Keunikan dan Sejarah Rumah Boyang, Rumah Adat Sulawesi Barat
Moms pernahkah mendengar rumah Boyang? Ternyata, rumah Boyang adalah rumah adat Sulawesi Barat yang ditinggali suku Mandar, lho!
Suku Mandar merupakan suku mayoritas yang mendiami provinsi Sulawesi Barat.
Rumah adat Sulawesi Barat ini memiliki sebuah desain arsitektur yang unik, sehingga menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik.
Ditambah, Sulawesi Barat dengan ibu kota Mamuju menjadi kawasan dengan potensi wisata yang terbilang tinggi.
Penasaran dengan rumah adat Sulawesi Barat ini? Simak informasi lengkapnya!
Baca Juga: 7 Rekomendasi Wisata Sulawesi Selatan, Surganya Pantai!
Rumah Adat Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Barat banyak dihuni suku Mandar, sehingga arsitektur yang diusung dalam rumah adatnya juga berasal dari kebudayaan maupun tradisinya.
Sejarah Boyang sangat berkaitan dengan sejarah Orang Mandar.
Menurut Lontarak Mandar, penduduk di daerah Tinambung berasal dari sepasang manusia yang bergelar Tomanurung.
Mereka tinggal di hulu Sungai Saddang pada tahun 1190 M. Keturunan Tomanurung tersebar di wilayah Sulawesi Barat dan Selatan.
Mereka menjadi cikal bakal golongan raja dan bangsawan di wilayah tersebut.
Budaya Orang Mandar yang kemudian melahirkan Rumah Boyang yang kita kenal saat ini.
Namun, kini tradisinya telah bercampur dengan kebudayaan Makassar dan Bugis.
Sehingga jika melihatnya sekilas, rumah adatnya mirip dengan kedua suku tersebut. Namun, jika dilihat lebih dekat ada banyak perbedaan dari bangunan suku ini.
Rumah Boyang sendiri memiliki gaya arsitektur yang unik, berbentuk rumah panggung yang tersusun dari material kayu yang ditopang tiang penyangga.
Baca Juga: Mengenal Rumah Baloy, Rumah Adat Kalimantan Utara yang Punya Banyak Keunikan
1. Struktur Rumah Boyang
Rumah adat Sulawesi Barat ini terbuat dari bahan kayu dan termasuk ke dalam rumah panggung dengan jenis tiang yang tidak ditancapkan ke tanah.
Tinggi dari tiangnya sendiri rata-rata 2 meter, sehingga rumah ini terlihat sangat tinggi.
Tiang yang berada di rumah adat ini berbeda-beda dari satu sama lain dan disesuaikan dengan status sosial pemiliknya.
Jumlah anak tangga yang menjadi akses menuju rumah biasanya terdiri dari jumlah ganjil, antara 7-13 anak tangga.
Rumah Boyang memiliki atap berbentuk prisma yang memanjang dari bagian depan sampai bagian belakang.
Pada umumnya, atap Rumah Boyang terbuat dari seng, namun ada juga yang menggunakan rumbia dan sirap.
Pada zaman dahulu, rumah-rumah penduduk menggunakan atap rumbia. Hal ini karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah untuk didapatkan.
Pada bagian depan atap terdapat tumbaq layar (penutup bubungan) yang menjadi identitas tentang status sosial bagi penghuninya.
2. Pembagian Ruangan Rumah Boyang
Ada 7 pembagian ruang atau kamar pada rumah Boyang, 3 di antaranya merupakan lotang utama dan 4 diantaranya adalah lotang tambahan.
Masing masing lotang tentunya memiliki fungsi yang berbeda. Lotang utama terdiri dari:
- Samboyang
- Tangnya Boyang
- Bui Boyang
Semantara untuk Lotang tamabahan terdiri dari:
- Lego-lego
- Tapang
- Paceko
- Naong Boyang
Samboyang merupakan ruangan yang terletak di bagian depan rumah atau bisa disebut dengan teras.
Ruangan ini memiliki fungsi untuk tempat berkumpul dan juga digunakan untuk menerima tamu
Sementara untuk Tangnya Boyang terletak di bagian tengah dari rumah dan berfungsi untuk berkumpul bersama keluarga.
Ruangan utama dalam Boyang selanjutnya adalah Bui Boyang.
Bui Boyang merupakan tempat yang berupa kamar dan berada di bagian belakang.
Sementara untuk lotang tambahan yang pertama yaitu Tapang.
Tapang terletak di bagian loteng rumah adat Boyang ini dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang atau gudang.
Dahulu, bagian rumah adat Sulawesi Barat ini digunakan pengantin untuk berdiam diri dan melakukan rangkaian adat sebelum pernikahan.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.