15 Februari 2022

Memahami Arti Kata Konspirasi, Istilah yang Kerap Muncul saat Terjadi Peristiwa Besar

Teori konspirasi adalah salah satu hal yang mencuat saat pandemi COVID-19
Memahami Arti Kata Konspirasi, Istilah yang Kerap Muncul saat Terjadi Peristiwa Besar

Saat pandemi ini, apakah Moms sudah akrab dengan kata konspirasi? Biasanya, kata tersebut sering disematkan bahwa seolah-olah pandemi ini adalah rekayasa dan memiliki teori konspirasi tersendiri. Sebenarnya, konspirasi adalah persengkongkolan atau komplotan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Oxford Dictionaries, konspirasi adalah sebuah rencana rahasia oleh sekelompok orang untuk melakukan sesuatu yang berbahaya atau illegal, atau konspirasi melawan seseorang atau sesuatu nih Moms.

Bahkan hingga kini, ada beberapa konspirasi yang dipercaya oleh masyarakat global hingga kini. Misalnya, lebih dari 1 dari 3 orang Amerika percaya bahwa adanya isu pemanasan global hanyalah sebuah tipuan saja, menurut Current Directions in Psychological Science.

Baca Juga: 5 Teori Konspirasi Selebriti yang Banyak Dipercaya

Mengenal Konspirasi

Konspirasi Adalah -1.jpg
Foto: Konspirasi Adalah -1.jpg

Foto: News.tulane.edu

Ilmuwan sosial telah memiliki kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan teori konspirasi. Apalagi jika melihat adanya elemen-elemen kunci dari teori konspirasi yang dapat membantu menjelaskan mengapa era media sosial, peningkatan konsumsi berita, dapat memunculkan konspirasi.

Konspirasi adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan sebuah teori. Sehingga, sebuah teori konspirasi didefinisikan sebagai teori yang menolak penjelasan standar untuk suatu peristiwa, dan lebih mempercayai bahwa ada kelompok atau organisasi yang memiliki rencana rahasia.

Ini juga merupakan upaya untuk menjelaskan peristiwa berbahaya atau tragis sebagai akibat dari tindakan kelompok kecil yang kuat. Penjelasan seperti itu menolak narasi yang diterima seputar peristiwa-peristiwa tertentu.

Teori konspirasi melibatkan gagasan tentang kelompok orang kuat yang melakukan tindakan rahasia yang tersembunyi dari pengawasan publik. Seorang ahli teori konspirasi kemungkinan akan percaya bahwa siapa pun yang mencoba untuk menyanggah teorinya, berarti mereka ada di dalamnya dan bagian dari konspirasi itu sendiri.

Teori konspirasi adalah sebuah rencana yang biasanya memiliki beberapa bagian yang tersusun dengan baik dan saling melengkapi. Sebuah publikasi ilmiah tentang psikologi teori konspirasi memecah lima bagian utama yang selalu ada dalam teori konspirasi, yakni:

  • Asumsi tentang bagaimana orang dan peristiwa saling berhubungan atau membentuk beberapa pola,
  • Para konspirator sengaja melakukan suatu tindakan,
  • Sekelompok aktor jahat yang tidak jujur ​​bekerja sama menuju suatu tujuan,
  • Ada ancaman bahaya bagi orang lain dari para konspirator,
  • Para konspirator bertindak dalam kerahasiaan, yang menjelaskan mengapa sering ada bukti yang jarang dan juga membuat mereka sulit untuk disangkal

Baca Juga: 4 Fakta Terbaru Virus Corona Novel, Belasan Negara Terinfeksi Hingga Isu Konspirasi

Bagaimana Konspirasi Menyebar

Konspirasi Adalah -2.jpg
Foto: Konspirasi Adalah -2.jpg

Foto:E-ir.info/Shutterstock.com

Tidak ada bukti bahwa saat ini ada lebih banyak teori konspirasi dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Sebab, ada cara yang jauh lebih baik dan lebih efisien untuk memperkuat sebuah konspirasi.

Internet memungkinkan media sosial dan sumber berita lainnya menyebarluaskan opini apapun. Karena platform media sosial khususnya, dirancang untuk mengoptimalkan keterlibatan pengguna, pelanggan diberi lebih banyak ide berdasarkan minat yang ditunjukkan.

Misalnya dalam permasalahan pandemi COVID-19, hal ini mengubah hidup di hampir dalam segala hal. Termasuk menyebabkan peningkatan besar-besaran dalam konsumsi berita dalam segala bentuk, terutama dalam media sosial.

Media sosial juga dapat menjadi tempat menyebarnya informasi, baik yang salah atau pun benar. Informasi-informasi ini akan menyebar dengan luas ke masyarakat bahkan dengan hitungan detik, karena handphone yang memberikan kebebasan akses informasi secara real time.

Beberapa peneliti bahkan menyebutkan bawa penyebaran teori konspirasi tentang COVID-19 ini berjalan lebih cepat daripada virus corona itu sendiri. Meski tidak dapat diblok secara keseluruhan, ada beberapa platform yang terkait dengan hoaks COVID-19.

Misalnya Youtube yang telah mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus video apa pun yang mendukung beberapa teori konspirasi. Bahkan, media-media lokal juga melakukan cek fakta untuk mengonfirmasi kesalahan atau hoaks yang beredar di masyarakat.

Satu survei menemukan bahwa hampir 70 persen orang di seluruh dunia meningkatkan konsumsi berita untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus corona. Sebab, mereka hendak mencari tahu bagaimana virus ini dapat berdampak pada kesehatan, keluarga, dan bisnisnya.

Akan ada beberapa hal yang timpang dalam proses pencarian informasi itu, misalnya karena tidak ada keterangan utuh dan menyeluruh dari pemerintah atau pihak kesehatan. Misalnya, mengapa untuk tes dikenai biaya yang besar, sistem perawatan kesehatan yang dikenakan pajak, kecemasan yang tak henti-hentinya dan pertanyaan lain yang tak terjawab.

Ini akan menjadi lahan subur bagi berkembangnya teori konspirasi karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan kaingintahuan dan rasa penasaran publik. Bahkan, World Health Organization (WHO) disebut ‘infodemik besar-besaran’, seperti dikutip Nature.

Istilah ini dimaksudkan untuk menggambarkan fakta bahwa sebagian besar berita yang dikonsumsi adalah palsu atau bermotif politik. Sebab, banyaknya pencarian informasi memberi dorongan pada media untuk memberikan berita meski ada yang akurat dan tidak akurat, dan bahkan bertentangan.

Hal ini membuat orang awam merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan mengetahui apa yang harus dipercaya atau bagaimana menemukan panduan yang dapat diandalkan saat pandemi ini.

Biasanya, yang mempercayai teori konspirasi adalah orang-orang yang merasa dikucilkan atau tidak memiliki kepercayaan. Orang-orang yang merasa statusnya terancam atau yang secara objektif memiliki pendapatan lebih rendah juga rentan terhadap konspirasi ini.

Teori konspirasi akan mengeksploitasi beberapa karakteristik dasar manusia, sebab pikiran manusia selalu berusaha menemukan pola dan memahami lingkungannya. Manusia juga selalu mencari suku atau orang-orang yang merasa terhubung dengannya.

Teori konspirasi memanfaatkan sifat-sifat manusia itu dan memberi penjelasan yang bisa membuat rang merasa lebih aman. Ada beberapa hal lain yang menunjukkan bahwa akan ada lebih banyak lagi orang yang mempercayai teori konspirasi, misalnya:

  • Teori konspirasi membantu memahami dunia. Sebuah teori konspirasi memberikan penjelasan untuk peristiwa yang luar biasa. Ini dapat memuaskan rasa ingin tahu ketika tidak ada cukup data yang tersedia tentang sesuatu.
  • Akan masuk akal bahwa teori konspirasi lebih mungkin terjadi ketika informasi yang ada sangat minim atau saling bertentangan.
  • Konspirasi juga dapat diterima ketika suatu peristiwa sangat berdampak dan signifikan dalam kehidupan banyak orang, tetapi publik ditawarkan penjelasan yang relatif biasa atau tidak lengkap.
  • Teori konspirasi menawarkan cara memiliki kendali di tengah peristiwa yang tak terkendali. Sebab, orang-orang lebih rentan terhadap sesuatu ketika merasa cemas dan tidak berdaya.
  • Percaya pada teori konspirasi dapat menciptakan perasaan memiliki. Teori-teori itu beredar di antara sekelompok orang yang merasa hampir seperti sebuah keluarga. Ini juga memungkinkan untuk validasi citra diri. Dibangun ke dalam konspirasi adalah gagasan bahwa kelompok seseorang dan sistem kepercayaan yang terkait adalah benar dan yang lain salah.

Baca Juga: 3 Cara Agar Tidak Mudah Tertipu Berita Hoax

Konspirasi Adalah Bom Waktu karena Miliki Efek Samping

Konspirasi Adalah -3.jpg
Foto: Konspirasi Adalah -3.jpg

Foto: Stalberttoday.ca

Karena kini teori konspirasi adalah semacam kebutuhan bagi sebagian orang, ini juga dapat memiliki konsekuensi negatif. Misalnya kematian akibat COVID-19 yang mungkin lebih tinggi dari yang seharusnya, seperti yang terjadi di India karena adanya miss-informasi.

Selain itu, efek samping dari teori konspirasi adalah:

  • Menyebarkan informasi palsu. Teori konspirasi bukan hanya rumor yang tidak berbahaya. Misalnya, klaim media sosial bahwa masker menyebabkan pneumonia atau aliran oksigen yang terganggu menyebabkan kontroversi dan kebingungan. Belum ditemukan cara untuk mengukur bagaimana penerimaan konspirasi mengubah jumlah kematian. Namun, orang yang melihat masalah ini secara kritis mengakui bahwa itu tidak diragukan lagi meningkatkan jumlah nyawa yang hilang, karena bagaimana hal itu menurunkan kemungkinan beberapa orang untuk terlibat dalam perilaku mitigasi penyakit, dilansir Psychiatric Services.
  • Melemahkan orang-orang yang percaya. Karena para ahli teori konspirasi termasuk dalam kelompok yang lebih kecil dan kurang kuat yang berada di bawah kekuasaan pihak lain. Jadi sering kali ada perasaan ketidakberdayaan yang terkait. Ini berfungsi semakin meningkatkan perasaan cemas, isolasi, dan kerentanan terhadap kekuatan luar, dikutip The British Journal of Social Psychology.
  • Menurunkan minat masyarakat. Misalnya, orang-orang yang terpapar teori konspirasi anti-pemerintah cenderung tidak ingin memberikan hak pilihnya. bagi yang menyukai tentang teori konspirasi anti-vaksin mengurangi niat orang untuk memvaksinasi, dibandingkan dengan mereka yang melihat argumen yang menyangkal teori konspirasi, atau mereka yang tidak membaca materi tentang vaksinasi.
  • Dalam setiap kasus, teori konspirasi menurunkan keterlibatan sosial karena membuat orang merasa tidak berdaya, dan ada juga beberapa bukti bahwa teori konspirasi dapat memengaruhi orang tanpa mereka sadari.

Karena konspirasi adalah bentuk dari ketidakpuasan, ada baiknya untuk selalu menyaring berita dari berbagai platform, dan memilahnya agar tidak menimbulkan rasa tertekan atau overthinking ya Moms.

  • https://kbbi.web.id/konspirasi
  • https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/conspiracy?q=conspiracy
  • https://www.verywellmind.com/why-do-we-believe-conspiracy-theories-5181316
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29276345/
  • https://www.nature.com/articles/d41586-020-01834-3
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32703120/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32592420/
  • https://www.britannica.com/topic/conspiracy-theory
  • https://www.nytimes.com/roomfordebate/2015/01/04/are-conspiracy-theories-all-bad-17/the-negative-social-impact-of-conspiracy-theories

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb