08 Agustus 2022

Apakah Laki-Laki Bisa Hamil? Kemajuan Teknologi Membuat Hal Ini Jadi Mungkin

Beberapa laki-laki transgender bisa hamil
Apakah Laki-Laki Bisa Hamil? Kemajuan Teknologi Membuat Hal Ini Jadi Mungkin

Moms mungkin pernah bertanya-tanya, apakah laki-laki bisa hamil?

Secara singkat, orang yang terlahir dan hidup sebagai laki-laki tidak bisa hamil. Namun, beberapa laki-laki transgender bisa.

Aada penelitian tentang transplantasi rahim yang membahas kemungkinan laki-laki untuk hamil di masa depan.

Baca juga: Mengenal Perineum, Jaringan Dasar Panggul yang Berperan Besar saat Persalinan

Wah, menarik ya Moms. Yuk, simak lebih lanjut!

Apakah Laki-Laki Bisa Hamil?

7 Ciri Moms Hamil Bayi Kembar 2.jpg
Foto: 7 Ciri Moms Hamil Bayi Kembar 2.jpg

Foto: Perut Ibu Hamil (Orami Photo Stock)

Moms tentu tahu bahwa hanya mungkin bagi seseorang untuk hamil jika mereka memiliki rahim.

Hal ini yang sejatinya dialami oleh laki-laki, yakni tidak bisa karena tidak didukung oleh organ reproduksi yang seharusnya seperti wanita.

Rahim adalah organ reproduksi yang diperlukan untuk janin berkembang.

Secara biologis, organ reproduksi yang dimiliki laki-laki adalah testis dan penis, tidak ada rahim.

Istilah "laki-laki" dan "perempuan" mengacu pada jenis kelamin seseorang.

Ini juga mencakup karakteristik yang dibangun secara sosial yang membedakan jenis kelamin biner tradisional, yakni laki-laki dan perempuan.

Gender seseorang dapat mencakup peran sosial tertentu, norma, dan harapan yang membedakan laki-laki dan perempuan.

Karakteristik ini subjektif dan berbeda di antara masyarakat, kelas sosial, dan budaya.

Jenis kelamin yang digunakan seseorang untuk mengidentifikasinya tergantung pada individu tersebut.

Namun, tidak semua orang mengidentifikasi peran gender yang terkait dengan jenis kelamin yang ditunjuk.

Misalnya, seseorang yang terlahir sebagai perempuan tetapi diidentifikasi sebagai laki-laki dapat menyebut diri mereka sebagai laki-laki transgender.

Jadi, apakah laki-laki bisa hamil? Jika sejak lahir berjenis kelamin laki-laki, tidak memiliki rahim dan ovarium, tentu tidak bisa.

Namun, laki-laki transgender yang dulunya perempuan, tidak menjalani operasi, dan tidak terapi hormon testosteron, kemungkinan masih bisa hamil.

Kehamilan pada Laki-Laki Transgender

Sering mengonsumsi ibuprofen bisa membuat pria mandul 02.jpg
Foto: Sering mengonsumsi ibuprofen bisa membuat pria mandul 02.jpg (dlife.com)

Foto: Konsultasi Dokter (Orami Photo Stock)

Dari penjelasan tadi, dapat disimpulkan bahwa apakah laki-laki bisa hamil atau tidak tergantung pada adanya rahim dan ovarium.

Jika ada, kehamilan mungkin terjadi. Misalnya pada laki-laki transgender atau perempuan yang mengubah jenis kelaminnya menjadi laki-laki.

Namun, beberapa laki-laki transgender mungkin menjalani terapi hormon testosteron.

Terapi ini dapat membantu menekan efek estrogen sekaligus merangsang perkembangan karakteristik seks sekunder maskulin, seperti:

  • Pertumbuhan otot
  • Redistribusi lemak tubuh
  • Meningkatkan pertumbuhan rambut di tubuh dan wajah
  • Suara yang lebih berat dan dalam

Menstruasi biasanya berakhir dalam waktu 12 bulan setelah memulai terapi testosteron dan seringkali dalam waktu 6 bulan.

Baca juga: Pentingnya Support System Ibu Hamil agar Moms Nyaman Selama Mengandung hingga Melahirkan

Ini dapat membuat kemungkinan hamil lebih sulit, tetapi bukan tidak mungkin.

Meskipun terapi testosteron tidak membuat seseorang mandul, risiko beberapa masalah kehamilan dapat meningkat.

Ambil contohnya, solusio plasenta, persalinan prematur, anemia, dan hipertensi.

Dalam sebuah studi pada 2014 di jurnal Obstetrics & Gynecology, para peneliti menyurvei 41 laki-laki transgender yang hamil dan melahirkan.

Dari individu yang dilaporkan menggunakan testosteron sebelum kehamilan, 20% di antaranya hamil sebelum siklus menstruasi mereka kembali.

Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan testosteron sebelumnya tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam peluang kehamilan.

Peneliti juga mencatat bahwa persentase laki-laki transgender yang melaporkan penggunaan testosteron sebelumnya melahirkan secara caesar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat penggunaan testosteron.

Temuan ini tidak menunjukkan bahwa terapi testosteron membuat orang tidak mampu melakukan persalinan pervaginam.

Sementara sekitar 25% laki-laki transgender memilih persalinan caesar karena kenyamanan dan preferensi mereka.

Namun, ada penelitian terbatas lainnya mengenai kehamilan transgender, sehingga tidak jelas bagaimana testosteron dapat memengaruhi kesuburan.

Penelitian ini dilakukan pada 2019 dan juga diterbitkan di jurnal Obstetric & Gynecology.

Peneliti mendokumentasikan pengalaman seorang laki-laki transgender berusia 20 tahun yang hamil 2 bulan setelah menghentikan terapi testosteron.

Setelah 40 minggu, ia melahirkan bayi yang sehat setelah persalinan yang tidaklah rumit.

Para penulis menyatakan bahwa ia juga menyusui bayinya selama 12 minggu sebelum memulai kembali terapi testosteron.

Transplantasi Rahim Memungkinkan Laki-Laki untuk Hamil

Melakukan Operasi Non-obstetri  Saat Hamil Amankah.jpg
Foto: Melakukan Operasi Non-obstetri Saat Hamil Amankah.jpg (Healthline.com)

Foto: Prosedur Operasi (Orami Photo Stock)

Seperti dijelaskan tadi, menyoal apakah laki-laki bisa hamil atau tidak tergantung pada adanya rahim.

Menjawab tantangan ini, teknologi medis tengah dikembangkan untuk memungkinkan transplantasi rahim.

Penelitian mengenai hal ini diterbitkan pada 2018 di British Journal of Obstetrics and Gynaecology.

Ini adalah prosedur bedah yang relatif baru yang melibatkan transplantasi rahim yang sehat ke dalam tubuh seseorang.

Namun, operasi ini masih eksperimental.

Tidak ada bukti yang cukup untuk mengonfirmasi apakah laki-laki bisa hamil dan melahirkan bayi sampai cukup bulan.

Sebelum mempertimbangkan untuk menjalani transplantasi rahim, dokter perlu mempertimbangkan kesehatan sosial, fisik, dan mental seseorang.

Jika ingin hamil, mungkin perlu mengonsumsi berbagai hormon buatan.

Biasanya, cara ini akan melibatkan terapi penggantian hormon estrogen dan progestogen.

Begitu dinding rahim menjadi lebih tebal dari 7 milimeter, mereka harus mengonsumsi suplemen progesteron.

Mereka juga harus menunggu 6 bulan setelah operasi untuk memungkinkan penyembuhan.

Hanya pada titik inilah seorang dokter dapat mentransplantasikan embrio.

Setelah operasi, mungkin ada peluang bahwa tubuh menolak rahim baru.

Oleh karena itu, mereka harus mengonsumsi imunosupresan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal ini.

Jika berhasil hamil, konsumsi obat imunosupresif selama kehamilan diperlukan untuk memastikan bahwa tubuh tidak menolak transplantasi.

Baca juga: Cara Agar Cepat Hamil yang Perlu Moms dan Dads Ketahui

Ini berarti ada risiko janin terpapar bahan kimia berbahaya.

Namun, bayi pertama dari rahim yang ditransplantasikan berhasil lahir di Swedia pada Oktober 2014.

Sementara prosedur ini masih dalam tahap percobaan awal, beberapa bayi lain telah lahir melalui metode ini.

Itulah pembahasan mengenai apakah laki-laki bisa hamil. Ternyata jawabannya iya, tapi pada kondisi tertentu.

Inovasi dalam teknologi medis bahkan memungkinkan kehamilan bagi orang yang tidak memiliki rahim.

  • https://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2014/12000/Transgender_Men_Who_Experienced_Pregnancy_After.9.aspx
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6814572/
  • https://doi.org/10.1111/1471-0528.15438
  • https://www.bbc.com/news/health-29485996
  • https://www.healthline.com/health/transgender/can-men-get-pregnant
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/can-men-become-pregnant

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb