritual ini dilakukan oleh Bharatayuddha (keturunan kaisar Bharata) di India sekitar 400 SM.

Mereka percaya bahwa upacara kremasi ini akan membawa kembali tubuh almarhum ke dasar alami tubuh.

Ini berkaitan dengan energi air, panas, angin, dan Bumi pada alam.

Umat Hindu juga percaya bahwa upacara ngaben ini akan membebaskan jiwa dari perbuatan buruk selama hidup di dunia.

Tak lain, tujuannya untuk mengantarkan mereka ke surga dan bereinkarnasi menjadi pribadi yang lebih baik.

Lambat laun, upacara Ngaben ini mulai masuk ke Bali pada abad ke-8 dan diwariskan secara turun temurun.

Di era modern ini, kebudayaan Ngaben masih terus dilakukan dan menjadi tradisi agama Hindu di Bali.

Baca Juga: Pakaian Adat Suku Sasak, Jadi Daya Tarik Wisatawan!

Tujuan Ritual Ngaben

Upacara Ngaben (balitouristboad.com)
Foto: Upacara Ngaben (balitouristboad.com)

Tujuan dari upacara Ngaben yakni tak jauh dari 'pembersihan' amal seseorang yang meninggal dunia.

Setiap anggota keluarga wajib untuk mengantarkan mendiang dalam memasuki kehidupan "berikutnya".

Seperti jenis sistem kepercayaan lainnya, umat Hindu Bali percaya bahwa tubuh terdiri dari spiritual dan fisik.

Ketika kematian terjadi, masyarakat lokal percaya bahwa itu akan 'memadamkan' fisik dan fungsi tubuh. Sementara, roh atau dikenal atma, akan tetap hidup selamanya.

Selain itu, setelah 'membakar jenazah' dan melarungkan abu ke sungai atau laut dapat membantu melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian.

Sehingga setelah prosesi ngaben, dipercaya dapat mempermudah jenazah atau mendiang bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).

Banyak dari mereka menggambarkan kematian sebagai tidur yang panjang.

Tak hanya itu, 'membakar jenazah' juga bertujuan untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar manusia) kepada asalnya masing-masing.

Artinya, tubuh yang tak mampu lagi bergerak, tapi roh pada orang tersebut tak sepenuhnya hilang.

Selain memiliki tujuan bagi arwah, ngaben juga memiliki tujuan bagi pihak keluarga, yakni menjadi simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas, dan merelakan kepergian yang bersangkutan.

Baca Juga: Mengenal Mepamit, Upacara Adat Bali yang Dilakukan Mahalini

Prosesi Upacara Ngaben

Prosesi Upacara Ngaben (museumnusantara.com)
Foto: Prosesi Upacara Ngaben (museumnusantara.com)

Ritual kebudayaan yang cukup unik ini menjadi daya tarik masyarakat lokal dan juga wisatawan.

Untuk menambah pengetahuan, berikut adalah prosesi upacara Ngaben yang perlu diketahui:

1. Memandikan Jenazah

Umat Hindu turut menerapkan ritual memandikan jenazah. Prosesi ini umum dilakukan di halaman rumah keluarga yang ditinggalkan.

Setelah dalam keadaan suci, nantinya akan dipasangkan sejumlah simbol khusus seperti:

  • Bunga melati
  • Serpihan kaca
  • Daun intaran

Tujuannya yakni agar mengembalikan fungsi tubuh ke asalnya dan roh mengalami reinkarnasi kembali.

2. Pemasangan Lembu Kayu

Sebelum upacara inti dimulai, anggota keluarga mendiang menyiapkan lembu kayu.

Hal ini digunakan untuk menahan jenazah yang nantinya akan dikremasi atau dibakar.

Ada satu tujuan khusus saat lembu kayu (atau struktur candi) dibawa ke tempat kremasi.

Ini dilakukan warga lokal Bali untuk 'membingungkan' arwah mendiang agar tidak menemukan 'jalan pulang'.

Ketika lembu kayu dan bade seperti bangunan candi dibawa ke tempat kremasi.

Biasanya orang Bali akan mencoba mengacaukan arwah mendiang, memastikan mendiang tidak menemukan jalan pulang.

Orang Bali menggoyang lembu, memelintirnya, melemparkan benda ke arahnya dengan lemparan yang tidak dalam pada garis lurus, hal ini dimaksudkan hanya untuk membingungkan roh.


3. Pembakaran atau Kremasi

Upacara Ngaben (kesrasetda.bulelengkab.go.id)
Foto: Upacara Ngaben (kesrasetda.bulelengkab.go.id)

Upacara Ngaben dilakukan untuk membebaskan roh dari tubuh yang meninggal dunia.

Ketika api membakar tubuh, ia 'melahap' unsur-unsur yang membentuk tubuh fisik atau dikenal sebagai Panca Mahabutha.

Tujuannya yakni untuk melepaskan roh dari belenggu duniawi dan membiarkannya pergi ke bentuk kehidupan lain.

Baca Juga: 9 Upacara Kelahiran Bayi, Hanya Ada di Indonesia

4. Diramaikan Ritual Kebudayaan

Tak hanya itu, prosesi dalam Ngaben juga diramaikan dengan berbagai acara kebudayaan.

Pada hari besar, semua orang akan berkumpul untuk beramai-ramai mengantarkan mendiang.

Acara ini juga diramaikan dengan tarian adat tradisional yang cukup meriah dan penuh sukacita.

Perlu diketahui, Ngaben harus dirayakan dengan perasaan suka dan bahagia, Moms.

Tidak boleh ada unsur kesedihan di dalamnya, orang Bali percaya bahwa itu akan menghambat semangat kehidupan mendiang selanjutnya.

5. Perlu Dilakukan Segera

Sebenarnya, upacara Ngaben bisa dilakukan kapanpun hingga persiapan telah lengkap.

Namun, jika Ngaben ditunda terlalu lama, rohnya dipercaya akan gentayangan dan menjadi bhuta cuwil.

Demikian pula pada yang orang meninggal dunia dikubur di tanah tanpa melakukan ritual upacara.

Hal itu disebabkan karena roh-roh tersebut belum melepaskan keterikatannya dengan alam kehidupan di dunia.

Maka dari itu, perlu diadakan Ngaben sebagai prosesi lengkap saat kematian terjadi.

Baca Juga: Keunikan Desa Penglipuran, Wisata Desa Adat 'Tersembunyi' di Bali

Jenis Upacara Ngaben

Upacara Ngaben
Foto: Upacara Ngaben (Baligoldentour.com)

Meski memiliki satu prosesi yang sama yaitu 'pembakaran jenazah' ternyata ngaben memiliki beragam jenisnya, lho Moms dan Dads.

Berikut ini beberapa jenis upacara ngaben yang bisa Moms dan Dads ketahui.

1. Ngaben Sawa Wedana

Sawa Wedana merupakan upacara ngaben yang melibatkan jenazah utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu).

Upacara ini biasanya dilakukan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut.

Namun, terdapat pengecualian pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya membutuhkan waktu hingga sebulan.

Selama keluarga mempersiapkan segala hal untuk upacara jenazah akan diletakkan di balai adat yang berada di masing-masing rumah.

Jenazah juga akan dilengkapi dengan ramuan tertentu yang ditujukkan untuk memperlambat pembusukan jenazah.

Kemudian, selama jenazah masih berada di balai adat, pihak keluarga biasanya masih memperlakukan jenazah seperti masih hidup.

Misalnya membawakan kopi, memberi makan di samping jenazah, membawakan handuk, dan pakaian.

Mereka akan memperlakukan jenazah layaknya manusia hingga digelarnya upacara Papegatan.

2. Ngaben Asti Wedana

Upacara Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang pernah dikubur.

Sesuai dengan penjelasannya upacara ini dilakukan untuk jenazah yang sebelumnya telah dikubur.

Upacara ini juga biasanya dilakukan berbarengan dengan upacara ngagah atau upacara menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan.

Namun, setiap daerah di Bali atau masyarakat Hindu memiliki tradisi dan aturan yang berbeda-beda.

Sehingga tradisi dan aturan desa setempat, akan berbeda dengan desa lainnya.

Baca Juga: Mengenal 10 Bagian Rumah Adat Bali dan Keunikan di Dalamnya


3. Swasta

Swasta merupakan upacara ngaben tanpa melibatkan jenazah maupun kerangka mayat.

Upacara jenis ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti meninggal di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dan lainnya.

Pada upacara ini jenazah biasanya digantikan dengan kayu cendana yang akan dilukis dan diisi aksara magis sebagai badan dari orang yang akan dilakukan upacaranya.

4. Ngelungah

Upacara jenis ini biasanya digunakan untuk anak yang belum tanggal gigi.

Dalam praktiknya, prosesi ngelungah melibatkan pengangkatan dan pemindahan jasad yang telah dimandikan dan disucikan menuju tempat pemakaman.

Setelah tiba di pemakaman, jasad akan dimasukkan ke dalam bade (atau wadah kremasi yang terbuat dari bambu dan anyaman) untuk kemudian dikremasi dalam ritual yang disebut "ngaben".

5. Warak Kruron

Warak Kruron biasanya digunakan sebagai upacara ngaben untuk bayi.

Warak Kruron melambangkan roh atau jiwa yang meninggal, yang diyakini harus diantarkan ke alam setelah mati melalui upacara Ngaben.

Patung ini dianggap sebagai perwakilan dari roh yang akan dibebaskan dari ikatan dengan dunia fisik.

Baca Juga: 5 Pasangan Weton yang Tidak Boleh Menikah, Intip Yuk!

Perbedaan Upacara Ngaben dan Pelebon

Perbedaan Upacara Ngaben dan Pelebon
Foto: Perbedaan Upacara Ngaben dan Pelebon (Berita Bali)

Selain upacara Ngaben, di Bali juga terdapat upacara pemakaman lainnya yang biasa dilakukan, yaitu Pelebon.

Meski sama-sama upacara pemakaman, ternyata upacara ngaben dan pelebon memiliki perbedaan, lho Moms.

Perbedaan di antara keduanya ini terjadi mulai dari proses, biaya dan tampilan.

Biasanya upacara pelebon juga menjadi salah satu prosesi upacara pemakaman untuk bangsawan atau raja-raja di Bali.

Sehingga jika diartikan, upacara pelebon adalah prosesi pembakaran jenazah kaum tertentu, seperti dari kalangan brahmana dan ksatria di Bali.

Biasanya, upacara pelebon ini juga bisa dilaksanakan selama berbulan-bulan dengan dua proses utama upacara.

Pada prosesi pertama akan dilakukan pembaringan jenazah beserta upacara sakral lainnya dan prosesi kedua adalah kremasi jenazah atau pelebon di setra.

Salah satu ciri khas dari pelebon adalah, keluarga akan menyiapkan berbagai perangkat upacara pelebon.

Seperti bade pelebon (menara kremasi) dengan tumpang sia (sembilan), lembu dengan tinggi 7,5 meter, bebantenan (sesajian), dan sebagainya.

Hingga upacara pelebon ini senantiasa memakan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga mendiang.

Uniknya, pada upacara pembaringan jenazah akan dilengkapi dengan barang-barang favoritnya semasa hidup dengan sesajian dan suguhan berupa makanan dan minuman.

Menurut Leo Howe dalam The Changing World of Bali, Religion, Society and Tourism, Ngaben termasuk upacara yang cukup mahal.

Maka dari itu, perlu diadakan Ngaben sebagai prosesi lengkap saat kematian terjadi.

Jika yang meninggal dunia seorang pendeta, harus segera melakukan prosesi upacara dan haram hukumnya menyentuh tanah.

Dalam upacara Ngaben, seluruh masyarakat Bali dari status sosial apa pun harus membantu dalam persiapannya.

Salah satunya adalah untuk persiapan persembahan dan berbagai keperluan arak-arakan yang dibuat.

Baca Juga: 25 Makanan Khas Bali yang Wajib Dicicipi, Dijamin Lezat!

Jadi, apakah Moms pernah menyaksikan sakralnya upacara Ngaben saat berkunjung ke Bali?

  • https://factsofindonesia.com/ngaben-in-bali
  • https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/ngaben/
  • https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/608/upacara-pelebon?lang=1

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.