06 November 2023

Kilas Perjuangan Pangeran Diponegoro, Pahlawan di Tanah Jawa

Dikenal juga sebagai perang di tanah Jawa.
Kilas Perjuangan Pangeran Diponegoro, Pahlawan di Tanah Jawa

2. Perebutan Hak Sewa Tanah

Van der Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 sebagai bagian dari perang Diponegoro.

Ia menyatakan bahwa semua tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31 Januari 1824.

Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa lahan asal Eropa.

Karenanya, Pangeran Diponegoro membuat keputusan untuk melakukan perlawanan dengan membatalkan pajak Puwasa.

Tak lain, tujuannya agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan makanan dengan lebih leluasa.

Perlu diketahui kalau pada masa itu, pembelian senjata dan makanan oleh warga pribumi sangatlah sulit.

Semua proses jual beli tersebut haruslah melalui pihak Belanda.

Baca Juga: 35+ Pakaian Adat dari Semua Provinsi di Indonesia, Unik!

3. Perjalanan Pangeran Diponegoro Lolos dari Kolonial

Profil Pangeran Diponegoro
Foto: Profil Pangeran Diponegoro (Readoasis.com)

Berlanjut hingga adanya perencanaan penculikan terhadap Pangeran Diponegoro kala itu.

Pada 20 Juli 1825, bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda berencana menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi.

Meski tempat kediamannya hampir lenyap, beliau berhasil lolos karena lebih mengenal medan perlawanannya.

Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo.

Beliau kemudian pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya.

Baca Juga: Sinopsis Film Tjokroaminoto: Guru Bangsa dan para Pemainnya

4. Menetap di Goa Persembunyian

Perjuangan Pangeran Diponegoro berlanjut sampai ia menjadikan goa sebagai tempat persembunyiannya.

Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai markasnya.

Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaannya.

Sementara itu, Raden Ayu Retnaningsih atau selirnya, menempati Goa Putri di sebelah Timur.

Istrinya telah wafat terlebih dahulu sebelum perang terjadi, dan Raden Ayu Retnaningsih adalah yang menemani hidupnya.

Baca Juga: Biografi Pattimura Singkat, Pahlawan dari Tanah Maluku!

5. Perang Diponegoro Menelan Banyak Korban

Pangeran Diponegoro
Foto: Pangeran Diponegoro (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Penyerangan di Tegalrejo merupakan cikal bakal perang Diponegoro yang nantinya akan berlangsung selama 5 tahun lamanya tanpa henti.

Perang Diponegoro diketahui telah menelan korban sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa.

Sementara itu, korban tewas di pihak lawan berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 prajurit pribumi.

Selain melawan kolonial, perang Diponegoro juga memicu perang antar saudara yang berpihak pada antek-antek Belanda.

Akhir dari perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

Ada satu fakta unik yang menjadi distorsi sejarah dari cerita Pangeran Diponegoro ini.

Di beberapa literatur yang ditulis oleh Hindia Belanda, dituliskan kalau penyebab perlawanan Pangeran Diponegoro adalah karena beliau merasa sakit hati terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan keraton yang menolaknya menjadi raja.

Padahal perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro kepada kolonial Belanda adalah karena ingin melepaskan penderitaan rakyat dari sistem pajak dan perlakuan kolonial Belanda yang semakin menjadi-jadi.

Untungnya distorsi sejarah ini bisa diketahui sehingga kisah dari Pangeran Diponegoro bisa diluruskan dengan baik seperti yang kita kenal sekarang ini.

Kolonial Belanda berhasil memenangkan perang Diponegoro karena taktik perang yang mereka gunakan.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb