Fimosis pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Mengutip National Health Service, fimosis pada bayi dan balita adalah hal yang normal terjadi. Namun, pada anak-anak yang lebih besar mungkin merupakan akibat dari kondisi kulit yang telah menyebabkan jaringan parut.
Akan tetapi, kondisi ini biasanya tidak menjadi masalah kecuali jika menyebabkan gejala tertentu.
Ketahui lebih lanjut tentang fimosis pada bayi mulai dari gejala, penyebab, dan cara mengatasinya berikut ini.
Baca Juga: Rekomendasi 10 Tempat Sunat di Jakarta, Terjangkau!
Pengertian Fimosis pada Bayi
Fimosis pada bayi adalah kondisi saat kulup bayi baru lahir menempel terlalu ketat pada kepala (kelenjar) penis sehingga tidak dapat ditarik.
Kebanyakan bayi laki-laki yang belum disunat memiliki kulup yang tidak dapat ditarik ke belakang karena masih menempel pada kelenjar.
Ini sangat normal terjadi pada anak usia sekitar 2 hingga 6 tahun pertama. Pada sekitar usia 2 tahun, kulup akan mulai terpisah secara alami.
Kulup pada sebagian anak laki-laki dapat membutuhkan waktu lebih lama untuk dipisahkan, tetapi ini tidak berarti ada masalah.
Seiring bertambahnya usia, kulup akan mulai meregang dan bisa ditarik atau terpisah dengan sendirinya.
Perlu diingat, jangan pernah menarik paksa kulup anak karena dapat menyebabkan nyeri dan merusak kulup.
Gejala Fimosis pada Bayi
Pada jurnal ISRN Urology, kasus fimosis patologis adalah 0,4 per 1000 anak laki-laki per tahun atau 0,6 persen anak laki-laki hingga anak memasuki usia ke-15.
Ini jauh lebih rendah daripada fimosis fisiologis, yang umum terjadi pada anak-anak yang lebih muda dan menurun seiring bertambahnya usia
Fimosis pada bayi tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, ketika itu terjadi, ini mungkin termasuk kemerahan, nyeri, atau bengkak.
Kulup yang ketat dapat mengganggu aliran urine normal. Dalam kasus yang parah, ini dapat mencegah seseorang tersebut mengosongkan kandung kemihnya sepenuhnya.
Fimosis dapat menyebabkanradang pada penis, yang disebut balanitis, atau radang pada kelenjar dan kulup, yang disebut balanoposthitis. Kedua kondisi ini cenderung disebabkan oleh kebersihan yang buruk.
Gejala balanitis meliputi nyeri, gatal, bau, kemerahan dan bengkak, adanya penumpukan cairan kental, serta nyeri saat buang air kecil.
Penyebab Fimosis pada Bayi
Mengutip Department of Urology, fimosis pada bayi hanya mengenai anak laki-laki yang tidak disunat dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada pria dewasa.
Ini akan mulai terlepas secara alami antara usia 2 dan 6 tahun, meskipun mungkin bisa terjadi nanti hingga sekitar 10 tahun, pada beberapa anak laki-laki.
Kulup dapat ditarik kembali ke belakang kelenjar pada sekitar 50 persen anak laki-laki berusia 1 tahun, dan hampir 90 persen pada anak usia 3 tahun. Fimosis akan terjadi pada kurang dari 1 persen remaja antara usia 16 dan 18 tahun.
Baca Juga: Cari Tahu Kelebihan dan Kekurangan Sunat Klamp untuk Anak
Penyebab fimosis pada bayi kemungkinan besar terjadi pada anak laki-laki yang lebih tua dengan kondisi seperti infeksi saluran kemih berulang, infeksi kulup, berkali-kali memperlakukan kulup dengan kasar, dan terjadi trauma kulup.
Selain itu, fimosis dapat disebabkan oleh kondisi kulit, seperti:
- Eksim: Kondisi jangka panjang yang menyebabkan kulit menjadi gatal, merah, kering, dan pecah-pecah.
- Psoriasis: Kondisi kulit yang menyebabkan bercak kulit menjadi merah, bersisik, dan berkerak.
- Lichen planus: Ruam gatal yang dapat memengaruhi berbagai area tubuh. Itu tidak menular.
- Lichen sclerosus: Kondisi ini menyebabkan jaringan parut pada kulup yang dapat menyebabkan phimosis. Ini mungkin disebabkan oleh iritasi urine.
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
Meski menjadi fimosis pada bati salah satu masalah yang bisa terjadi pada Si Kecil, Moms perlu memperhatikan beberapa kondisi untuk membawanya ke dokter untuk mendapatkan penangan yang tepat, seperti:
1. Kesulitan Buang Air Kecil
Jika Moms melihat bayi mengalami kesulitan saat buang air kecil, seperti aliran urine yang lemah, sering berhenti, atau bayi tampak kesakitan saat buang air kecil.
Hal ini perlu diperhatikan karena bisa menjadi tanda bahwa fimosis menyebabkan penyumbatan atau masalah lainnya.
2. Pembengkakan pada Kulup
Pembengkakan yang signifikan pada kulup, terutama jika disertai dengan kemerahan dan nyeri, bisa menjadi tanda infeksi atau kondisi serius lainnya.
Pembengkakan ini bisa mengindikasikan balanitis atau infeksi pada kulup.
3. Kemerahan dan Iritasi
Jika terdapat kemerahan, iritasi, atau luka pada kulup atau kepala penis bayi, segera konsultasikan dengan dokter. Ini bisa menjadi tanda infeksi atau peradangan yang memerlukan perawatan medis.
4. Pelepasan Cairan Abnormal
Jika Moms melihat adanya pelepasan cairan yang tidak biasa, seperti nanah atau cairan berbau tidak sedap dari kulup bayi, ini bisa menunjukkan adanya infeksi yang memerlukan penanganan segera.
5. Demam dan Tanda-tanda Infeksi Lainnya
Jika bayi mengalami demam tanpa sebab yang jelas atau menunjukkan tanda-tanda infeksi lainnya, seperti rewel yang berlebihan atau penurunan nafsu makan, segera konsultasikan dengan dokter.
Infeksi pada area genital bisa menjadi serius dan memerlukan penanganan cepat.
6. Nyeri yang Berkelanjutan
Jika bayi tampak merasa sangat nyeri di area genital, terutama saat disentuh atau saat buang air kecil, ini bisa menjadi tanda bahwa fimosis menimbulkan masalah serius yang membutuhkan intervensi medis.
7. Tidak Ada Perbaikan Seiring Waktu
Jika fimosis tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan seiring pertumbuhan bayi, atau jika kondisi tampak semakin buruk, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Biasanya, fimosis fisiologis pada bayi akan membaik dengan sendirinya, tetapi jika tidak, evaluasi medis diperlukan.
Cara Mengatasi Fimosis pada Bayi
Moms seharusnya jangan pernah mencoba memaksa kulup terbuka. Ini bisa sangat menyakitkan bagi Si Kecil.
Hal ini juga dapat menyebabkan luka ringan dan menyebabkan jaringan parut yang dapat membuat kulup lebih sulit dibuka. Kondisi ini kemudian berkembang menjadi fimosis patologis.
Jika kulupnya kencang, ada juga bahaya bahwa mungkin preputium terjebak di belakang kepala penis saat ditarik kembali, kemudian membentuk cincin jaringan ikat yang membatasi suplai darah ke kelenjar.
Kondisi ini dikenal sebagai parafimosis. Ini merupakan kondisi darurat medis yang harus segera ditangani oleh dokter.
Dalam beberapa tahun pertama kehidupan, kulup tidak harus ditarik kembali sepenuhnya untuk dapat menjaga penis tetap bersih.
Mencucinya dari luar sudah cukup. Dalam situasi apapun, benda seperti kapas dapat digunakan untuk membersihkan ruang antara kulup dan kepala penis.
Baca Juga: 5 Jenis Kelainan Penis Anak Laki-laki, Waspada Moms!
Jika fimosis pada bayi tetap ada namun tidak menimbulkan masalah, Moms dapat menunggu sampai sekitar usia tiga tahun sebelum berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Sebagai cara mengatasi fimosis pada bayi, dokter akan memeriksanya dan melihat apakah kulupnya dapat ditarik kembali, sedikit, atau tidak sama sekali.
Termasuk memeriksa apakah itu fimosis fisiologis atau patologis, dan apakah menarik kembali kulup dapat menyebabkan parafimosis.
Cara mengatasi fimosis pada bayi tergantung pada usia Si Kecil, tingkat masalah, dan penyebabnya.
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk memungkinkan anak mencuci penisnya dengan benar dan buang air kecil tanpa merasa kesulitan atau kesakitan. Tidak terkecuali mengatasi rasa sakit saat ereksi.
Ada tiga metode pengobatan untuk fimosis pada bayi, yaitu:
- Lanjutkan untuk menunggu dan melihat apakah fimosis pada bayi akan hilang dengan sendirinya.
- Gunakan krim steroid untuk membantu meregangkan kulup.
- Lakukan operasi untuk mengilangkan sebagian atau keseluruhan kulit khitan (sunat).
Banyak dokter menyarankan untuk menunggu apakah kondisinya membaik dengan sendirinya.
Cara mengatasi fimosis pada bayi bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisinya.
Namun, mengutip The Children’s Hospital of Philadelphia, dalam Divisi Urologi, phimosis dapat diobati dengan aman dan efektif dengan krim steroid topikal.
Dokter anak akan memberi petunjuk tentang penggunaan krim yang tepat. Jika krim steroid gagal dan kulup tetap menyempit, dianjurkan untuk mengambil tindakan sunat pada bayi.
Baca Juga: Luka Sunat Tidak Kunjung Sembuh, Apa Penyebabnya?
Cara Menjaga Kesehatan Penis Bayi
Jika ini pertama kalinya Moms merawat bayi laki-laki, Moms mungkin merasa sedikit tidak yakin tentang cara yang tepat untuk merawat alat kelaminnya. Namun jangan khawatir, ini sangat mudah.
Mengutip WebMD, berikut semua hal yang perlu Moms ketahui untuk menjaga kebersihan dan kesehatan area penis sehingga bisa mengurangi risiko fimosis pada bayi.
1. Untuk Bayi yang Disunat
Jika Si Kecil disunat, itu berarti kulit kendur yang menutupi kepala penisnya telah dilepas dan ujungnya terbuka.
Setelah prosedur selesai, olesi penisnya dengan petroleum jelly atau obat dari dokter dan bungkus dengan kain kasa. Biarkan diperban selama 48 jam setelah prosedur.
Gantilah perban secara rutin untuk mencegah infeksi. Setelah beberapa hari dan lukanya mulai mengering, lepas perban dan cukup oleskan petroleum jelly di ujungnya. Ini akan mencegah penis menempel pada popoknya.
Sering-seringlah mengganti popoknya dan gunakan sabun yang tidak mengeringkan untuk membersihkan ujung penis.
Biasanya ujung penis terlihat merah dan memiliki lapisan putih atau kuning berkerak. Jangan disingkirkan, karena lapisan ini membantu area tersebut cepat sembuh.
Baca Juga: Mengetahui Jenis Kelamin Bayi dari Detak Jantung, Bisakah?
Meskipun jarang terjadi masalah, tetapi beri tahu dokter jika Si Kecil mengalami beberapa tanda seperti:
- Bayi tidak buang air kecil dalam waktu 6-8 jam setelah disunat.
- Pendarahan tidak berhenti.
- Kemerahan semakin parah setelah beberapa hari.
- Terjadi pembengkakan, luka kuning berkerak atau keluarnya cairan dari penis.
- Biasanya setelah sunat sembuh, Moms tidak perlu melakukan sesuatu yang khusus. Jagalah agar area tersebut bersih dan kering agar Si Kecil tetap sehat dan nyaman.
2. Untuk Bayi yang Tidak Disunat
Jika bayi tidak disunat, artinya Moms memilih untuk tidak membuang kulit di kepala penisnya. Sehingga, tidak perlu melakukan pembersihan khusus.
Cukup seka area tersebut saat mengganti popok dan bilas dengan air hangat saat mandi.
Jangan pernah mencoba menarik kulup untuk membersihkan bagian bawahnya. Pada usia ini, kulup tersebut menyatu ke kepala penis. Jika dipaksa kembali dapat menyebabkan rasa sakit atau pendarahan.
Dokter akan memberi tahu Moms jika kulit telah terlepas. Pada saat itu, kulup akan dengan mudah bergerak maju mundur.
Moms bisa mengajari Si Kecil untuk mencuci penisnya secara teratur ketika ia sudah cukup mengerti untuk mengikuti instruksi.
Selain itu, Very Well Family menjelaskan ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan sebagai cara merawat penis Si Kecil yang tidak disunat:
- Hindari menarik kuat kulup untuk memisahkannya
Memaksakan kulup, yang hampir selalu menempel pada kelenjar pada bayi, balita, dan anak kecil, dapat menyebabkan nyeri, pendarahan, atau kerusakan permanen pada penis.
Pemisahan alami kulup dari kelenjar bisa memakan waktu bertahun-tahun.
- Hindari membersihkan bagian bawah kulup dengan cotton bud, antiseptik, atau salep atau krim khusus
Cukup dengan sabun dan air biasa, dioleskan di bagian luar, dan cara ini bisa bekerja dengan baik.
- Waspadai cairan keputihan yang berasal dari bawah kulup
Ini disebut smegma bayi dan hal ini normal terjadi. Sel-sel kulit terlepas secara alami dan berkumpul di bawah.
Moms cukup menyeka lembut kumpulan putih ini saat mandi atau mengganti popok.
Itulah penjelasan mengenai fimosis pada bayi beserta perawatan untuk penis Si Kecil. Semoga menjadi informasi baru buat Moms, ya!
- https://www.nhs.uk/conditions/phimosis/
- https://urology.ucsf.edu/patient-care/children/phimosis
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3329654/
- https://www.chop.edu/conditions-diseases/phimosis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.