Alergi Sperma: Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Alergi sperma atau alergi air mani merupakan alergi terhadap protein yang ditemukan di dalam air mani pria.
Kondisi ini juga disebut hipersensitivitas plasma mani.
Alergi ini memang langka, tapi ada beberapa orang yang mengalaminya dan bisa berdampak pada peluang hamil.
Mengenal Alergi Sperma
Pada studi yang dipublikasikan di The Journal of Allergy and Clinical Immunology, reaksi elergi bisa terjadi setelah hubungan seksual pertama kali.
Namun, juga bisa juga terjadi secara tiba-tiba dengan pasangan yang telah lama bersama.
Alergi sperma juga bisa muncul setelah dalam waktu yang lama tidak berhubungan intim, seperti pascamelahirkan.
Seperti alergi lainnya, kondisi ini juga dapat berkembang mulai usia dewasa dan dapat berkurang atau menghilang secara alami dari waktu ke waktu.
Kondisi ini cukup jarang terjadi, sehingga sering disalah artikan sebagai vaginitis (radang vagina), infeksi jamur, atau infeksi menular seksual (IMS), seperti herpes.
Alergi sperma membuat frustrasi banyak pasangan dan dapat membuat hubungan antar pasangan menjadi rumit dan tegang.
Ini juga tentu dapat menyebabkan masalah untuk pasangan yang sedang ingin memiliki momongan.
Baca Juga: Mengenal Rhinitis Alergi, Peradangan di Rongga Hidung Akibat Alergi
Penyebab Alergi Sperma
Adapun penyebab alergi sperma yang paling umum adalah alergi terhadap kandungan protein yang terdapat dalam cairan sperma.
Selain itu, dilansir dari Dermnetnz.org, penyebab lainnya dari alergi ini, yaitu:
1. Pernah menjalani prosedur pada alat reproduksi
Seperti pernah menjalani tindakan histerektomi, penyisipan alat kontrasepsi, operasi pada prostat, tubektomi atau ligasi tuba, dan pembalikan vasektomi.
2. Adanya perubahan hormon yang terjadi pada tubuh
Jika pada wanita, perubahan hormon akan terjadi ketika sedang berada pada masa kehamilan, dan menopause.
3. Riwayat keluarga
Alergi pada sperma juga dapat disebabkan karena adanya riwayat keluarga lain yang juga mengalaminya.
Baca Juga: Apakah Sperma Bisa Hidup Jika Terkena Kain? Ini Faktanya!
Gejala Alergi Cairan Sperma
Menurut Healthline, gejala alergi cairan sperma bisa muncul dalam beberapa menit setelah terpapar dan biasanya terjadi di area yang kontak langsung dengan cairan tersebut.
Wanita yang memiliki alergi sperma biasanya akan mulai menunjukkan gejala dalam waktu 30 menit setelah terkena air mani pasangannya.
Bahkan terkadang reaksinya bisa langsung terjadi dalam lima menit saja.
Adapun tanda-tanda atau gejala alergi terhadap sperma, meliputi:
- Adanya kemerahan, rasa terbakar, gatal, dan bengkak pada bagian tubuh atau kulit yang bersentuhan langsung dengan air mani.
- Timbulnya gatal-gatal di seluruh tubuh, termasuk bagian kulit yang bahkan tidak bersentuhan dengan air mani.
- Mengalami kesulitan bernapas.
- Terjadi anafilaksis, ditandai dengan pembengkakan, mual muntah, hingga kesulitan bernapas pada kasus yang parah.
Apakah Wanita dengan Alergi Sperma bisa Tetap Hamil?
Wanita dengan alergi sperma tetap bisa hamil, meskipun kondisi ini dapat membuat proses pembuahan menjadi lebih rumit.
Menurut Cleveland Clinic, alergi sperma tidak menyebabkan kemandulan secara langsung, tetapi dapat menghambat pembuahan secara alami. Kabar baiknya, ada beberapa cara untuk mengatasinya.
Dalam beberapa kasus, alergi sperma dapat diobati sehingga Moms dan pasangan tetap bisa mencoba hamil melalui hubungan intim.
Jika cara ini kurang efektif, prosedur medis seperti inseminasi intrauterin (IUI) atau fertilisasi in vitro (IVF) bisa menjadi solusi.
Prosedur ini menggunakan teknik pencucian sperma untuk memisahkan sperma dari cairan mani yang mengandung protein penyebab alergi.
Sperma yang sudah dicuci kemudian dimasukkan langsung ke rahim Moms melalui IUI atau digunakan dalam proses IVF.
Bagi Moms yang merasa alergi sperma menjadi hambatan untuk hamil, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan agar mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Dengan bantuan medis, peluang untuk hamil tetap terbuka bagi Moms yang memiliki kondisi alergi sperma.
Cara Mengatasi Alergi Sperma
Terdapat berbagai cara dalam menangani alergi sperma tanpa harus berhenti berhubungan intim dengan pasangan.
Melansir dari Whattoexpect, cara menangani alergi ini, yaitu:
1. Menghindari Kontak Langsung dengan Cairan Sperma
Sama seperti alergi lainnya, metode paling mudah untuk mencegah timbulnya reaksi alergi adalah dengan menghindari kontak dengan zat yang memicu gejala alergi tersebut.
Moms dapat melakukannya dengan cara menggunakan pengaman, atau menggunakan kondom setiap kali berhubungan intim dengan pasangan.
2. Melakukan Intravaginal Tantangan Bertingkat (Graded Challenge)
Intravaginal Graded Challenge merupakan suatu prosedur di mana ahli kesehatan akan memasukkan sperma encer pasangan sang pasien ke dalam vagina secara berkala atau bertahap.
Hal tersebut dilakukan kurang lebih setiap 15 - 20 menit selama 2 - 3 jam.
Setelah melakukan metode tersebut, pastikan agar rutin melakukan hubungan intim.
Lakukan sekitar 2 atau 3 kali selama seminggu, untuk mencegah sistem tubuh agar tidak menjadi lebih sensitif seperti sebelumnya.
Metode tersebut dianggap dapat membuat pasien dapat menoleransi cairan sperma tanpa memicu timbulnya reaksi alergi.
3. Mengonsumsi Antihistamin Sebelum Berhubungan Intim
Antihistamin yang dikonsumsi secara oral dapat mencegah gejala reaksi alergi yang berlebihan pada tubuh.
Meskipun begitu, obat-obatan antihistamin memiliki efek negatif pada ovulasi.
Sehingga mengonsumsi obat-obatan histamin bukan pilihan yang tepat untuk Moms dan Dads yang sedang merencanakan program kehamilan.
Selain tiga hal di atas, tentunya dokter juga mengetahui pilihan pengobatan terbaik berdasarkan tingkat keparahan gejala.
Terlepas dari pilihan pengobatan yang Moms pilih, dokter biasanya akan merekomendasikan untuk memakai injeksi otomatis epinefrin.
Ini berguna untuk mengatasi reaksi yang dapat mengancam jiwa seperti anafilaksis.
Diagnosis Alergi Sperma
Adapun cara mendiagnosis yang dilakukan oleh ahli kesehatan, meliputi:
- Pemeriksaan pada vagina
- Tes darah
- Pengambilan sampel swab vagina
- Melakukan tes serologis, atau tes skin prick, menggunakan protein yang berada pada cairan sperma.pasangan penderita.
Tes tusuk kulit menggunakan sampel cairan protein dari sperma pasangan yang telah didiamkan di dalam suhu ruangan selama 30 menit.
Setelah itu dilakukan sentrifugasi guna memisahkan spermatozoa dari cairan mani.
Sampel cairan tersebut akan disuntikkan ke kulit pasien yang dianggap memiliki alergi sperma, jika setelah disuntikkan timbul bentol atau ruam merah pada kulit, maka hal tersebut menunjukkan adanya alergi terhadap cairan tersebut.
Baca Juga: 7Jenis Alergi Langka di Dunia, Ada yang Alergi Sinar Matahari!
Setelah mengetahui penjelasan mengenai alergi pada sperma, jika Moms mengalami gejalanya, segera konsultasi ke dokter ya, Moms!
- https://www.whattoexpect.com/getting-pregnant/prepping-for-pregnancy/sperm-semen-allergy-fertility/
- https://www.issm.info/sexual-health-qa/what-is-a-sperm-allergy/#:~:text=Sperm%20allergy%2C%20sometimes%20called%20semen,sensation%20in%20the%20vaginal%20area.
- https://www.news-medical.net/health/Semen-Allergy.aspx
- https://dermnetnz.org/topics/semen-contact-allergy
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/326377#in-females
- https://www.jaci-inpractice.org/article/S2213-2198(20)30468-2/fulltext
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25024-semen-allergy
- https://www.healthline.com/health/healthy-sex/semen-allergy#symptoms
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.