06 July 2023

Abortus Inkomplit: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Abortus inkomplit bisa sangat berbahaya lho Moms
Abortus Inkomplit: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Penyebab Kondisi Abortus Inkomplit

Ilustrasi Aborsi
Foto: Ilustrasi Aborsi (infofru.com)

Sebagian besar abortus inkomplit tidak dapat dicegah, di mana 50 persen kasusnya berasal dari kelainan kromosom.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kasus lain abortus inkomplit disebabkan oleh etiologi yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko lainnya.

Seperti usia, penyakit ibu (diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, masalah tiroid, sindrom ovarium polikistik, lupus, trombofilia), kekurangan atau kelebihan berat badan, uterus abnormal, paparan teratogen (obat-obatan, alkohol, kafein, radiasi), dan infeksi (HIV, penyakit menular seksual, Listeria monocytogenes).

Kasus lain yang kurang diketahui dan dilaporkan yaitu abortus inkomplit karena adanya aborsi medis atau ilegal elektif sebelumnya, perawatan prenatal yang buruk atau tidak ada, dan trauma perut atau panggul bagian bawah.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kasus abortus inkomplit yang lebih tinggi biasanya dilaporkan di negara dunia ketiga atau negara di mana aborsi lazim dan banyak wanita yang tinggal di daerah di mana aborsi elektif adalah ilegal.

Tidak hanya itu, negara-negara ini juga biasanya memiliki keterbatasan dalam akses dalam layanan kesehatan.

Baca Juga: Kehamilan Serotinus, Kondisi Kehamilan Lebih dari 42 Minggu

Mengatasi Kondisi Abortus Inkomplit

Ilustrasi Aborsi
Foto: Ilustrasi Aborsi (tommys.org)

Diagnosis abortus inkomplit terjadi saat pasien merasakan nyeri perut bagian bawah dan atau nyeri panggul dengan perdarahan vagina pada wanita hamil.

Termasuk kehamilan ektopik, perdarahan idiopatik pada kehamilan yang layak, perdarahan subchorionic, kehamilan mola, trauma vagina, infeksi vagina atau serviks, aborsi spontan, atau kelainan serviks (berlebihan kerapuhan, keganasan, atau polip).

Dokter mungkin akan melakukan pemindaian ultrasound untuk memastikan diagnosisnya.

Jika pasien datang dengan tanda-tanda syok, perbedaan diagnosanya dapat meluas seperti misalny aborsi septik, syok hemoragik, syok serviks, atau ruptur uterus.

Pasien dengan abortus inkomplit biasanya memiliki prognosis yang baik dan dapat ditangani dengan harapan tingkat keberhasilan 82-96 persen tanpa konsekuensi hilangnya kesuburan di masa depan.

Tidak ada perbedaan besar dalam penatalaksanaan medis yang terkadang ilegal versus penatalaksanaan abortus inkomplit saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu.

Menghindari operasi juga terbukti bermanfaat karena lebih sedikit efek samping.

Abortus inkomplit setelah 12 minggu memiliki peningkatan risiko 3,4 persen untuk hasil yang tidak diinginkan, termasuk kematian ibu atau pasien, operasi besar, atau kemandulan.

Hal ini kemungkinan terjadi akibat peningkatan ukuran janin, suplai darah, dan ukuran uterus.

Setelah usia kehamilan 14 minggu, risiko kematian ibu dan komplikasi serius semakin meningkat.

Faktor risiko lain untuk prognosis yang buruk adalah keterlambatan waktu untuk mencari pengobatan, yang dapat dilihat di komunitas pedesaan dan miskin di mana perawatan kesehatan jarang.

Perlu diketahui juga bahwa jika seseorang pernah mengalami abortus inkomplit setelah meminum pil aborsi, maka dia mungkin dapat menggunakan misoprostol lagi untuk membuat rahimnya berkontraksi lebih banyak.

Jika ini tidak membantu atau tidak cocok, dokter mungkin merekomendasikan prosedur pembedahan untuk membersihkan rahim.

Pasien mungkin harus melakukan aspirasi vakum manual dari prosedur dilatasi dan kuretase.

Keduanya biasanya dapat dilakukan tanpa anestesi umum dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit.

Metode yang sama juga digunakan untuk merawat wanita yang mengalami abortus inkomplit atau yang memiliki jaringan tersisa di dalam rahim setelah melahirkan.

Sebagian besar pasien mungkin juga sudah mengetahui solusi ini karena prosedur tersebut juga digunakan untuk melakukan pembedahan penghentian kehamilan atau aborsi.

Perawatan harus memastikan tidak ada jaringan yang tertinggal di dalam rahim pasien.

Gejala pasien seharusnya mulai membaik dengan cepat dan risiko komplikasi yang lebih serius harus dihilangkan.

Namun, pasien tetap harus mewaspadai tanda-tanda infeksi atau masalah lain dan menghubungi dokter jika memiliki kekhawatiran.

Patut diketahui pula bahwa perawatan abortus inkomplit merupakan perawatan yang legal di mana-mana.

Pada negara-negara di mana perempuan dapat dituntut karena melakukan aborsi, tidak perlu memberi tahu staf medis bahwa pasien mencoba melakukan aborsi.

Pasien dapat mengatakan bahwa yang terjadi adalah mengalami keguguran spontan.

Tidak ada tes yang dapat menunjukkan bahwa seorang wanita telah melakukan aborsi secara medis atau ilegal. Komplikasi abortus inkomplit sangat penting untuk ditangani.

Baca Juga: Tidak Ingin Melahirkan Caesar, Ini 3 Persiapan Melahirkan Normal yang Harus Dilakukan

Jadi, itulah beberapa hal tentang abortus inkomplit yang perlu diketahui.

Perlu diingat bahwa jika terdapat seseorang yang memiliki tanda-tanda abortus inkomplit maka penting untuk segera menghubungi layanan kesehatan.

Seseorang memerlukan perawatan jika ada materi yang tertinggal di dalam rahim karena dapat menyebabkan masalah seperti infeksi jika tidak dikeluarkan.

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559071/
  • https://www.132healthwise.com/what-is-an-incomplete-abortion.php
  • https://hoperising.org/what-are-the-signs-of-an-incomplete-abortion/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb