26 Maret 2023

8 Pertolongan Pertama saat Epilepsi Kambuh, Jangan Panik!

Cari bantuan medis segera jika diperlukan dalam keadaan darurat
8 Pertolongan Pertama saat Epilepsi Kambuh, Jangan Panik!

Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang biasanya disertai dengan gejala berupa kejang. Oleh karenanya, kita perlu tahu pertolongan pertama saat epilepsi.

Kejang pada epilepsi terjadi karena adanya lonjakan aktivitas listrik abnormal di otak. Jadi, pasien epilepsi bisa mengalami kejang secara tiba-tiba dan memengaruhi aktivitas.

Selama mengalami kejang mendadak, keselamatan pasien epilepsi cukup terancam. Orang lain yang berada di sekitarnya pun perlu membantu untuk memberi pertolongan.

Baca Juga: Ini Dia Penyebab dan Pertolongan Pertama Kejang pada Bayi, Jangan Panik ya, Moms!

Pertolongan Pertama saat Epilepsi

Kejang Epilepsi
Foto: Kejang Epilepsi (Freepik.com/freepik)

Lantas, bagaimana cara pertolongan pertama saat epilepsi yang bisa Moms atau Dads lakukan ketika pasien mengalami gejala seperti kejang?

Berikut langkah-langkahnya yang perlu diperhatikan.

1. Dampingi Hingga Kejang Selesai

Mengutip laman Epilepsy Foundation, pertolongan pertama saat epilepsi dilakukan dengan cara mendampingi pasien hingga kejang selesai.

Meski tidak dapat diprediksi, akan tetapi gejala kejang pada pasien epilepsi bisa mereda dengan cepat.

Jadi, jangan tinggalkan pasien saat mereka kejang. Coba tunggu selama beberapa saat hingga episode kejang selesai.

Setelah itu, coba bantu mereka untuk duduk di tempat yang nyaman dan aman.

Setelah sadar, bantulah pasien untuk berkomunikasi dan beri tahu mereka tentang apa yang telah terjadi. Dengan cara yang sederhana sehingga mudah dimengerti.

2. Perhatikan Durasi Kejang

Pertolongan pertama saat epilepsi selanjutnya yaitu coba perhatikan durasi kejang apabila memungkinkan.

Moms bisa coba melihat jam dan mencatat durasi kejang pada pasien epilepsi. Dengan cara mencatat seberapa lama gejala kejang awal dan akhir kejang aktif.

Catat juga durasi yang dibutuhkan pasien tersebut untuk pulih dan kembali beraktivitas.

Apabila durasi kejang berlangsung lebih lama dari biasanya, coba pertimbangkan untuk mencari bantuan medis agar bisa ditangani segera.

3. Tetap Tenang

Saat menemukan pasien epilepsi yang sedang mengalami gejala kejang, sebaiknya kita tidak bersikap panik.

Tetaplah tenang karena sebagian besar kejang epilepsi hanya terjadi dalam beberapa menit.

Ingatlah bahwa tanggapan diri kita bisa memengaruhi cara orang lain dalam bertindak. Apabila Moms tenang menghadapinya, orang lain juga akan berperilaku demikian.

Cobalah tenang dan bantu pasien epilepsi untuk melakukan hal yang sama. Dengan begitu, mereka bisa merasa lebih baik setelah pulih dari kejang.

4. Cegah Cedera dengan Membawanya ke Tempat Aman

Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan selama memberikan pertolongan pertama saat epilepsi, yaitu keamanan tempat.

Jadi, pastikan pasien berada di tempat yang aman selama mengalami kejang. Singkirkan benda-benda yang berpotensi menyebabkan pasien cedera.

Apabila orang tersebut mengalami kebingungan selama kejang, jangan ragu untuk membantu mereka menjauh dari situasi berbahaya.

Misalnya dengan membawa pasien jauh dari keramaian lalu lintas, tempat tinggi, dan benda tajam.

Baca Juga: Huntington, Penyakit Langka yang Menyerang Otak

5. Buat Pasien Merasa Nyaman

Penting juga untuk membuat pasien merasa nyaman selama mereka mengalami kejang. Misalnya dengan membantu pasien untuk duduk di tempat yang aman.

Namun apabila posisi duduk berisiko membuat pasien jatuh, coba minta bantuan orang lain untuk membuatnya berbaring.

Jangan lupa juga untuk memerhatikan posisi kepala saat berbaring agar pasien tidak terbentur lantai.

6. Jauhkan dari Kerumunan

Apabila pasien mengalami kejang di tempat ramai, pertolongan pertama saat epilepsi yang bisa diberikan adalah dengan menjauhkan mereka dari kerumunan.

Moms bisa melakukan hal ini apabila situasi telah terkendali. Coba minta orang lain di tempat tersebut untuk memberikan ruang bagi pasien.

Damping pasien hingga kejang pulih. Jangan membiarkan mereka berada di tengah keramaian sendirian selama kekambuhan.

Sebab, bangun di tengah keramaian usai mengalami kejang bisa membuat pasien malu dan kebingungan.

7. Jangan Memasukkan Apa pun ke Mulut Pasien

Selama kejang berlangsung, hindari untuk memasukkan apapun ke mulut pasien.

Hal ini karena pasien epilepsi bisa menggigit saat kejang jika otot rahang dan wajahnya menegang.

Ketika ada sesuatu dalam mulut, mereka bisa mematahkan dan menelan benda tersebut. Bahkan, bisa membuat giginya patah.

Jadi, jangan memberikan makanan, cairan, atau pil karena itu bisa masuk ke paru-paru dan membuat mereka tersedak.

8. Pastikan Pasien Bernapas dengan Baik

Pastikan juga pasien tetap dapat bernapas dengan baik. Jika pasien dalam posisi berbaring, putar ke samping, dengan mulut mengarah ke tanah.

Ini membantu mereka bernapas lebih mudah dan mencegah air liur menghalangi jalan napasnya.

Selama kejang, pasien mungkin terlihat berhenti bernapas. Itu terjadi ketika otot dada menegang selama fase tonik kejang.

Saat bagian kejang ini berakhir, otot-otot akan mengendur dan orang tersebut akan mulai bernapas dengan normal kembali.

Jadi, kita tidak perlu melakukan pernapasan buatan atau CPR untuk menghadapi perubahan pernapasan tersebut.

Baca Juga: Mengenal Kanker Saraf Neuroblastoma pada Bayi, Apa Penyebabnya?

Kapan Harus Meminta Bantuan Medis Darurat?

Kamar Rumah Sakit
Foto: Kamar Rumah Sakit (Unsplash.com/Martha Dominguez de Gouveia)

Memahami cara memberikan pertolongan pertama saat epilepsi tidaklah cukup.

Moms dan Dads juga perlu tahu kapan harus meminta bantuan medis darurat jika mengetahui pasien epilepsi kambuh.

Sebaiknya, segera minta bantuan medis darurat apabila pasien epilepsi mengalami:

  • Kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
  • Pasien mengalami kejang lanjutan, tanpa mengalami kesadaran setelah kejang awal berlangsung.
  • Pasien mengalami kesulitan bernapas.
  • Adanya perubahan warna menjadi kebiruan pada bibir, lidah, atau wajah.
  • Pasien tampak tersedak.
  • Kejang terjadi di air, seperti kolam renang atau bak mandi.
  • Pasien terluka selama kejang.
  • Meyakini bahwa kejang yang dialami orang tersebut merupakan kejang pertama kali.
  • Pasien meminta bantuan medis darurat.
  • Memiliki gejala lain yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: 13 Pertolongan Pertama saat Asam Lambung Naik, Catat!

Penanganan Epilepsi Secara Medis

Ilustrasi Otak
Foto: Ilustrasi Otak (Freepik.com/wirestock)

Setelah mendapatkan pertolongan pertama saat epilepsi, pasien juga bisa memeroleh perawatan secara medis.

Namun sebelum itu, dokter akan melakukan pemeriksaan.

Mulai dari pemeriksaan fisik, tes darah, hingga mengajukan beberapa pertanyaan mendasar terkait gejala.

Dokter juga mungkin akan melakukan elektroensefalogram (EEG) untuk memeriksa aktivitas otak dan menemukan kemungkinan masalah pada otak.

Bisa juga melakukan brain scan atau pemindaian otak untuk membantu menemukan masalah di otak yang terkadang dapat menyebabkan epilepsi.

Pemindaian otak ini dilakukan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Jadi, dokter bisa menemukan kemungkinan tumor, infeksi, atau kelainan pembuluh darah.

Setelah diagnosis, barulah pasien bisa mendapatkan pilihan perawatan yang tepat untuk dirinya.

Secara umum, penanganan epilepsi secara medis dilakukan dengan cara pengobatan dan operasi.

Penanganan Epilepsi dengan Obat Anti Kejang

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, obat anti kejang dapat mengendalikan kejang pada sekitar 60% sampai 70% penderita epilepsi.

Pemberian obat-obatan ini bersifat individual, sehingga bisa berbeda antar pasien epilepsi.

Setidaknya, ada 20 obat antikejang untuk mengobati epilepsi yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

Dokter mungkin mencoba salah satu obat atau lebih, dengan dosis obat atau kombinasi obat untuk menemukan perawatan yang terbaik.

Pilihan obat anti kejang tergantung pada:

  • Jenis kejang.
  • Tanggapan pasien sebelumnya terhadap obat antikejang.
  • Kondisi medis lain yang dimiliki pasien.
  • Potensi interaksi dengan obat lain yang digunakan pasien.
  • Efek samping obat anti kejang (bila ada).
  • Usia pasien.
  • Kondisi kesehatan pasien secara umum.
  • Biaya.

Baca Juga: Kejang Otot: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Penanganan Epilepsi dengan Operasi

Apabila penggunaan obat-obatan antikejang tidak mengatasi kondisi pasien epilepsi, dokter dapat menyarankan untuk melakukan pembedahan atau operasi.

Biasanya, operasi epilepsi dapat menjadi pilihan pengobatan yang efektif ketika lebih dari dua uji coba obat antikejang gagal mengendalikan kejang pada pasien.

Studi di The Egyptian Journal of Neurology, Psychiatry and Neurosurgery pun menyebutkan bahwa operasi epilepsi aman dilakukan. Bahkan, memiliki risiko komplikasi yang cukup rendah.

Operasi epilepsi dilakukan untuk menghentikan kejang atau membatasi keparahannya.

Pembedahan juga dilakukan untuk mengurangi kematian terkait kejang, mengurangi penggunaan obat anti kejang dan mengurangi kemungkinan efek samping obat.

Melansir Mayo Clinic, kejang epilepsi terjadi akibat aktivitas sel otak yang tidak teratur yang disebut neuron.

Nah, jenis operasi yang dibutuhkan tergantung pada lokasi neuron yang memulai kejang dan usia orang yang menjalani operasi.

Jenis operasi epilepsi ini meliputi:

1. Operasi Resektif

Ini adalah operasi epilepsi yang paling umum.

Operasi resektif dilakukan dengan melibatkan pengangkatan sebagian kecil otak.

Jadi, dokter bedah akan memotong jaringan otak dari area otak tempat kejang terjadi.

Ini biasanya merupakan lokasi tumor, cedera otak, atau malformasi.

Pembedahan resektif biasanya dilakukan pada salah satu lobus temporal. Suatu area otak yang mengontrol memori visual, pemahaman bahasa, dan emosi manusia.

2. Terapi Termal Interstitial Laser (LITT)

Jenis pembedahan ini kurang invasif dibandingkan operasi resective.

Operasi ini dilakukan menggunakan laser untuk menentukan dan menghancurkan sebagian kecil jaringan otak.

Dalam hal ini, Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan digunakan untuk memandu dokter melakukan proses laser.

3. Stimulasi Otak Dalam

Pembedahan jenis ini dilakukan dengan menggunakan perangkat yang ditempatkan secara permanen jauh di dalam otak.

Perangkat tersebut akan melepaskan sinyal listrik dengan waktu teratur yang mengganggu aktivitas pemicu kejang.

Prosedur ini dipandu oleh MRI. Dengan bantuan generator yang berfungsi untuk mengirimkan denyut listrik dan ditanamkan di dada pasien.

4. Corpus Callosotomy

Ini merupakan pembedahan dengan tujuan untuk mengangkat seluruh atau sebagian bagian otak, yang menghubungkan saraf di sisi kanan dan kiri otak.

Bagian otak ini disebut corpus callosum.

Operasi ini biasanya dilakukan pada anak-anak yang mengalami aktivitas otak tidak teratur yang menyebar dari satu sisi otak ke sisi lainnya.

5. Hemispherectomy

Ini adalah prosedur untuk mengangkat satu sisi otak yang disebut korteks serebral.

Pembedahan hemispherectomy umumnya dilakukan hanya pada anak-anak.

Dengan riwayat kejang yang berasal dari beberapa tempat di satu belahan otak, biasanya akibat dari kondisi yang ada saat lahir atau di awal masa bayi.

6. Functional Hemispherectomy

Merupakan prosedur yang terutama digunakan pada anak-anak yang menghilangkan saraf penghubung tanpa menghilangkan bagian otak yang sebenarnya.

Baca Juga: 6 Pertolongan Pertama Kejang Demam pada Anak yang Bisa Moms Lakukan

Itu dia penjelasan seputar pertolongan pertama saat epilepsi yang sebaiknya dipahami oleh kita semua. Jadi, bisa menolong pasien epilepsi saat mereka mengalami kekambuhan.

  • https://www.epilepsy.com/recognition/seizure-first-aid
  • https://kidshealth.org/en/parents/seizures-sheet.html
  • https://www.cdc.gov/epilepsy/about/first-aid.htm#:~:text=Put%20something%20soft%20and%20flat,Time%20the%20seizure.
  • https://ejnpn.springeropen.com/articles/10.1186/s41983-020-00168-1
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/epilepsy-surgery/about/pac-20393981
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17636-epilepsy
  • https://www.nhs.uk/conditions/epilepsy/diagnosis/#:~:text=Tests%20for%20epilepsy,just%20based%20on%20your%20symptoms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb