24 Juli 2023

Bisakah Kaki Bayi Melepuh Usai Cek Hipotiroid Kongenital?

Mengapa hal tersebut bisa terjadi, ya?
Bisakah Kaki Bayi Melepuh Usai Cek Hipotiroid Kongenital?

Kelahiran bayi seharusnya jadi momen bahagia, ya Moms. Namun, tidak bagi orang tua kaki bayi melepuh di Medan usai melakukan program skrining hipotiroid demi cegah stunting.

Baru dua hari setelah bayinya lahir, Ibnu Sanjaya Hutabarat harus menyaksikan telapak kaki bayi melepuh hingga kemerahan.

Bayi perempuannya lahir melalui operasi sesar di RSU Mitra Medika Medan pada Rabu, 8 Maret 2023 dalam keadaan sehat.

Lantas, bagaimana kelanjutan kisah kaki bayi melepuh di Medan? Simak selengkapnya di artike ini, ya Moms.

Baca Juga: Yuk Ketahui Pentingnya Skrining Hipotiroid Untuk Bayi Baru Lahir

Kaki Bayi Melepuh di Medan

Ini dia Moms informasi yang bisa diketahui soal kaki bayi melepuh di Medan.

1. Berawal dari Skrining Hipotiroid

Ilustrasi Kaki Bayi
Foto: Ilustrasi Kaki Bayi (Unsplash.com/Omar Lopez)

Bagaimana awal-mula kaki bayi melepuh ketika baru lahir?

Ibnu menjelaskan bahwa bayinya lahir dalam kondisi sehat.

"Bayi saya lahir dalam kondisi sehat dan sempurna dengan berat badannya 2,9 kilogram," kata Ibnu.

Sayangnya, dua hari kemudian, telapak kaki bayi melepuh dan memerah.

Ia menduga kondisi ini bermula dari kebijakan rumah sakit yang menawarkan program skrining hipotiroid demi cegah stunting dan keterbelakangan mental pada 8 Maret 2023 lalu.

Setelah melahirkan pada sore hari, bayi tersebut ditawarkan skrining pada malam harinya oleh seorang perawat rumah sakit.

2. Mengisi Formulir Persetujuan

Mendengar hal tersebut, Ibnu langsung mengisi formulir persetujuan pengecekan. Pengecekan bayi di Medan tersebut dilakukan oleh perawat RS Mitra Medika.

Pengecekan dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.

Baca Juga: Mengenal Hipotiroid Kongenital : Kondisi Saat Bayi baru Lahir Kekurangan Hormon Tiroid

3. Kaki Diperban

Usai pengambilan sampel darah dari tumit, kaki bayi di Medan tersebut diperban.

Melihat hal ini, Ibnu pun kaget dan menanyakan kondisi telapak kaki anaknya. Ternyata, kaki bayi melepuh.

Namun, pihak rumah sakit tidak ada yang memberikan jawaban memuaskan dan tidak ada yang memberikan jawaban detail terkait kondisi anaknya.

"Aku tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satu pun tak memuaskan. Anakku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan," katanya.

"Jujur aku panik, baru beberapa hari lahir anakku itu, awalnya cantik, kok, bisa begini. Sampai besoknya pun, aku tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit," kata Ibnu.

4. Melaporkan Kasus

Tidak terima anaknya harus mengalami kondisi ini, Ibnu melaporkan ke Polda Sumut, dengan nomor laporan STTLP/B/319/1/2023/SPKT/POLDA SUMUT.

Kuasa hukum Ibnu, Siti Junaida, menduga air yang digunakan untuk mengompres kaki bayi melepuh di Medan itu terlalu panas, mengakibatkan kaki sang bayi memerah dan terkelupas.

"Jadi, pas itu ada perawatnya bilang waktu itu mereka panasi (kaki bayi menggunakan air hangat). Saya tanya sampai seberapa panas mereka panasi, soalnya itu sudah seperti luka bakar," ujar Siti.

Mendengar hal tersebut, Direktur RS Mitra Medika Sjahrial R Anas tidak menampik kabar tersebut dan sudah meminta keterangan rumah sakit.

Menurut perawat yang baru bekerja empat bulan itu, suhu air yang digunakan untuk mengompres bayi sudah sesuai dan tidak terlalu panas.

Pihak rumah sakit juga mengatakan akan bertanggung jawab dengan kejadian ini.

Baca Juga: Penyakit Hipotiroidisme: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatannya

Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital

Ilustrasi Skrining
Foto: Ilustrasi Skrining (trivitron.com)

Program yang dijalankan kaki bayi melepuh di Medan ini termasuk kebijakan pemerintah pusat, yaitu Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) terhadap newborn.

Mengutip dari laman Sehat Negeriku oleh Kemenkes, SHK adalah skrining atau uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan.

Dalam pelaksanaanya, SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu.

Pengecekan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium.

Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb