Puasa Sebelum Menikah (Puasa Mutih): Niat, Cara, dan Manfaat
Puasa sebelum menikah erat berkaitan dengan tradisi adat Jawa yang dikenal dengan istilah puasa mutih.
Bagi calon pengantin, khususnya mereka yang hendak menggelar pernikahan menggunakan adat Jawa, biasanya disarankan untuk melewati beberapa ritual menjelang pernikahan.
Selain midodareni, calon pengantin juga harus melewati tradisi puasa sebelum menikah.
Beberapa orang mungkin sudah tidak asing dengan tradisi puasa sebelum menikah.
Umumnya, puasa ini dikenal dengan sebutan puasa mutih.
Baca Juga: Cara Menghitung Hari Baik Pernikahan Menurut Primbon Jawa, Catat!
Puasa Sebelum Menikah dalam Tradisi Adat Jawa
Dalam budaya Jawa, terdapat sebuah tradisi yang dikenal sebagai "puasa mutih" atau puasa sebelum menikah.
Sesuai dengan namanya, calon pengantin tidak boleh makan dan minum selain yang berwarna putih.
Jadi, selama menjalankan puasa mutih, calon pengantin hanya boleh mengonsumsi makanan dan minuman berwarna putih.
Meskipun tidak termasuk dalam ajaran keagamaan, puasa mutih memiliki makna yang mendalam bagi para calon pengantin Jawa.
Puasa mutih merupakan salah satu ritual tradisional yang telah tertanam dalam aliran kejawen di tanah Jawa.
Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan kehormatan terhadap leluhur.
Ritual ini umumnya dilakukan oleh para calon pengantin yang ingin menghormati dan melestarikan warisan budaya nenek moyang mereka.
Baca Juga: Contoh Mahar Pernikahan dalam Islam dan Ketentuannya
Apa yang Dimakan saat Puasa Mutih?
Ritual puasa sebelum menikah atau puasa mutih ini melibatkan ketekunan dalam mengamalkan puasa, yang mencakup tidak mengonsumsi makanan atau minuman selain yang berwarna putih.
Secara khusus, calon pengantin yang menjalani puasa mutih hanya mengonsumsi nasi putih, telur putih, dan air putih.
Makna Puasa Mutih
Tujuan utama dibalik melaksanakan puasa mutih sebelum menikah adalah untuk menghormati dan mempersembahkan penghormatan kepada leluhur.
Selain itu, juga sebagai warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Tradisi ini juga memiliki tujuan untuk memberikan doa dan harapan agar segala prosesi pernikahan berjalan dengan lancar dan sukses.
Warna putih dalam tradisi puasa mutih memiliki makna yang mendalam. Putih melambangkan kesucian, kebersihan, dan kepolosan.
Dengan membatasi makanan dan minuman hanya pada yang berwarna putih, calon pengantin ingin membersihkan tubuh dan pikiran mereka.
Khususnya sebelum memasuki babak baru dalam kehidupan, yaitu pernikahan.
Konsep aura dan energi memiliki tempat penting dalam tradisi puasa mutih.
Dalam pandangan tradisional Jawa, menjalani puasa mutih diyakini dapat meningkatkan aura positif calon pengantin.
Aura ini akan memancar saat upacara pernikahan berlangsung, menciptakan suasana yang harmonis dan membawa berkah bagi pasangan yang akan menikah.
Salah satu aspek yang membuat tradisi puasa mutih begitu unik adalah penggabungan antara spiritualitas dan budaya.
Ini adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur, tradisi nenek moyang, dan nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Baca Juga: 9 Keutamaan Surat Al Waqiah, Bisa Dijauhkan dari Kemiskinan!
Berapa Hari Sebaiknya Puasa Mutih Dilakukan?
Umumnya, disarankan untuk menjalani puasa mutih selama 3 hari berturut-turut sebelum hari pernikahan.
Waktu ini memberikan pasangan waktu yang cukup untuk fokus pada persiapan mental dan spiritual mereka.
Tiga hari puasa mutih juga dianggap sebagai periode yang optimal untuk membersihkan tubuh dari toksin dan mempersiapkan diri menghadapi pernikahan.
Mengapa tiga hari berturut-turut menjadi pilihan umum untuk puasa mutih?
Hal ini berkaitan dengan konsep dalam banyak agama yang mengaitkan angka tiga dengan kesucian dan transformasi.
Tiga hari dianggap sebagai waktu yang cukup untuk memulai perubahan dalam diri, dan menjauhkan diri dari godaan duniawi.
Selain itu juga untuk memusatkan perhatian pada persiapan pernikahan.
Baca juga: 7 Tahap Proses Taaruf, Dari Perkenalan Hingga Pernikahan
Niat Puasa Sebelum Menikah
Berikut ini bacaan niat puasa sebelum menikah.
1. Niat Puasa Mutih dalam Bahasa Jawa
Niat puasa mutih ini umumnya dilafalkan menggunakan Bahasa Jawa, yang berbunyi:
Niat ingsun puasa mutih supados putih batin kulo, putih awak kulo, putih kaya dining banyu suci karena Allah Ta’ala.
Artinya:
"Saya berniat puasa mutih supaya putih batin saya, putih badan saya, putih seperti air suci karena Allah Ta'ala."
Niat ini harus dilafalkan oleh calon pengantin pada saat setelah selesai mengerjakan Salat Isya.
2. Niat Puasa sebelum Menikah dalam Bahasa Arab
Selain dalam bahasa Jawa, niat puasa sebelum nikah lainnya yang juga terdapat dalam bahasa Arab yaitu:
Nawaitu shoumagodin ‘an sunnati rasulullahi sallallhu ‘alaihi wasallama li’aqdi qorbatizzawaji lillahi ta’ala.
Artinya:
“Saya niat berpuasa esok hari, sesuai dengan sunah Rasulullah SAW, sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka ikatan pernikahan.”
3. Niat Puasa sebelum Menikah dalam Bahasa Indonesia
Berikut adalah contoh niat puasa sebelum menikah dalam bahasa Indonesia:
“Saya niat berpuasa esok hari, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka ikatan pernikahan yang sakral.
Saya berniat menjalankan puasa ini sebagai wujud ibadah, untuk memohon rida-Nya, mengharapkan berkah-Nya, serta mendapatkan keberkahan dalam pernikahan yang akan saya jalani.
Semoga Allah SWT meridai niat baik ini dan memberikan petunjuk serta keberkahan dalam setiap langkah perjalanan kehidupan pernikahan saya.”
Selain itu, versi lain dari niat puasa yang juga bisa Moms coba adalah:
“Ya Allah, dengan niat yang tulus dan ikhlas, aku berniat berpuasa esok hari sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan diriku kepada-Mu dalam rangka melangsungkan pernikahan yang Engkau karuniakan.
Aku bertekad untuk menjalankan puasa ini dengan kesadaran penuh akan tanggung jawabku sebagai seorang pasangan yang beriman.
Aku memohon kepada-Mu, Ya Allah, agar Engkau meridhai pernikahanku, memberkahi langkah-langkahku dalam membangun keluarga yang harmonis, dan melimpahkan berkah serta kebahagiaan yang abadi.
Ya Allah, bantulah aku untuk tetap istimah dalam menjalankan pernikahan yang Engkau perintahkan.
Ampunilah dosa-dosaku, terimalah amal ibadahku, dan karuniakanlah keberkahan-Mu kepada kami. Aamiin.”
Niat tersebut dapat dibaca di malam sebelum hari pernikahan atau pada pagi hari sebelum memulai puasa.
Pastikan niat tersebut disampaikan dengan tulus dan ikhlas dalam hati.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.